~~ Bab 19 ~~

57 3 0
                                    

Beberapa menit sebelumnya, saat Dito sedang menuju ruang VIP yang harus melintasi lantai dansa. Sven melihat sosok Dito yang memakai jaket hitam dan wajah serius sedang berjalan melintasi kerumunan orang yang sesekali terlihat menghalangi jalannya. Dia mengernyit bingung saat melihat kehadiran Dito di sebuah club malam.

"Kenapa dia bisa ada disini?" gumam Sven. Randy yang mendengar gumaman Sven langsung menolehkan kepalanya kepada sang sahabat.

"Lu ngomong apa tadi?"

"Eh gak kok, gue cuma mau ke toilet aja," Sven pun berdiri dan pergi dari sana. Saat melihat arah yang dituju oleh sahabatnya itu, Randy menautkan alisnya.

"Bukannya itu arah ke tempat VIP? Sudahlah," katanya sedikit heran. Tetapi dia tak ingin ambil pusing.

Disinilah Sven sekarang, dia mengikuti Dito sampai didepan lorong menuju ruang VIP. Dirinya mengintip dibalik salah satu dinding disana, pertanyaan yang sebelumnya masih belum terjawab dan sekarang pertanyaan pertanyaan itu semakin bertambah tatkala melihat peristiwa beberapa menit yang lalu. Sven melihat Dito yang melumpuhkan kedua preman kekar itu dengan menusukkan sesuatu kepada mereka dan juga ada apa dengan jam tangan murahan itu? kenapa jam itu bisa berkedip kedip kemudian mengeluarkan suara seseorang.

Sven langsung bersembunyi saat melihat Dito hendak menolehkan kepalanya kebelakang kemudian kembali mengintip kembali saat dirasa sudah aman. Tampak Dito yang sedang berjalan dilorong dengan yakin kemudian menghilang di sebuah belokan. Sven langsung berjalan dengan hati hati, dia melewati kedua preman tadi yang sekarang masih terkapar di lantai.

****

Dito bersiap untuk membuka salah satu kamar yang dia prediksi ini lah tempat yang dia tuju. Dia memegang sebuah telur kaca kemudian langsung mendobrak pintu itu dan melemparkan telur kaca itu kedalam kamar. Dito segera menutup pintu kamar dan menunggu diluar kamar. Setelah lima menit menunggu, Dito memasuki kamar tersebut. Terlihatlah lima orang pria berbadan kekar yang tergeletak dilantai maupun di sofa tak sadarkan diri akibat cairan yang ada didalam telur kaca yang mudah menguap.

"Shin, kalian bisa masuk lima menit lagi!" ucap Dito melalui jam tangannya.

"Baiklah, ingat jangan bunuh siapapun," Ucap Shinjo dari seberang.

"Copy that!"

Tanpa Dito tahu, seseorang sedang berjalan ke arahnya, siap menerjang remaja itu.

Diwaktu yang bersamaan, Sven, Randy dan Fritz sedang memasuki lorong ruang VIP sambil masing masing memegang sebuah pistol. Setelah Dito tak terlihat lagi, Sven langsung menghubungi kedua temannnya dan sinilah mereka sekarang.

Sven langsung memberikan kode dengan tangannya untuk berhenti, mereka mundur beberapa langkah. Didepan mereka ada sebuah kamar yang pintunya terbuka dan seseorang berjaket hitam memasuki kamar tersebut. Itu Dito, Sven yakin sekali dengan firasatnya.

"Pakai topeng kalian!" perintah Sven.

Mereka pun memakai topeng kain berwarna hitam yang menutupi wajah hingga seluruh kepala dan hanya memperlihatkan kedua mata saja, sekarang mereka sangat mirip dengan sekelompok maling yang sedang mengendap endap. Dengan langkah hati hati, mereka bertiga berjalan menghampiri kamar tersebut. Tetapi tiba tiba seseorang langsung memukul Randy, menyebabkan orang tersebut langsung tersungkur tak sadarkan diri.

Sven dan Fritz langsung bersiaga dan salah satu dari mereka mengecek keadaan Randy, Syukurlah Randy hanya pingsan saja. Dilihatnya pria kurus yang tadi menyerang mereka langsung masuk kedalam kamar itu dan menendang sosok berjaket hitam yang terlihat belum siap menerima serangan tersebut.

Dito terhempas cukup jauh kebelakang, Dia tadi sangat terkejut dengan suara seseorang yang terjatuh kemudian saat Dito membalikkan badannya sebuah tendangan yang sangat keras menghantam perutnya. Dan itu benar benar sakit, kini perutnya nyeri dan kepalanya sedikit pusing. Tapi Dito berusaha untuk langsung berdiri dan lebih bersiap untuk menghadapi serangan berikutnya. Dan benar saja, sebuah tendangan memutar dari pria kurus itu menghantam tangan kanannya. Beruntung tadi Dito sempat melindungi kepalanya dengan tangannya tadi, kalau tidak mungkin dia akan langsung pingsan dan semua rencananya gagal.

Miss DigitalisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang