2

2K 124 14
                                    

.Rahanin Pov.

"Assalamualaikum..." salamku memasuki rumah.

"Wa'alaikumsalam..."jawab mas Jun didalam rumah.

"Loh... Kamu sudah datang, Nin?" lanjutnya bertanya heran.

"Iya mas. Mata kuliah aku selanjutnya, dosennya tidak masuk. Jadi aku putuskan untuk pulang." jawabku sambil berjalan kearahnya dan mencium tangannya.

Mas Jun hanya mengangguki jawabanku.

"Dimana ibu, mas?"

"Ibu pergi belanja bersama tante Sarah"

"Huft... Pasti akan lama"

"Hahaha... Sama sepertimu jika sudah bersama Jihop, pasti akan sulit terpisah"

"Tidak anaknya, tidak ibunya. Sama-sama suka menempel keluarga paman Pindra" sambung mas Jun.

Aku hanya mendengus saja mendengar perkataan mas Jun. Memang benar jika aku sudah bersama mas Jihop, akan sulit dipisahkan. Sama halnya dengan ibu dan tante Sarah, istri om Pindra dan ibu dari mas Jihop.

Rahanin Pov End

.
.
.

"Assalamualaikum..." salam pemuda sedikit berteriak didepan pagar rumah milik tetangganya.

"Wa'alaikumsalam..." jawab pemuda dari dalam rumah.

"YONGKI?" pekik pemuda yang baru saja keluar dari dalam rumah.

"Hai Jun." sapa kalem pemuda bernama Yongki tersebut sambil mengangkat tangan kanannya.

Pemuda bernama Jun itu langsung menggapai tangan Yongki, kemudian menariknya kedalaman pelukannya. Yongki agaknya merasa risih dengan perlakuan Jun. Mereka berpelukan didepan rumah, tepat digerbang yang masih belum dibuka menjadi pemisah diantara mereka.

Tapi Yongki tidak menolak. Mungkin sahabatnya itu rindu berat padanya, begitu pikir Yongki. Beruntung sudah malam, jadi tidak banyak orang yang berlalu lalang.

"Astaga... Yongki. Kemana saja kamu?Kenapa baru muncul? Kamu menghilang bagai ditelan bumi. Tak ada kabar sama sekali. Apa kamu masih menganggapku sebagai teman?" Oceh Jun seraya membuka gerbang rumah yang sebelumnya sudah di gembok.

Pemuda bernama Yongki hanya menggelengkan kepalanya saat mendengar ocehan teman lamanya ini. 'Tidak berubah' begitulah pikirnya.

"Masuklah. Mari bicara didalam." antusias Jun menarik masuk Yongki setelah berhasil membuka gembok.

"Terima kasih." Sahut Yongki menahan pergerakan Jun.

"Aku tidak bisa berlama-lama disini." Lanjutnya.

"Ken-"

"Kita akan jadi tetangga."

"Ap-"

"Jangan banyak bertanya sekarang. Aku sibuk. Terima ini." kata Yongki menyodorkan bingkisan yang tidak terlalu besar.

"In-"

"Ini bingkisan dari tetangga baru. Untuk tetangga sebelah rumahnya."

Mendengar hal itu, Jun langsung menolehkan kepalanya kekanan, karena rumah itulah yang beberapa minggu lalu dijual.

"Aku pergi dulu. Assalamualaikum.." pamit Yongki saat Jun masih berkecimpung dengan pemikirannya.

"Wa'alaikumsalam.." jawab Jun masih belum sadar.

.
.
.

"Rahanin Mariyam..." Teriak Jun di depan pintu kamar sang adik.

"Jangan berteriak mas. Aku sudah dengar." dengus sang adik yang telah membuka pintu kamarnya.

Katedral dan IstiqlalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang