01

1.9K 66 17
                                    

Larut malam tak digubris gadis bersurai coklat panjang itu. Mata cantiknya masih terus memelototi layar laptop dengan jari-jarinya yang terus mengetik huruf demi huruf untuk menyelesaikan tugas power points nya yang harus dikumpulkan besok jika tidak mau mendapatkan nilai minus.

Vinia meneguk susu coklat hangatnya. Sedikit memijat pelipisnya; kadang menampar pelan pipinya agar rasa kantuk tak menyerang untuk saat ini.

Segelas susu nampaknya pilihan yang salah untuk menemani mu malam ini nona

Ya, sedikit lagi kalimat-kalimat yang harus disusun Daan...
Yups! Akhirnya jari-jari cantik itu dapat beristirahat. Dengan earphone yang masih setia menyelip di lubang telinga nya. Vinia meregangkan otot-otot tubuhnya. Mata gadis itu beralih pada jam dinding bermotif semangka yang terpampang.

01.13 am.
Bagus sudah berganti hari. Vinia menyimpan file tugasnya di flashdisk.
Saat mematikan laptopnya. Terpampang jelas dari layar laptop bayangan seseorang yang tengah berdiri tepat dibelakang kursi belajar nya.

"KYAAAAAAAAAAAAAAA", Vinia nyaris terjungkal bila seseorang itu tidak menahan kursi dengan sebelah kakinya.
Pria itu terkekeh pelan, Vinia masih menetralisir nafasnya yang menderu membuat bahu nya naik turun.

Gadis itu bangkit dari duduknya setelah sadar dan melepaskan earphone nya. Tanpa ba-bi-bu dia memberi serangan tinju ke dada bidang Arkan

"Ugh... Ampun Vin, ampun aduh. AW AW " Arkan memegang kedua tangan mungil Vinia

"Lo keterlaluan. Untung gue gak jantungan", Vinia memegang dada nya yang berdetak kencang.

"Lho? Salah gue apaan? Kan gue gak ngagetin elo" jawab pria itu santai membuat vinia membulatkan matanya.

"Gak ngagetin gimana anjir, Lo tiba-tiba ada di belakang gue. Mana udah jam segini lagi ya gue kaget lah", jelas gadis itu dengan suara yang naik 2 oktaf

Arkan terkekeh geli melihat sahabat nya ini. Tangannya terangkat untuk mengacak-acak rambut coklat tersebut.

"Maaf deh maaf. Gak gitu lagi" ujarnya.
Yang diajak bicara hanya memutar bola matanya. Lalu kembali membereskan flashdisk dan laptopnya.

"Ngapain Lo jam segini ke apartemen gue?", Tanya nya
Lawan bicara nya hanya tersenyum sambil melingkarkan tangannya ke pinggang ramping Vinia. Menaruh dagunya di ceruk leher gadis itu.

"Lagi kangen sama sahabat gue emang gak boleh?", Ucapan arkan membuat hati Vinia berdesir. Perlahan garis-garis halus kemerahan tercetak jelas di pipi gadis itu.

Tapi itu hanya sesaat ketika indra penciumannya, merangkap wangi parfum yang asing. Bukan khas wangi parfum yang biasa Arkan pakai, melainkan wangi harum bunga segar seperti dipakai wanita

Vinia membalikan tubuhnya menatap lekat mata sahabat nya itu.
"Habis darimana Lo?", Tanya Vinia to the point
Arkan mengerjapkan matanya sesaat.

"O..oh ya gue baru pulang dari rumah Andi, biasa main PS gak inget waktu", jawab pria itu. Lawan bicaranya hanya menyeringai

"Rumah Andi atau rumah jalang?", Sarkas Vinia masih dengan seringainya

Arkan terkekeh kecil
"Tenang kok gak ngapa-ngapain, cuman ya seperti biasa..."

"Berapa cewek?" Tanya wanita itu lagi

"Cuman satu tapi....." Arkan menggantung kalimatnya

"Memuaskan", dengan penuh tenaga Vinia mendorong dada bidang sahabat nya itu hingga terhuyung.

Arkan terbahak-bahak melihat Vinia dengan wajah memerah itu. Lalu mengikuti Vinia berbaring di ranjang.

"Ngapain sih ikut-ikutan! Sana-sana ke kamar Lo! Atau gak pulang aja sana", Vinia mendorong-dorong pelan bahu Arkan

Everything has changedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang