6"Taruhan"

36 11 9
                                    

Matahari memancarkan sinarnya yang terik membuat para siswa yang di hukum berjemur di tengah lapangan pun mengeluh. Ya para siswa itu adalah Ryan dan Rahel.

"Sumpah dah, kali ini gue baru ngerasain di hukum gara-gara telat masuk"keluh Rahel.
"Ye dasar cewek bodoh. Gue juga telat gara-gara lu nih Rel. Makanya kalau dandan jangan lama-lama"sahut Ryan yang berbicara dengan menyentil kening Rahel dengan keras.

"Sakit curut. Ya gue kan dandan biar cowok-cowok pada naksir sama gue"protes Rahel.
"Sampai ada cowok yang naksir lu, bakalan gue tinju satu-satu. Enak aja"lanjut protes Ryan.

"Kenapa lu cembukur?"tanya Rahel cekikikan.
"Ngapain amat gue cemburu sama anak curut bau kencur ini"gurau Ryan.
"Kampret lu Yan"gumam Rahel.
"Haha bercanda gue Rel"Ryan mengelus puncak kepala Rahel dengan lembut.

"Haduh bisa-bisa kulit putih gue yang keturunan korea bisa geseng nih, gara-gara di jemur mulu disini"keluh Rahel.
"Lebay lu Rel, tinggal putihin kulit doang. Ribet amat"ledek Ryan.

Rahel menggigit tangan Ryan dengan cepat, Ryan pun meringis kesakitan. Ryan berlari menjauhi Rahel karena takut akan digigit kembali.

Rahel dan Ryan saling kejar-kejaran di lapangan sekolah dengan kondisi baju seragam mereka yang basah kuyup akibat keringat yang sangat banyak.

Hosh
Hosh
Hosh
"Berhenti Rel. Gue capek"pinta Ryan sambil duduk di tepi lapangan sekolah.
"Huaaa kaki gue kayak mau patah"gumam Rahel sambil duduk di samping Ryan.

"HEY KALIAN BERDUA YANG SEDANG DUDUK DI TEPI LAPANGAN! KEMBALI KE TEMPAT SEMULA, JANGAN LARI DARI HUKUMAN"teriak pak Rizal dengan keras.

Itulah pak Rizal, guru fisika gue yang paling the best killer. By the way, pak Rizal juga wali kelas gue sih. Oiya pak Rizal juga pelit nilai woy orangnya. Jadi kalian hati-hati aja kalau guru kalian ada yang namanya pak Rizal juga haha.

"Iya pak siap gerak, kembali ke tengah lapangan jalan"ujar Ryan dengan santai.
"RAHEL! NGAPAIN KAMU MASIH DUDUK DISANA? CEPAT BERDIRI DI SAMPING RYAN"pinta pak Rizal.

"Pak Rizal ganteng deh, Rahel capek pak. Boleh gak kalau Rahel udahan di hukumnya"pinta Rahel dengan muka imutnya untuk membujuk pak Rizal dengan segala cara.

"RAHEL CEPAT KEMBALI KE TENGAH LAPANGAN. KALAU TIDAK...KAMU AKAN SAYA HUKUM LEBIH DARI INI"teriak pak Rizal yang membabi buta.

Glek
Suara menelan ludah.
"Mampus gue"Rahel berlari ke tangah lapangan dan kembali berdiri di bawah sinar matahari yang sangat terik.
"Lagian pak Rizal di lawan"tawa Ryan dengan keras.

"Apa lu Yan, ketawa-ketawa. Mau gue sumpel mulut lu pake sepatu bau gue? Hah?"Rahel menajamkan matanya dan menatap mata Ryan dengan kesal.
"Santai Rel, bercanda gue"gumam Ryan.

●~●

Masa hukum Rahel dan Ryan pun tlah berakhir. Mereka memasuki ruang kelas dengan kondisi baju yang basah dan muka yang letih. Rahel dan Ryan duduk ke tempat masing-masing.

"Weh bro kemana aja lu berdua? Liat muka Rahel, udah mirip sama daging panggang aja. Merah gituu hahahaha"teriak Sigit ketua kelas.

"Weh kampret apa-apaan lu. Gue yang cantik kayak gini di samain sama daging panggang? Mau ngajak ribut sama gue? Hah? Gue tonjok baru tau rasa lu"tantang Rahel dengan menghampiri sigit.

"Santai Rel, gue bercanda doang kali. Gausah di masukin hati dong, hehe"ucap Sigit tanpa dosa.

"Huh untung gue masih sabar. Kalau gak, gue habisin lu Git"ujar Rahel yang kembali duduk di bangkunya.
"Rel lu capek kan? Ini minum air nya dulu"tawar Raka.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 04, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Aku MerindukanmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang