[Bagian enam] ID Line

19 0 0
                                    

"

Nggak usah sok peduli sama gue.

"

"Eh, pacarnya Nathan ya?" suara sok imut Chelsea terdengar menyeramkan di ruangan yang seketika hening tersebut. Nathan mengepalkan tangannya marah.

Thania menggeleng. "gue bukan pacar dia!" ketusnya. Ia sama sekali tidak gentar dengan tatapan tajam Chelsea, tentunya.

Chelsea mengelus rambut panjang Thania yang dibiarkan tergerai. "apa lo masih cantik saat rambut lo dipotong kayak Dora? Hahaha." tawanya. Tentu saja ia masih tidak menyadari kehadiran Nathan di ruanganan itu.

Thania menatap Chelsea marah. Ia menepis tangan cewek itu jauh-jauh. "Nggak usah sok kenal sama gue."

"Tapi sayangnya lo udah keburu terkenal duluan karena pacaran sama Nathan. Jadinya gue kenal lo." Chelsea tersenyum mengerikan. Ia menepuk pundak Thania pelan. Lalu menyeringai.

"Gue pastiin lo nggak bakalan hidup tenang setelah itu."

"Maksud lo apaan, Che?"

Chelsea sontak menoleh. Matanya membelalak kaget, tentunya. Biasanya ia selalu melabrak orang tanpa sepengetahuan Nathan. Ia tersenyum  sok manis. "Gue cuma mau silaturahmi ke kelas pacar lo doang, Nath."

Nathan melangkah dan menarik lengan Thania menjauh dari Chelsea. Thania menatap Nathan kebingungan.

"Jauh-jauh dari dia!" titah Nathan dengan nada tidak terbantahkan. Lalu ia meninggalkan kelas itu dengan Thania yang masih berada di genggamannya.

Sampai di luar, Thania melepas cekalan tangan Nathan. "Nggak usah sok peduli sama gue, tolong."

Nathan berdecak. "Kata-kata makasih masih belom ada?"

"Jangan harap," ucap gadis itu lalu melangkah pergi dari hadapan Nathan. Nathan menatap punggung cewek itu dengan ekspresi heran.

"Julukan Es Sekolah udah pindah ya?"

(* ̄︶ ̄*)

Bel pulang berbunyi nyaring. Bunyi yang sangat favorit bagi seluruh murid SMA itu.Thania dibuat terkejut setengah mati melihat kehadiran Nathan di depan pintu kelasnya.

"Ayo pulang," ajak Nathan saat Thania melangkah keluar kelas itu. Thania mengernyit.

"Lo ngapain?"

"Ngajak lo pulang. Nggak boleh?" Nathan memasukkan kedua tangannya ke saku celana abu-abunya. Ia melirik cewek itu yang masih terdiam. "Lo denger nggak sih?"

"Dalam rangka apa lo baik sama gue?"

Astaga, Nathan bisa frustasi dengan cewek satu ini. Bagaimana bisa ia sejudes itu?

"Dalam rangka setelah kita jadian. Bener kan?" jawab Nathan. Thania mendesis.

"Jadian?" Thania menatap Nathan dengan alis yang dinaikkan sebelah. "Padahal kita enggak tahu nama masing-masing. Itu yang namanya jadian?"

Nathan mengulurkan telapak tangannya. "Kalo gitu kita kenalan sekarang."

"Nggak perlu, gue mau pulang." Thania berjalan begitu saja dan mengabaikan uluran tangan Nathan. Nathan berdecak dan menarik telapak tangannya kembali.

The Cold Rich Boy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang