~~ Bab 9 ~~

87 4 0
                                    


Pagi harinya, Sven bolos sekolah. Dia tidak mau bertemu dengan Dito. Sisa harinya kemarin hanya di hantui kedipan Dito siang itu.

"Kemana ya yang enak?" Tanya Sven pada dirinya.

Sven pun berhenti disebuah cafe. Dia keluar dari mobilnya sambil mengenakan jaket coklat tua.

Kriing! Suara bel saat pintu cafe di buka. Sven langsung disambut oleh senyum manis dari penjaga kasir.

Dia mengangguk dan mencari tempat duduk. Sven memilih meja dipojok ruangan. Cafe ini lenggang, mungkin karena masih pagi.

Seorang pelayan mendatangi meja Sven, menanyakan pesanan. Tak lama, pelayan itu pergi dari meja Sven setelah mencatat pesanan.

Sven memandang seisi ruangan. Hanya ada dirinya, tiga orang memakai seragam kantor, dab tiga orang gadis. Satu diantaranya duduk sendiri.

"Gue kayak kenal? Siapa ya?" Tanya Sven sambil memandang gadis yang duduk sendiri itu.

Rambut hitam pendeknya, pakaian yang simpel, Sven seperti melihat kenalannya.

"Asia? Ya itu Asia," kata Sven yakin. Dia pun pergi ke tempat gadis tadi yang dikiranya Asia.

Gadis itu sibuk memperhatikan bunga mawar yang ada diatas meja.

"Asia?" Tanya Sven dari samping gadis itu. Yang dipanggil menoleh dan memperlihatkan senyumnya.

"Sven?" Kata gadis itu yang ternyata benar Asia.

Sven mengangguk dan duduk di depan Asia. Diseberang meja.

"Kita ketemu lagi!" kata Asia. Sven hanya mengangguk.

Mereka berdua diam. Tidak ada yang memulai percakapan. Sven hanya memperhatikan Asia yang asik memperhatiakan bunga mawar palsu itu.

"Kau suka bunga mawar?" Tanya Sven memecah keheningan.

Asia mengangguk, "ya. Tapi sayangnya bunga ini palsu. Suatu hari nanti gue pengen liat kebun mawar yang bunganya sudah mekar semua. Pasti sangat indah," kata Asia senang.

"Memangnya apa bangusnya bunga ini?"

"Menurut gue, mereka itu indah. Warna nya ada beragam, tapi gue suka yang warna merah. Kelopak mereka halus dan lembut," ujar Asia.

Sven mengangguk ngangguk. Mereka diam lagi.

Seorang pelayan mendatangi mereka. Dia membawa pesanan Sven. Sven berterimakasih kemudian meminum latte nya.

"Gimana kalau lu ikut kerumah gue?" Tanya Sven. Asia mengernyit bingung sambil menatap Sven.

"Di rumah gue punya kebun mawar. Dulu bunda yang merawat kebun itu. Gimana?"

Asia mengangguk, "memangnya boleh?" Tanya Asia antusias.

Sven memotong cheese cake nya sambil mengangguk,
"Boleh kok, kan gue yang nawarin tadi," dia pun menyendok potongan kecil kue itu.

"Hmm enak," kata Sven pelan. Asia terlihat sangat antusias dan senang.

"Jadi kapan kita ke rumah lu?"

"Hari ini bisa. Bentar gue abisin dulu kuenya," kata Sven yang masih melanjutkan makan kue pesanannya.

****

Asia membuka mulutnya lebar lebar. Bagaimana tidak, yang dilihatnya saat ini bukan rumah. Sama sekali bukan!

Sejak memasuki rumah, Asia tidak berhenti berdecak kagum dan menengok sana sini. Mana ada rumah yang memiliki kolam renang indoor, home teater, taman yang luas, bangunan ini berlantai tiga, game center sendiri, ruang untuk fitnes dengan segala perlengkapannya belum lagi orang orang dengan seragam pelayan terlihat diseluruh penjuru rumah dan yang membuat Asia lebih kagum adalah kebun mawar yang dilihatnya.

Miss DigitalisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang