Subuh menjelang, hujan masih mengguyur buatku sedikit malas. Peristiwa semalam buatku enggan beranjak dari ranjang ini. Yah, hari ini aku harus mampu menjalankan komitmenku. 1 bulan tanpa uang saku, 1 bulan tanpa motor. Akhirnya ku gorok babi kecil ini, celengan yang emang udah kusiapin jikalau pada kondisi darurat. Lumayanlah untuk menyambung 1 bulan kedepan. Mandipun aku malas rasanya, hanya air wudhu yang menyegarkan muka kusutku.
Bagai zombie kududuk di meja makan. Suasana begitu kikuk sarapan pagi ini.aku enggan bicara, aku rasa juga percuma pun juga ortuku mereka hanya memandangiku serasa aku ditelanjangi.Nara hanya tertunduk sambil makan nasi goreng,tanpa berani komentar. Dingin sekali suasana.
"Bawa mobil ayah, motormu sementara ga boleh dipakai. Biar ibu dan ayah berangkat kerja bareng, sekalian Nara ayah antar!" Singkat perintah ayah
Ayah salah satu sosok yang begitu kukagumi.Bijak tapi tegas,ga pernah marah. Satu ciri kalau ayah marah adalah beliau mendingan tidur, dengan ibupun begitu romantis. Pandangan ayah begitu teduh,aku suka itu.
"Maafin, giant yah. Semua tidak seperti yang ayah kira" jawabku singkat sambil menerima kunci mobil ayah yang diberikan padaku.
Ibu hanya diam sedari tadi malam, bahkan pagi ini beliau tidak bangunkan aku. Aku tahu beliau marah sekali denganku. ibulah sang benteng keluargaku, salah sedikit saja.ibu akan mengamuk ga selesai-selesai.
Kucium tangan ayah dan ibu kemudian berpamitan berangkat sekolah. Beruntunglah mereka tidak tau kalau aku tidak mandi hari ini.
Kupacu mobil tua ayah menuju ke rumah Awan. Aku janji jemput Awan pagi ini. Disudut gang kulihat Awan berkali-kali menengok jam tangannya sambil sedikit cemas. Sampai akhirnya aku berhenti didepannya. Dia sedikit kaget
"sesuai aplikasi?"sapaku seolah driver online
"Ga, lucu...tumben bawa mobil yan? Demi aku ya..." Awan bertanya sambil duduk di captain seat kemudian membetulkan sabuk pengamannya.
"Mo, ngider driver online aku. Makanya bawa mobil" jawabku sekenanya.
Awan duduk disampingku serta memberiku isyarat untuk segera bergegas ke sekolah. Suasana sepi beberapa saat sampai...
"Yan, Gila..ini kamu??....kamu viral tapi ga begini" Teriak Awan,bikin aku kaget setengah mati,aku sedikit bingung.
"Apaan sih?? Bikin kaget..." Tanyaku
Awan menatapku tajam dengan muka yang sangat ga mengenakkan.
Aku salah tingkah dan bingung sambil sesekali aku melihat jalan.
"Aku ga nyangka ya kamu seperti ini..., Nih liat...kamu apain Vano, kamu omong apa di video ini? Kamu tuh ya...ih,kamu tuh ya jijik banget....kayak preman terminal!" Muka Awan dilipet ga enak banget dilihat.
Aku sedikit penasaran, ku ambil hape Awan
"Astagfirullah,,,,,!!???" Aku kaget
Kenapa video ini malah ke share ke grup SMA Biru Putih. Video aku mukulin Vano semalam."........."Awan diem dan memandangku tajam
"Aku bisa jelasin kok, putriku" kucoba menenangkan suasana.
"Buat apa? Puas jadi jagoan kayak gitu?Puas jadi orang sok? Ih,ga mau aku deket kamu lagi...."ketus Awan.Aku terdiam lama, ku cek siapa pengirim video ternyata anonim tapi kok aneh bisa gabung grup sih pengirimnya.
Banyak sekali komen atas video ini dan pastinya tidak mengenakkan.
Begitu mobil terparkir Awan langsung ngeloyor pergi tanpa kata.
Aku bergegas mengejarnya tapi tak mampu meraihnya.
Kualihkan tujuan ke kelas 1.1 ke tempat Dina, aku pengen klarifikasi permasalahan yang buat Awan uring-uringan sekaligus viral.
Sepanjang aku berjalan puluhan mata memandangku dengan kata-kata ungkapan yang begitu memerahkan telinga. Aku tahu aku salah, tapi perlakuan ini sungguh buatku begitu tak nyaman.
Tak lama aku sudah ada didepan kelas 1.1,niatnya sih langsung masuk ternyata beberapa anggota dewan kehormatan dan kode etik OSIS menghalangiku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hujan Di Awal januari
Romansahujan, menjadi saksi ketika jatuh luluh lantak pun juga terbang melambung. hujan, yang tak pernah ingkar janji...