[Bagian delapan] Kebenaran

6 0 0
                                    

"

Makanya, kalo lahir mukanya milih yang ganteng.

"

Thania terdiam. Ia tidak melanjutkan langkahnya. "Gue.. juga bercanda. Gue mau ke gerbang nih. Nggak usah geer deh, lo!"

"Gerbangnya kan lurus ke sana," tunjuk Nathan.

Thania masih mencoba ber alibi, "Ya kan ini sekolah gue. Terserah dong mau lewat mana."

Thania menuju gerbang dan menatap sekeliling. Jemputannya belum datang. Terpaksa ia harus menunggu.

"Lo belom pulang?" tanya seseorang sehingga Thania harus menaikkan kepalanya yang sedari tadi menunduk.

"Belum," ucapnya cuek.

"Nggak pulang sama cowok baru lo?" Alex menunjuk Nathan yang sudah menaiki motor sport-nya——dengan dagu.

Thania menggeleng malas. "Emang kenapa? Bukan urusan lo."

Alex berdecak. Menggelengkan kepala menghadapi sinisnya cewek di depannya ini. "Nathan bisa rugi kalo cewek secantik lo disia-siain gini." Alex tersenyum kecil. "Ya enggak?"

Thania meremas ujung roknya. Fakta bahwa Alex mengincar dirinya, ia sudah tahu sejak lama. Hanya dia.. berusaha diam saja.

"Mau pulang sama gue?" tawar cowok itu. Thania mengerjapkan matanya. Menatap Alex malas.

"Gue udah ada jemputan," ucapnya cuek. Memang sejak kapan Thania bisa ramah?

"Mau nunggu sampe kapan? Udah sore loh," ucap Alex meyakinkan. Jarinya memutar-mutar kunci motor. Ia masih menunggu gadis itu untuk menjawab.

"Nggak usah," tolaknya. Alex menghembuskan napas. Angkat tangan deh kalo soal membujuk Thania.

"Ya udah, kalo gitu gue duluan," pamitnya. Dan Thania pun merasa tidak perlu repot-repot menjawab.

(* ̄︶ ̄*)

"Tanding basket minggu depan. Lo nggak minat ikut, Nath?" tanya Alex sambil menatap ke luar kelas.

Nathan menghela napas. "Gue udah kelas dua belas. Banyak kok dekel yang udah nyalonin diri buat gantiin gue."

"Tapi lo kaptennya. Masa nggak ikut sih?" Okto berkata gemas. "Lagian ya, nggak belajar semenit pun nggak akan bego!"

"Dengerin ya, nggak ada yang bener-bener bisa gantiin posisi lo sebagai the real captain! Kebanyakan juga mau TP," ujar Alex. Nathan mengusap wajahnya. Ia menatap buku kumpulan soal prediksi ujian kelulusan.

"Tapi gue nggak janji."

Okto dan Alex langsung heboh. "Janji ya lo, Nath. Harus!"

"Gue udah bilang, nggak janji, bego."

"Bodo amat. Intinya lo ikut buat tanding basket lawan SMA 56." suara Alex terdengar tidak terbantahkan. Nathan menatap temannya itu pasrah.

"Lo juga. Kelas 12 udah disuruh off ekskul kan? Masih ikut aja," kata Nathan dengan nada mencibir. Alex menatap Nathan dengan tatapan mengode.

Nathan mencibir. "Iya, iya, gue tau! Demi deketin dekel siapa tuh? Karina?"

"Kirana!" tangan Alex menoyor kepala Nathan. Okto tertawa.

"Kebiasaan emang lo. Angkatan ini, gebetannya ini. Angkatan itu, gebetannya yang lain!" Okto mencibir. Alex tertawa jenaka.

"Makanya, kalo lahir mukanya milih yang ganteng."

The Cold Rich Boy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang