~~ Bab 34~~

43 2 0
                                    

\ * 0 * /

****

"Jose, bagaimana dengan permintaanku tempo hari?" tanya Dito.

"Beres, kalian tinggal ke sana saja," jawab Jose santai. Pria itu menuangkan kopi ke cangkirnya.

"Permintaan apa?" tanya Shinjo penasaran.

Dito melirik Shinjo sebentar kemudian kembali fokus memandang anjingnya, Coffee, "reservasi kamar hotel,"

"Untuk apa? Dan siapa juga yang mau menginap di hotel disaat seperti ini?"

"Dua orang dari kita akan menginap di Gills Hotel untuk menyelidiki secara langsung," jawab Dito.

"APA? Bukannya itu berbahaya?" tanya Fritz sambil berdiri dari sofa kemudian duduk di dekat Dito.

"Tidak, jika gue dan Jose yang menanganinya,"

"Jadi.... Apa rencana mu yang selanjutnya?" tanya ketua Franz.

Dito kemudian berdiri diikuti Coffee yang mengekor dibelakang Dito. Mereka berdua berdiri dihadapan semua orang dan tentu saja anjing coklat itu duduk dengan tegap disamping Dito.

"Ketua bawalah beberapa anak buah mu dan bersiaga disekitar hotel dalam radius satu kilometer. Kemudian Jose dan Randy akan mengurus CCTV dan mengawasi kami. Fritz, tetaplah dirumah. Lalu Sven akan ikut ke hotel bersama gue dan Coffee,"

"Kami akan menginap disana selama semalam sebagai sepasang suami istri, semua surat dan keperluan lainnya sudah tersedia," kata Dito.

Sven yang mendengar hal itu merasa tak percaya, walaupun ini hanya sandiwara entah mengapa dirinya terus tersenyum tak jelas, Randy yang duduk disampingnya hanya bisa menggelengkan kepalanya. Memaklumi tingkah sahabatnya itu.

"Kapan kita menginap?" tanya Sven berusaha tidak terlihat antusias.

Dito menolehkan kepalanya, menatap mata Sven, "besok pagi jam delapan, semua orang harus sudah siap,"

"Lalu bagaimana kalian bisa terlihat sebagai 'pasangan suami istri' karena kalian kan masih remaja," tanya Randy.

"Itu mudah," jawab Dito sambil tersenyum miring. Dia kemudian memberikan isyarat kepada Sven untuk mengikuti dirinya. Sven yang mengerti, langsung berdiri dan berjalan disamping Dito, mereka berdua berjalan menaiki tangga menuju lantai dua. Kemudian masuk kedalam kamar Dito.

"Kita ngapain disini?" tanya Sven polos.

Dito tidak menjawab, dirinya malah sibuk memindahkan nakas yang ada disamping tempat tidurnya. Sven yang melihat itu langsung membantu Dito. Dito kemudian meraba dinding disekitar nakas tadi berada, kemudian berhenti pada satu tempat dan menekannya agak dalam, Dito terlihat kesulitan dalam menekan dinding itu.

Tak lama, lantai didekat mereka terbuka dan menampilkan sebuah tangga menurun yang pastinya menuju suatu ruangan, "ayo masuk!" kata Dito yang masuk terlebih dahulu dan menuruni tangga.

Sementara itu, Sven masih terkagum kagum dengan keberadaan pintu rahasia ini. Tak terduga dan keren menurutnya. Dia pun ikut masuk kedalam pintu rahasia itu, sebenarnya tidak bisa dibilang pintu juga. Karena lantai hanya terbuka membentuk persegi empat yang cukup untuk dimasuki satu orang dewasa dan dibagian tangga pun tidak terdapat banyak ruang untuk bergerak. Saat tiba di anak tangga terakhir, mata Sven langsung jelalatan melihat seisi ruangan. Dia berjalan menuju tengah ruangan kemudian memandang ruangan ini sambil memutar.

"KEREEEN!" teriaknya senang.

"Diam lah Sven, sekarang pilihlah sesuka mu. Yang jelas harus sesuai dengan peran yang kita mainkan. Kau adalah seorang pengusaha muda berusia dua puluh dua tahun," kata Dito sambil melipat kedua tangannya di depan dada. Dia memperhatikan tingkah Sven yang seperti anak kecil saat masuk kedalam walk in closetnya.

Miss DigitalisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang