part 8

10 3 1
                                    

Madlly berjalan pulang sesekali bibirnya terus mengumpat kekesalan namun dalam hati ia merasa senang saat mengingat rey yang mengendarai motor dengan sedikit laju saat menerobos hujan tit, tit, tiiit " hey sampai kapan kau ingin melamun " ucap arina yang kini tepat di belakamg madly yang tengah duduk di motor maticnya " ehh" gumang madly yang tersadar dari lamunanya dan segrra membalikan badan menatap arina yang sudah melepas helm nya yang berwarna pink " apa, kau tadi bilang apa " ucapnya seketika membuat arina menepuk dahinya " ku fikir dia secerdas jurusanya " gumangnya, " apa kau sakit" tanya madly mendekat dan menaruh telapak tangannya ke dahi arina " tidak, ayo " ia menggeleng pelan dan menatap madly seolah menyuruhnya untuk duduk di boncengan " apa " tanyanya yang masih diam dan menatap arina yang tengah menahan amarahnya untuk segera memukul sepupunya itu.

Madly menatap serius arina yang kebetulan bertemu di jalan yang tengah diam tak bersuara berwajah datar yang tengah menatapnya ' dasar aneh ' batinya masih melihat arina yang diam dan berganti wajah kesal dan membuatnya tersadar " oh kau sedang menungguku ya " ucapnya tersadar membuat arina menggerang kesal " haiss, bagaimana mungkin aku bisa mempunyai Sepupu seperti dirimu " gumangnya mengenakan helmnya kembali dan menyalakan motornya.

Tak arina meletakan bunga tulip merah di atas meja makan sekilas ia menatap arah kamar mandi yang tengah dihuni madly krett perlahan ia menarik kursi dan mendudukinya, sekilas ia menghela nafas dan menatap bunga yang baru saja ia letakan dengan bertumpu tangan.

Cklekkk pintu kamar mandi terbuka menampakan madly yang tenagah mengusap rambutnya yang basah dengan handuk kering, sekilas ia menatap arina yang terlihat letih " ada apa " tanyanya menatap arina yang baru saja tersadar " tidak ada " perlahan ia tersenyum menatap madly yang terlihat seperti anak kecil yang mengenakan piama berwarna soft blue " apa kau ada masalah " ia menggeleng pelan " tidak , ya sudah aku mandi dulu " ia bangkit berdiri dan mengambil handuknya yang ia letakan di samping vas bunga tulip miliknya.

" woww bunga ini indah sekali " puji madly tersenyum mengusap kelopak Tulip itu dengan senyum manis miliknya " kau beli di mana " ia menatap arina yang akan berjalan menuju kamar mandi " dari seseorang " gumangnya membuat madly menatap heran

Aku dan KamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang