08

522 35 0
                                    

Vinia berjalan di sepanjang koridor kelas, rambut panjang nya ia kuncir karena memakai pakaian olahraga. Ya! Sekarang pelajaran olahraga, dan kebetulan pelajaran nya tepat jam pertama jadi pakaian olahraga nya dipakai dari rumah.

Di sepanjang koridor, pasang mata tak lepas dari dirinya. Memang hal biasa jika ia menjadi perhatian seperti itu. Namun yang membuat ia bingung adalah cara mereka menatap dirinya.

Apakah ada yang aneh? Pikirnya. Para siswi yang liat sedikit membelalakkan mata mereka. Hingga ia menangkap kemana arah mereka memandang. Ke arah belakang dirinya.

Memang gadis itu mendengar derap langkah kaki di belakang nya. Namun ia juga berfikir bahwa yang berjalan di koridor bukan dia saja jadi wajar jika derap langkah kaki itu ada di belakang nya.

Namun tetap saja tatapan-tatapan orang di sepanjang jalan yang ia lewati memandang dengan cara yang sama. Dengan mata membulat dan mengarah tepat di belakang dirinya. Membuat Vinia penasaran karena tak hanya tatapan namun bisikan yang membuat ia risih.

Sedangkan seseorang yang tepat dibelakang tubuh mungil Vinia. Lebih tepatnya seorang pria yang sedari tadi mengikuti gadis itu dengan genggaman buket bunga yang diisi 4mawar merah. Pria itu masih berjalan mengikuti irama langkah Vinia dari belakang.

Sampai akhirnya gadis yang ia kuntit itu berhenti yang membuat dirinya refleks ikut berhenti. Arkan berjaga-jaga jika Vinia menoleh kebelakang. Dan dengan satu langkah panjang pria itu menggeser tubuh nya ke samping saat Vinia benar menoleh kepalanya ke belakang.

Arkan menahan senyum saat Vinia celingak-celinguk. Arkan berusaha menghindar dari penglihatan Vinia. Dan kembali ke belakang tubuh gadis itu saat pandangan Vinia kembali ke depan.

Vinia kembali melangkah dan begitu juga Arkan. Sesekali memberi kode kepada orang yang ada di lorong kelas untuk diam. Hingga sampai lah mereka di lorong loker.

Awalnya cukup ramai namun tak berlangsung lama karena Arkan menunjukkan mata tajam nya mengode untuk yang lain cepat-cepat meninggalkan tempat itu.

Masih di posisi belakang Vinia, melihat gadis itu membuka lokernya dan mengambil sepatu olahraga berwarna putih. Setelah selesai ia kembali menutup dan mengunci lokernya.

Tangan kanan Arkan tergerak bebas untuk meraih bahu Vinia dan membalikkan tubuhnya hingga sedikit membentur pintu loker. Tangan kirinya ia sembunyikan di belakang tubuhnya guna menyembunyikan buket bunga yang ia bawa.

"Awwhh", rintih Vinia. Wajahnya mendongak dan matanya membulat melihat siapa yang ada dihadapannya ini.
Arkan mengurung tubuh Vinia dengan sebelah tangannya. Tatapannya tetap sama tak ada ekspresi

Sungguh ia merindukan pria ini! Walaupun memang Arkan sering dikenakan skors namun memang ada yang kurang jika pria itu tak ada. Biarkan orang menilai dirinya berlebihan. Wajar bukan pada seseorang yang disukai? Namun bayang-bayang kejadian tempo hari kembali berputar di kepalanya.

Bayangan-bayangan Arkan pada saat itu kembali terekam. Arkan yang brutal, darah berceceran dimana-mana. Arkan yang tak memberi ampun sedikit pun. Membuat orang cidera berat. Otak nya terus berputar membuat kepala Vinia berdenyut. Rasa pening menjalar di kepalanya.

Tubuhnya melemas dan hampir terhuyung jika Arkan tak langsung memegang bahu gadis itu. Keringat perlahan menghiasi dahi nya. Trauma complex yang dialami oleh Vinia membuat diri gadis itu kembali merasakan seolah-olah ia kembali ada di peristiwa tersebut.

Bibir Vinia bergetar ketakutan. Arkan yang melihat itu sontak panik tak karuan.

"Vin?", Panggil nya.

Vinia terus diam, rasa ketakutan nya semakin melanda mengingat kejadian itu.

"Vin, hei!", Panggilnya lagi.

Everything has changedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang