02

936 62 0
                                    

Pagi-pagi sekali Wanti sudah dibanguni dengan dering panggilan selular handphone nya. Gadis itu perlahan membuka matanya malas. Ditambah dengan nama si pemanggil yang tertera di layar handphone nya.

Gadis itu men-slide ikon berwarna hijau untuk mengangkat panggilannya

"Hm? Apaan?", Sahut gadis itu dengan masih setengah sadar

"Nanti malem bisa gak jam setengah 9? Di road biasa? Mumpung gue free nih", sahut si penelpon

"Malam Jum'at gini? Gila Lo! Mendadak gini ngajak nya. Mobil gue belum di apa-apain", balas Wanti sewot

"Penolakan berarti menerima kekalahan"

"Babi! Okelah berapa duit?"

"Gopek aja gak banyak-banyak"

"Hm bnr ye. Awas lu gak Dateng"

"Oke see you darling"

Panggilan terputus sepihak. Wanti mengusap rambut panjang nya. Gadis itu melihat jam dinding

04.23 AM
Seperti nya penelpon tadi menjadi alarm terbaik untuk mu nona.

Karena terlanjur sudah bangun, Wanti beranjak dari ranjang nya menuju ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Rekor terbaru untuk bangun pagi bagi gadis itu.

----------------------------------------------------------------------------------------------

Vinia berjalan memasuki gerbang utama sekolah nya. Hari ini gadis itu tidak diantar dengan Arkan. Ia berjalan kaki sambil bersenandung mengikuti alunan lirik dari earphone nya yang mengeluarkan suara merdu girl band Twice.

Signal bonae signal bonae~
Jjirit jjirit jjirit jjirit~

Oh, bahkan bibir kecilnya sangat lihai dalam menyanyikan lagu pop khas negeri ginseng itu.

"VINIAAAAAAAAAAAAAAAA", suara bariton itu nyaris membuat Vinia meloncat

Oh, siapa lagi yang mengganggu pagi hari mu kali ini nona

Vinia berbalik, matanya nyaris mencelos keluar melihat siapa yang memanggilnya.
Bukan, Vinia bukan terkesima dengan pria berparas tampan yang memanggilnya tadi. Melainkan Vinia merasa terancam.

Pria itu mendekat dengan senyum khas nya yang menjadi candu bagi wanita.
"Lama nih gak liat Lo", ucap pria itu memulai pembicaraan. Yang diajak bicara hanya diam; memfokuskan kembali pada ponsel dan earphone nya.

Gadis itu hampir berteriak dengan apa yang dilakukan pria disebelahnya ini. Dengan enaknya melepaskan earphone yang dia pakai.

"Gue ngomong tuh dengerin kali", ujar nya.

"Gak penting gue ngegubris elo", sinis gadis itu. Membuat pria disampingnya tadi nyaris membuncah tawanya.

"Vin, Vin. Mau sampai kapan Lo ngehindarin gue terus hm? Gak capek apa? Semakin Lo rahasia in apa hubungan kita. Makin cepet orang ngebongkarnya. Apalagi kalo kebongkarnya dengan tambahan tambahan gosip palsu", jelas pria itu.

"Tinggal Lo umbar kalo gue kakak tiri Lo gak bakal bikin Lo kehabisan nafas kok", lanjutan pria itu membuat Vinia menghentikan langkahnya. Gadis mungil itu menoleh kearah pria yang sedari tadi mengoceh ini.

Tatapan gadis itu tak biasa. Tajam dan sinis.

" Dengar ya Vero Raditya Lo pikir dengan mudahnya umbar itu bakal bikin hidup gue tenang? Bakal bikin apa yang udah hilang di gue selama ini bakal balik? Bakal bikin perhatian mama gue balik ke gue? Nggak! Yang ada malah makin runyam, malah makin gue tertekan", ucap gadis itu setengah berbisik namun penuh penekanan.

Everything has changedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang