25

368 32 20
                                    

Terlalu pagi untuk para manusia beraktivitas di hari libur. Cuaca mendung yang masih menyisakan udara dingin sehabis hujan semalam seolah-olah memberi tahu, bahwa aku memberi kalian kesempatan menikmati kenyamanan.

Tapi tidak bagi Vinia, gadis itu sudah terlampau rapi pagi Minggu ini. Setelan kasual seperti biasa menjadi outfit nya untuk bertemu seseorang yang penting baginya.

Rasa tak sabar, tak percaya, senang, dan takut jadi satu. Tak sabar bertemu dengan sang kakak, tak percaya bahwa Vero mengajak nya bertemu lebih dulu; padahal tadi malam Vinia ingin mengirim pesan pada Vero untuk bertemu, tapi ternyata kakak nya itu lebih dulu mengajak nya. Senang, tentu karna sungguh Vinia rindu sosok Vero. Dan takut, takut jika Vero mengajak nya bertemu bukan untuk melepas rindu dengannya. Tapi untuk memberi salam terakhir. Itu yang ada di pikirannya.

Ting!

Vinia melihat handphone nya menyala, ada notifikasi chat dari Wanti. Ia membuka chat dari temannya itu.

Gw nnti mlm mo balpn, ikut g?

Vinia memiringkan kepalanya, memikirkan apakah nanti ada acara lain. Dan mempertimbangkan siapa tau Vero mengajaknya berjalan-jalan hingga malam nanti. Dan jika seperti itu Vinia akan lebih memilih ikut Vero, tanpa rasa lelah bermain dengan kakak nya. Atau-

Mengajak Vero untuk ikut nonton balap liar?

Pilihan yang bagus.

Okee, sendloc aja nnti.

Bnr ya Lo dtg!

Iyaaaaa.

"Sayang!"

Vinia terkesiap saat suara Arkan menginterupsi, disusul suara pintu kamarnya terbuka. Menampilkan lelaki tersebut dengan balutan pakaian yang tergolong membuat Arkan berlipat-lipat tampannya. Kaos putih yang dilapisi jaket bomber merah dan jeans hitam. Serta sepatu Kets nya berwarna hitam. Arkan benar-benar membuat jantung nya berolahraga di pagi hari.

Arkan memasuki kamar Vinia sambil menenteng helmnya, lalu berkaca membenarkan tatanan rambutnya yang acak-acakan karna memakai helm tadi. Mengingat Arkan pulang ke rumahnya sepagi mungkin untuk mandi dan ganti baju. Tak lupa untuk bertemu bundanya sebentar yang akan pergi dinas keluar kota bersama ayahnya.

Arkan melirik ke arah Vinia lewat cermin, gadisnya tengah mengoleskan pelembab bibir. Fokus sekali melihat bibir milik nya, sesekali melipat-lipat bibir guna meratakan lipbalm tersebut.

Arkan menyeringai ketika satu ide terlintas di kepalanya.

"Udah gausah di perhatiin banget bibirnya, bentuk nya sama kok. Walaupun udah di decakin berapa kali sama gue" celetuk Arkan sambil berpura-pura membenarkan tatanan rambutnya itu.

Dan seperti dugaannya, satu tunjangan mengenai tulang kering Arkan hingga lelaki itu meringis.
Sial, bringas sekali Vinia ini, pikirnya.

Setelah mengusap-usap kakinya, ia dekatkan diri dengan wajah Vinia,

"Lo ganti shampo?" Tanya Arkan setelah mengendus aroma asing baginya dari Vinia.

"Hm, gue suka wanginya" jawab Vinia tanpa melihat ke arah Arkan. Tetap fokus pada cermin di depan.

"Tapi gue ga suka!"

Everything has changedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang