11 - Audisi?

16 5 16
                                    

Aku hanya menginginkan jalanku, mimpiku. Jadi, cukup beri aku kesempatan dan berhentilah menghalangiku meraih itu.

-20190201_DCT-

❤❤❤

Esok paginya, mereka bersiap untuk mendatangi kantor agensi yang tertera pada kartu tersebut. Malamnya Caca sudah memberitahu kedua orangtuanya bahwa ia akan telat pulang. Kesempatan hanya sekali, kan? Belum tentu ada kesempatan kedua. Maka dari itu, selama kesempatan itu masih ada..manfaatkanlah!

"Ya! Reina kamu lama!" Indah mengetuk pintuk kamar asrama Reina, Wanda pun juga mengikutinya. Sedangkan, Caca dan Melia hanya berdiri bosan di depan mereka.

"Ini udah berapa lewat menit dari jam janjian, deh?" tanya Caca bosan, ia mulai memainkan handphonenya.

"Udah 10 menit, dia kenapa, sih? Kita kan harus naik bis, tau.." Wanda menggerutu sebal, Melia akhirnya maju mencoba mengetuk pintu.

"Rein, keluar dalam hitungan ketiga, atau..." Melia menggantungkan kata-katanya, membuat ketiga lainnya heran.

"Atau apa, Mom?" Indah bertanya penasaran yang diangguki kedua gadis lainnya.

"Atau koleksi foto sama video srk kamu baik yang ada di laptop atau hape, aku hapus semua, Rein.. Keluar sekarang! Satu!" tegas Melia.

"Waduh serem ancemannya.." Wanda menoleh ke arah dua sahabatnya, berdiri di belakang Melia.

"Dua!" Melia lanjut menghitung. Caca, Indah, dan Wanda sudah keringat dingin karena mereka tau seberharga apa kumpulan foto dan video itu bagi Reina.

"Ti-"

"Iya, aku keluar! Aduh maap aku gugup banget, sial! Sampe sempet mules-mules.." Reina keluar tepat waktu, Melia sudah memberikan tatapan sinisnya. Ketiga perempuan itu hanya bisa menghela napas lega, pasalnya jika itu terjadi bisa jadi perang kesepuluh yang bahkan bisa menghancurkan dunia!!!

"Yaudah yuk berangkat, kita harus tepat waktu." Indah mengingatkan.

"Ya, ayo jalan. Etss, Rein kunci pintu kamar kamu!" Melia berbalik kembali saat sudah setengah jalan dari tempat.

"Oh iya, lupa!" Reina menepuk kepalanya. Yang lainnya hanya bisa geleng-geleng kepala karena tingkah maknae mereka itu.

"Kajja!!!" teriak mereka bersamaan.

❤❤❤

Saat tiba di agensi tersebut, mereka melihat banyaknya peserta yang mengikuti audisi tersebut. Cukup membuat mereka gugup, apalagi bisa dilihat sepertinya mereka sudah berlatih sejak lama. Mereka? Jangan tanya, hanya menyiapkan lagu sebisa mereka semalam. Membagi bagian lagu, membuat koregrafi tarian lagu, dsb. Itu hanya dilakukan dalam semalam, maka dari itu kini mereka gugup.

"Ya, Momy, rame banget! Aku gugup, deh.." Indah memegang tangan Melia, "Tuh, tangan aku dingin."

"Aku juga gugup, Ndah, bukan cuma kamu.." Melia tersenyum kecut.

"Gue juga kali, ya elah.. Mana pake baju begini, kan gue malu." Caca menarik-narik roknya, tidak nyaman.

"Ya kan itu kita dikasih pinjam dari agensi, nanti dibalikin lagi, Ca. Cuma kita aja yang nggak punya kostum." Wanda menunjuk ke arah lain. "Lihat! Mereka semua pakai seragam, ya kali kita pakai pakaian biasa."

"Karena kan kita baru tau kemarin, heu.." Reina menghela napas gugup.

"Yaps! Kita berdo'a dulu sebelum masuk. Inget! Apapun hasilnya yang penting kita udah usaha, okayyyy?" Melia tersenyum, mencoba memberikan semangat kepada yang lainnya.

"Hm, oke.." sahut mereka.

"Berdo'a mulai!"

❤❤❤

Sore telah tiba, mereka telah selesai audisi. Saat ini mereka sedang berkumpul di kamar Melia. Entah memikirkan apa, mereka semua terdiam, mungkin mengingat saat audisi tadi siang. Mereka memang belum semaksimal mungkin karena waktu yang sangat singkat, tapi setidaknya mereka berusaha.

Bagi mereka lolos atau tidak, yang terpenting sudah melakukan semampu mereka. Bagi mereka, meskipun mereka tidak lolos pun, mereka sudah mencoba dan itu pun tidak mudah.

"Hah..." mereka menghela napas bersamaan, sesaat kemudian terdiam lalu tertawa bersama.

"Kok bisa samaan gitu, sih?" Wanda bertanya masih sambil tertawa, entah apa yang lucu, yang pasti ini sudah membuat hawa canggung tadi hilang.

"Gak tau.. Yang pasti, mah, kita sehati.." Indah menyahuti, lalu tersenyum.

"Yahh.. Kita gak tau hasilnya, yang pasti juga nih besok kalian berdua pulang.."

"Oh iya, aku harus pulang ke rumah tante aku.." Indah mengerucutkan bibirnya sebal.

"Gue juga pulang, pulang beda negara malah, Ndah." Caca berdecak sebal. "Kalo mau ketemu kalian susah, ya, harus naik pesawat dulu, ngeng..." Caca menggerakkan tangannya seperti burung terbang, "baru sampe, terus baru deh ketemu."

"Ckckck, makanya pindah aja kalian ke sini." usul Reina.

"Aku sih tinggal bilang bibi aku, toh ya universitas aku juga nggak jauh dari sini. Sama aja kayak dari rumah bibi aku ke universitas." jawab Indah.

"Emang universitas apa sih, Ndah? Aku penasaran, deh." Melia bertanya, matanya menatap Indah lurus.

"Hm, Universitas Hangin." jawabnya. Melia dan Reina menoleh serentak.

"Lah? Aku juga sekolah di situ, SMA nya, hehehe.." Reina tersenyum lebar.

"Univ Hangin yang di Seoul, kan, Ndah? Bareng aja sama aku, aku juga di sana kan dapet beasiswanya."

"Wah, daebakk! Bisa barengan gitu, aku sama Reina, Momsky sama Indah. Caca sama siapa?" goda Wanda.

"Sama KETOS!" jawab mereka bersamaan menggoda Caca, lalu tertawa.

❤❤❤❤

Dreams Come True?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang