Bab XI Pada Hujan Kutitipka Doa

13 1 0
                                    

Aku keluar kamar, ayah, ibu, dan Nara berkumpul di ruang tengah. Mereka memandangku dengan muka terheran. Akupun terbengong.
"Kak, itu semua beneran?" Tanya ibu
"Apanya? " Aku ga paham pertanyaan ibu
"Yang kakak omongin di telpon barusan" Tambah Nara
"Apaan sih?" Aku mengernyitkan dahi. Tiba-tiba telponku berbunyi kembali.
"Assalamu 'alaikum, halo?" Kuangkat telponku, ada nama Awan dengan pic profilnya di layar hapeku
"Wa alaikum salam, yan. Maaf ya.... " Dari seberang line terdengar.
"Aku begitu menyakitimu... " Lanjutnya dengan suara sesenggukan.
"Ah... Sudahlah... Aku capek dengan kondisi ini...cukup aku menjadi badutmu" Jawabku sekenanya. Kututup telpon.

"Ga nyangka kamu keren kak! Ayah ga salah nebak kamu!" Kata Ayah.
"Kakak, bener ya emang anak bego dan emosian.ga paham maksud ayah ibu" Protes Nara kemudian
"Kami ngikuti live streaming IG kakak telponan dengan kelinci. Ugh, siapa sih si kelinci itu... Cool dan keren banget. Bikin kakak begitu takluk". Nara menjelaskan

" Shit! Jadi disiarin langsung? Oh my god, dimana mukaku ini. Kalian semua tau?" Tanyaku sambil bengong

"Yups, dan ratusan like waktu kalian live... Mungkin satu sekolah tau"Nara omong dengan bangga

"Aduh....parah nih, kacau-kacau semua" Aku jawab si Nara.

"Ayah, ibu. Giant keluar dulu. " Pamitku.
"Bawa motor, kak! Kunci dan stnk di atas lemari. Selesaikan penasaranmu" Ayah berteriak kecil
"Doakan aku yah" Aku berkata
"Like father like son. Sama-sama serigala" Ibu bergumam memandang ayah sambil geleng kepala...

Kupacu motorku kencang dan tujuanku cuman satu RS harapan keluarga. Satu lokasi dimana aku harus menemukan kelinciku. Jam bezoek sudah selesai. Seluruh pintu sudah ditutup. Aku sedikit bingung harus bagaimana masuk keruangan. Kulihat di pos satpam 2 security berjaga.
"Pak, boleh saya masuk. 10 menit saja. " Tanyaku
"Mas,. Paham aturan kan mau 15 menit, 10 menit, bahkan 1 detik pun GA BOLEH." Jawabnya ketus.
"Please pak" Rayuku
"Ga bisa" Jawabnya
Aku berusaha menembus penjagaan tapi aku gagal ditahan para sekuriti. Keributan sempat terjadi, hingga aku akhirnya dihardik dan diancam. Ya sudahlah lebih baik aku mengalah masih ada hari esok.
Aku sangat kecewa, dengan Berjalan gontai aku menuju parkiran. Aku hanya pengen ketemu kelinciku.

Dari salah satu jendela lantai2, seorang gadis mengamati peristiwa itu.
"Kamu memang benar-benar serigala gunung" Bathin gadis itu. Nyalimu luar biasa
.......
Pagi di SMA merah putih hiruk pikuk. Acara pensi mengundang band nasional akan diadakan hari ini. Event yang sejak awal aku kisruhin. Panggung telah siap begitu megah. Kursi-kursi VIP tertata rapi. Barisan pengurus OSIS dengan berseragam kebesarannya,dan juga tim pam bentukan baru kulihat menggunakan seragam biru-biru diperkuat anak paskib dan pramuka.
Benar-benar sebuah event besar, seluruh kekuatan turun mensukseskan event ini. Sedangkan aku dengan tim pam lama, sengaja menggunakan kaos hitam-hitam sebuah simbol perlawanan. Sejak awal kedatanganku, gerak-gerikku selalu dipantau. Baik guru maupun pengurus OSIS mereka takut aku berbuat macam-macam.

Aku memasuki lobi menuju ruang kelas, gerah juga tiap gerakku diperhatikan, akhirnya aku teriak di depan barisan pengurus OSIS.
"OI,.... AKU GIANT BERSAMA ANGGOTA TIM PAM LAMA, GA AKAN NGRECOKIN EVENT INI! KAMI JANJI MENJAGA KEAMANAN SEKOLAH INI. "

kuteruskan langkahku banyak sekali wajah meperhatikanku. Peristiwa semalam menjadi kasak kusuk ramai di sekolah dari guru sampai dengan siswa. Semua menunggu akankah ada  peristiwa besar terjadi hari ini.

Acara pembukaan event berjalan lancar, hingga band pembuka kedua naik panggung. Ternyata acara ini terbuka bebas untuk umum sehingga siswa-siswa dari SMA lain berdatangan ke sekolahku. Hal ini menyebabkan sedikit chaos, siswa dari luar ini mulai ngerusuh. Beberapa diantaranya mulai berbuat onar. Suasana mulai kolaps. MC yang beberapa  kali mengingatkan agar tenang dan kondusif seakan tidak digubris. Timpam dan tim gabungan  anak paskib serta pramuka memang tidak dilatih untuk menghadapi ini. Beberapa tamu dari luar ini emang berniat onar, mereka datang dengan keadaan mabuk dan membawa senjata. Niat mereka bukan menikmati event musik tapi tawuran.

Aku mulai geregetan timpam baru kelihatan takut dan tanpa wibawa, siswi-siswi SMA Putih Biru mulai digoda dan akan dilecehkan.

Mendadak darahku mendidih melihat si Awan berteriak histeris digoda seorang siswa SMA lain.
Aku mau membantu tapi dicegah Farel,
"Jangan, komandan. Ini jebakan agar kita terlibat tawuran! Ingat poin kita...ini cara pengurus OSIS mengkondisikan agar kita dikeluarkan" Sergahnya
"Tapi... " Aku menahan emosi

"GIANT.... TOLOOONG!!" Teriakan Nawa membuyarkan konsentrasiku
"Alah...persetan, setidaknya sekolah ini kan mengenangku sebagai pahlawan atau pecundang"aku berkata sambil membawa sebuah tongkat berlari turun kelapangan tempat event diselenggarakan. Aku dengan penuh emosi membabi buta menyerang siswa luar yang memperkeruh event. Kulampiaskan semua rasa ini, kecewa ini dan marah ini. Tanpa ampun para pembuat onar aku hajar habis-habisan. Timpam lama yang berpakaian hitam-hitam segera mengikuti langkahku, mereka seperti kesetanan memukul mundur siswa luar yang brutal. Semua menjadi saksi bagaimana timpam lama begitu dahsyat menghancurkan musuh. Suasana brutal diiringi sorak sorai anak SMA Putih Biru melihat sepak terjang kami menjaga kewibawaan sekolah.

Akhirnya event yang seharusnya seru dan menyenangkan menjadi mencekam. Siswa dari luar SMA Putih Biru sudah terpukul mundur diluar pagar. Aparat keamanan sudah datang membuat barikade. Suasana panggung masih berantakan sedangkan aku  masih ditengah lapangan berjalan tertatih karena luka dibeberapa tubuhku bersama timpam dengan kondisi yang sama berantakannya karena mesti melawan puluhan bahkan ratusan anak pembuat onar. Para guru ketakutan dilobby sambil melihat bagaimana kami dengan hebatnya melawan berandalan siswa luar yang memang berniat merusak SMA Putih Biru. Hujan membuat suasana semakin kelu.

Kulihat Awan berdiri diatas panggung sedikit bingung dan ketakutan,setelah berusaha menyelamatkan diri dari kepungan siswa pembuat onar. Entah dari mana datangnya tiba-tiba Anjas naik ke atas panggung membawa sekuntum bunga mawar. Dan sebuah pemandangan yang begitu menyesakkan dada,peristiwa yang memerihkan hati terjadi. Dia bersimpuh didepan Nawa dan menembak dia dengan microphone ditangan..."would you be my princess?"

Kata yang membuatku menahan tangis, betapa perih hati yang tersakiti. Sesuatu yang membunuhku perlahan. Pedih benar-benar sakit menusuk relung jantungku.

Aku terkaget bahkan seisi sekolah terkejut. Aku sangat kecewa dan terluka. Kuberlari meninggalkan lapangan diiringi pandangan ratusan mata menjadi saksi peristiwa ini. Kutendang keras pintu kamar mandi brakkk.....
"Tuhan......aku sakiiit!!!" Suaraku menggelegar.

Muncul seseorang dari sudut tangga. Gadis mungil yang selama ini aku cari. Senyumnya begitu hangat.

"Bolehkah aku menangis dipelukmu?" Kataku mengiba
Dibuka lebar peluknya..aku memeluk erat dirinya... Hangat dan damai seperti yang pernah aku rasa... Kupeluk erat seperti aku tak mau lepas lagi.

Dia menengadah melihat raut wajahku. Tatapan tajamnya masih sama seperti waktu itu.
"Maafkan aku, dengan munafik memungkiri bahwa kamu sebenarnyalah yang aku cari. Tapi begitu susah aku mencarimu kelinciku" Aku berkata.
Dia mengecupku tanpa berkata...

Menarikku ke lapangan belakang mengajakku berhujan-hujanan...

"Serigalaku, mari kita titipkan doa pada hujan. Kadang kita mesti terluka untuk sebuah cinta. Kamu pernah datang menyelamatkan hidupku kini saatnya aku membalas dengan menyelamatkan hidupmu..." Katanya simpel.

Aku tersenyum lebar, ada pelangi setelah hujan ini. Munculbegitu indah. Sekali lagi kita ga perlu menyelesaikan masalah cukup bertahan melewatinya.

,,..........






Hujan Di  Awal januariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang