[Bagian tujuh] Ups?

17 0 0
                                    

"

Biar gue bisa ketemu lo terus. Dengan alasan 'belom ngucapin makasih'. Deal?

"

"Ya ampun, Thania!" Sherly reflek menghampiri Thania yang jatuh dengan pelipisnya membentur kaki meja.

Mendengar teriakan nyaring tersebut, Nathan langsung menerobos kelas cewek itu, lagi. Ia mencari darimana asal suara tersebut. Dan sontak terkejut melihat Thania sedang duduk bersender dengan tangan memegangi pelipisnya.

"Lo kenapa?" tanya Nathan cepat. Thania meringis. Ia menarik tangannya yang sedari tadi memegangi pelipisnya yang rasanya sangat sakit itu.

Sherly terkejut. "Aduh berdarah lagi, Than. Maaf banget, astaga."

Nathan memegang dagu Thania agar menyejajarkan dengan matanya. "Pelipis lo luka, ayo ke UKS."

"Gue nggak apa-apa."

"Nanti infeksi!" ucap Nathan dengan nada yang terdengar khawatir. Thania akhirnya terdiam dan mengiyakan saja perkataan cowok itu. Lagian kepalanya terasa berat dan ia tak bisa banyak berkata-kata.

Thania mencoba berdiri dengan dipapah Sherly dan Nathan.

Mereka bertiga dihujani oleh tatapan heran orang-orang di koridor. Nathan berdecak.

"Lo sih pake terkenal segala," ucap Thania pelan. Nathan menatap Thania tanpa eskpresi. Masih sempat-sempatnya ia berkata ketus disaat keadaan seperti ini.

Sherly merebahkan tubuh Thania ke ranjang UKS. Ia melihat sekeliling. "Gue panggilin dokter UKS dulu."

Thania hanya menggumam kecil. Ia memegang pelipisnya yang sobek. Ia akhirnya bisa sedikit, sedikit, sedikit, sedikit, SANGAT sedikit merasa berterimakasih oleh sosok Nathan.

(* ̄︶ ̄*)

Thania tersenyum kecil——setelah lukanya diobati——ke arah dokter yang masih dibilang sangat muda itu. Ia taksir mungkin usianya masih 22-an.

Ia mendudukkan dirinya di pinggir ranjang UKS itu. Kepalanya masih terasa berat dan pelipisnya perih. Ia memejamkan matanya ketika teringat mata pelajaran setelah istirahat ini. FISIKA!

"Kepala gue lagi sehat aja gue udah bego fisika, gimana pas kepala gue luka gini?" gumamnya.

"Udah lo nggak usah ikut belajar dulu. Nggak usah sok rajin," ucap seseorang di luar tirai ranjang UKS-nya. Thania menyipitkan matanya.

"Siapa?" ucap cewek itu. Nathan menyingkap tirai tersebut.

"Lo udah enakan?" tanya Nathan. Nathan meneliti tubuh cewek itu dari atas hingga bawah. "Mana lagi yang luka?"

"Nggak usah sok peduli."

Nathan menarik kursi di samping ranjang Thania. Ia menaikkan sebelah alisnya. "Masih belom bisa ngomong makasih?"

"Sherly mana?" mata Thania menjelajah ke tiap sudut UKS. Mungkin aja Sherly lagi mojok.

"Jawab pertanyaan gue," ketus Nathan.

Thania menatap cowok itu dengan tatapan tidak suka. "Lo ikhlas nggak sih bantuin gue?" tanya cewek itu. Ia sadar bahwa dirinya pernah merepotkan cowok itu. Hanya saja.. ia malas jika nantinya hanya akan memperpanjang pertemuan mereka.

The Cold Rich Boy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang