06

574 39 0
                                    

Vote terlebih dahulu wankawan, maaf kalo gaje and typo bertebaran everywhere.
Happy reading gaes ❤️

Vero membaringkan tubuh Vinia di salah satu ranjang UKS, tak henti pria itu mengkhawatirkan kondisi Vinia yang lemas. Wajah gadis itu benar-benar pucat pasi.

Tak lama seorang perawat wanita datang memeriksa keadaan Vinia.

"Dia cuman kecapekan, mungkin belum sempet isi perut makanya lemes. Tapi gak parah cuman butuh istirahat aja. Kalian boleh kembali ke kelas", jelas perawat itu.

"Bu saya izin disini aja ya Bu", pinta Wanti kepada sang perawat. Perawat itu menggeleng menolak permintaan wanti

"Kamu ke kelas aja, udah ada saya yang jagain temen kamu", jawab nya

"Bu tolong, boleh lah ya. Saya jagain dia biar kalo dia mau pulang gak harus susah-susah. Kan saya bisa langsung ambilkan tas nya terus nemenin ke BK buat izin. Ya Bu boleh ya", mohon Wanti pada perawat itu dengan alasan yang kurang meyakinkan untuk mendapat izin

"Iya Bu saya juga izin nemenin Vinia. Takutnya Vinia lemes terus mau pulang gak ada yang bopong", alasan Vero yang sedikit masuk akal namun tak jamin jika mendapat izin

Perawat itu berfikir sebentar, ragu tapi akhirnya meng-iya kan.

"Kalian berdua aja, yang lain masuk kelas ibu gak mau kena teguran cuman karena kalian. Sekalian ibu titip UKS ibu ada urusan sebentar", ujar ibu perawat membuat Vero dan wanti bernafas lega.

"Yaudah ibu tinggal dulu", lanjutnya lalu melenggang meninggal kan UKS

"Yaudah ver gue izinin elo nanti, gue duluan", ujar Jason yang diangguki Vero, lalu pria itu keluar UKS

"Lo pada masuk kelas dah, jangan semua disini", ujar wanti sedikit sinis. Ia masih membawa sedikit emosi dengan ketiga temannya ini.

"Yauda sih santai gosah sinis gitu", jawab Tipa tak kalah sinis

"Apa Lo-",

"Udah-udah Lo tip gak sadar diri banget, gue sama yang lain masuk kelas nanti gue absenin elo", ujar Titin lalu keluar meninggalkan UKS bersama yang lain.

Wanti masih menatap mereka tajam, ia masih emosi ditambah Tipa yang menurutnya tak tau diri. Bukannya malu karena dia yang harusnya di cap pelakor bukan wanti.

Vero menepuk pelan bahu wanti membuat gadis tinggi itu sedikit terlonjak.

"Santai ngeliat nya. Mending Lo duduk", ujar Vero lalu pria itu duduk disalah satu kursi tepi ranjang.

Wanti pun ikut duduk namun di ranjang sebelah ranjang Vinia karena tak ada kursi lagi.

Hening sejenak, tak ada percakapan diantara keduanya. Vero sibuk menatap Vinia iba sedangkan Wanti berkecamuk dalam pikirannya sendiri. Ia masih tak terima jika di cap pelakor seperti itu. Yang benar-benar pelakor saja tak terima jika dibilang dengan sebutan 'pelakor' apalagi Wanti yang tak tahu menahu tapi disebut dengan sebutan tak layak baginya itu.

Tak lama tatapannya teralih pada Vinia yang masih memejamkan mata. Ia merasa bersalah karena masalah dirinya Vinia jadi ikut di jelek-jelekan oleh Miko. Padahal gadis itu tak tau apa-apa. Dan yang lebih ironis nya gadis itu harus histeris melihat Arkan membabi buta Miko. Ia baru ingat jika Vinia memang tak menyukai hal-hal yang berbau perkelahian. Apalagi jika perkelahian itu menimbulkan luka parah seperti yang dialami Miko dan Rendi. Di tambah dengan trauma dari sekolah lamanya.

Vinia dipindah kan karena trauma yang ia alami, Vinia memang termasuk daftar siswi ternakal namun ia gadis yang lugu jua. Trauma nya berawal dari sekolahnya di Bandung tawuran dengan sekolah yang lain, Vinia menjadi korban dengan kata umum 'penculikan' dari sekolah lain untuk membuat sekolahnya menyerah dalam tawuran. Vinia melihat dimana teman karibnya di Bandung di pukuli habis-habisan oleh pentolan sekolah yang menjadi lawan tawuran sekolahnya. Vinia jelas melihat temannya yang secara brutal dipukuli, kekerasan terjadi dihadapannya. Darah yang mencuar dari wajah temannya itulah yang membuat Vinia takut. Ditambah lagi dengan hanya dirinya yang menjadi korban 'penculikan' itu.

Everything has changedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang