~~ Bab 11 ~~

71 4 0
                                    


Keesokan harinya.

"Kemana tuh orang," kata Sven sambil melihat seisi kantin.

"Disana," tunjuk Fritz saat melihat sosok yang mereka cari.

Segera, mereka bertiga menghampiri Dito yang sedang memegang nampan.

"Dito, gue mau bicara," kata Sven tegas.

Dito membetulkan kacamatanya kemudian menjawab, "sekarang?"

"Gak tahun depan," kata Sven lagi sambil menunjukkan wajah jengahnya.

"Oh yasudah Dito mau makan dulu, permisi," kata Dito yang hendak mengambil sendok nasi.

Tetapi segera ditahan oleh Sven,
"ikut gue sekarang!"

Fritz mengambil nampan Dito kemudian memberikannya ke murid yang lain.

Sementara itu, Dito hanya bisa pasrah saat diseret oleh Sven.

****
Mereka sudah sampai halaman belakang asrama, disini terdapat banyak tanaman tetapi hanya beberapa saja yang mekar.

"A-ada apa? Katanya tahun depan," kata Dito gugup.

Randy, Fritz dan Sven memojokkan Dito ketembok dengan melingkari dirinya.

"Lu itu bodoh, bego atau apa sih? Masa gi-"

'Ah bertele tele banget lah' batin Sven kemudian melanjutkan.

"Abaikan saja yang tadi. Sekarang gue tantang lu dan siapa yg kalah harus mengikuti semua perintah dari yang menang selama sebulan. Gimana?"

"Ta- tantangan apa?" Tanya Dito.

"Mudah kok tantanganya-" perkataan Sven langsung diputus oleh Fritz

"Mencari jangkrik di halaman belakang asrama!" serunya.

"Nah itu, lu setuju kan?" Tanya Sven lagi. Dito bingung harus menjawab apa.

Dia menoleh ke arah Randy yang memberi tanda 'tidak usah setuju, lebih baik kau lari saja' kira kira seperti itu.

"Hmm... gimana ya? Emangnya disini ada jangkrik ya?" Tanya Dito polos.

"Huh... ya ada lah! Udah lu berarti setuju! Harus setuju. Kalau gak... lu bakal tahu apa yang bakal lu dapat," ancam Sven sambil mengeluarkan aura mencekam.

Dito ketakutan  sampai kacamatanya turun kehidungnya. Dito hanya bisa mengangguk pasrah sambil membetulkan letak kacamatanya dengan gemetar.

Sven tersenyum miring, 'HAHAHA.... akhirnya, akhrinya gue bisa ngerjain nih anak miskin,' batin Sven.

****

"Waktu pengumpulannya satu jam, pemenang ditentukan dari jumlah jangkrik terbanyak," kata Fritz memberi penjelasan kepada Sven dan Dito.

Mereka mengangguk. Sven mengangguk mantap sedangkan Dito mengangguk pelan.

"Satu jam dimulai dari.... SEKARANG!"  Kata Fritz sambil melihat jam tangannya.

Dito segera mencari jangkrik disekitar tanaman bunga, sedangkan Sven mendekati Fritz dan membisikan sesuatu.

Fritz pun mengangguk dan mengacungkan jempolnya.

"Tenang aja semua sesuai rencana," Sven pun memperlihatkan smrik nya kemudian mulai mencari jangkrik.

****

Dito masih mencari jangkrik, namun belum satupun dari mereka yang terlihat.

"Aakh, sebenarnya ada gak sih jangkrik nya?" Kata Dito pelan, takut suaranya terdengar.

Dito menolehkan kepalnya kebelakang, melihat Sven yang juga sedang mencari jangkrik.

"Lagi pula siapa yang peduli dengan jangkrik ini?" Kata Dito pelan sambil menyilangkan tangannya didepan dada.

Dia melepas kacamatanya kemudian melipatnya dan menyimpan Didalam kantung.

"Ehem, mari lihat benda ini berguna atau tidak,"  Dito mengetes suara, kemudian dia melihat jam tangannya.

Dia putar sisi jam tangan itu, kemudian mengucapkan sesuatu kemudian jam tangan itu menampilkan tiga titik merah dan sebuah titik hijau.

"Hebat sekali komandan itu!" Kata Dito sedikit terkejut.

"Titik hijau pasti posisi ku, sedangkan titik merah ini pasti apa yang ku cari," katanya.

Dia memperhatikan letak setiap titik merah kemudian mengernyit heran.

'Kantor kepala sekolah? Gue sudah masuk kekantor kepsek dan memasang penyadap disana tapi gak ada yang aneh sama sekali,' batin Dito.

"Heh Dito, lu udah dapet berapa?" Tanya Sven dengan nada mengejek.

Dito langsung menyembunyikan tangannya yang memakai jam tadi, dibelakang badannya. Sven yang melihat itu akhirnya penasaran dan melangkah mendekati Dito.

"Lu... ngumpetin apa tuh?"

"E- eh gak ada kok Sven," jawab Dito gugup. Sven mengangkat alisnya tidak percaya.

Sven meraih tangan Dito yang disembunyikan tadi. Dito langsung mundur dan menghindar.

"Stop! Jangan pegang pegang," kata Dito sambil membuat tanda berhenti dengan tangannya yang direntangkan kedepan.

"Siapa juga yang mau pegamg pegang lu, gue cuma mau liat aja apa yang lu sembunyiin," lagi, Sven meraih tangan Dito. Tetapi, Dito tidak melawan dan diam saja.

"Eleh, gue kira lu ngumpetin apa, cuma ngumpetin jam tangan murahan ternyata," Sven melihat jam tangan biasa dengan model yang biasa pula. Pastilah jam tangan itu bukan jam tangan mewah bermerk.

"Lu takut gue ambil jam tangan ini? Hehe.... tenang aja gue punya banyak dirumah dan gak sebanding dengan punya lu. Kalau mau kapan kapan gue beliin satu untuk-" setelah berkata seperti itu Sven langsung membalikkan badannya kemudian melangkah pergi.

"Oh iya, didekat akar itu ada jangkrik tuh," Kata Sven tanpa menoleh.

"Eh mana? Mana?" Dito langsung mencari cari keneradaan jangkrik yang dikatakan Sven.

Tanpa diketahui Dito, Sven tertawa kecil saat tiba tiba Dito berteriak kaget.

****

"Waktu habis! Sekarang kita lihat siapa yang paling banyak mengumpulkan jangkrik," kata Fritz selaku wasit sekaligus juri dadakan.

Fritz melihat wadah Dito dan hanya menemukan satu kodok, "hanya satu kodok dan itu tidak masuk hitungan,"

Kemudian wadah Sven, Fritz melihat banyak sekali jangkrik disana.
"satu.... dua... tiga.... lima... sepuluh... oh ada lima puluh jangkrik," kata Fritz setelah menghitung asal.

"Dengan ini saya nyatakan Sven sebagai pemenang! Yey," lanjutnya.

Fritz langsung mengajak Sven  untuk tos. Kemudian disambut oleh tepukan kedua telapak tangan Sven dan Fritz.

Selanjutnya Randy, Randy seperti mau dan tidak mau untuk tos. Jadi Fritz dan Randy hanya menghasilkan bunyi tos yang kecil.

"Yey," kata Randy asal dan tidak ada semangat. Dia kasihan dengan Dito setelah ini.

"Jadi sesuai kesepakatan, mulai sekarang lu harus menuruti apa yang gue bilang hingga masa hukuman habis," kata Sven setelahnya tersenyum ramah tetapi memancarkan aura gelap yang membuat Dito berkeringat dingin.

"Udah siap kan? Hehe?"

****
To Be Continue.

*****

Setelah Sven dkk sudah pergi dari halaman belakang asrama, Dito masih disana berdiri sendirian ditengah hamparan tanaman bunga yang belum mekar.

"Heeeh.... siapa yang tahu akan menjadi semudah ini," kata Dito sambil melepas kacamanta.

Dia duduk kemudian berbaring dirumput, menatap langit yang sedang cerah.

****

To Be Continue Beneran.

Gimana? Vote dan comment nya ditunggu ya.

Miss DigitalisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang