6 ; ᴛʜᴀᴛ ᴡᴏᴍᴀɴ

23.7K 2.9K 429
                                    

"Nah, kau diam disini. Jangan nakal ya, nanti sore setelah pulang kuliah aku akan menjemputmu"

"Tapi pulang nanti kita makan es krim!"

"Boleh, asal kau tidak menghilang lagi seperti kemarin"

Haowen menggembungkan pipinya lucu. Ia tidak menghilang, salah sendiri Pamannya yang terus asyik memainkan ponselnya. Sama sekali tidak mengajaknya mengobrol, seolah-olah pemuda itu hanya berjalan sendirian. Membuat Haowen mendengus kesal.

"Paman Lu mengabaikan aku! Jadi aku bosan!"

Lucas mendelik.

"Aku sudah mengajakmu jalan-jalan, ketempat apapun yang kau mau, membelikan semua apapun yang kau minta. Dan sekarang kau bilang itu bosan?" Pemuda itu berdecak, mengusak rambut pirangnya kebelakang.

Haowen menunduk, memainkan jari-jarinya dengan bibir mengerucut.

"Aku hanya ingin Paman mengajakku mengobrol, mendengar ceritaku dengan teman-teman, bukan terus mengabaikan aku seperti Papa.." suara Haowen memelan diakhir. Membuat Lucas terdiam sejenak, ia menghela nafas, sebelum merendahkan tubuhnya dan mensejajarkan wajahnya dengan Haowen.

Bocah lelaki berusia enam tahun itu balas menatap Lucas. Seharusnya, diusianya ini Haowen sudah mulai bersekolah, belajar dan berbaur dengan teman seusianya. Tapi tidak, Haowen tidak mau bersekolah, ia tidak pernah mau menatap bahkan datang kesekolah.

"Aku tidak mau sekolah. Aku iri melihat teman-teman yang pergi bersama Mama dan Papa mereka, aku tidak mau melihatnya"

Dan sejak itu Haowen tidak mau lagi membahas hal apapun tentang sekolah. Haowen hanya homeschooling, atau terkadang ia akan belajar bersama teman-temannya di Day Care. Seperti saat ini, Lucas kembali menitipkan Haowen dipenitipan anak sebelum ia jemput lagi sesudah pulang kuliah. Ayahnya terlalu sibuk untuk mengurus Haowen, sementara ia juga mulai sangat sibuk dengan tugas kuliah.

Itu alasan kenapa Haowen dititipkan disini. Dan Haowen juga sangat suka tempat ini, setidaknya teman-teman yang berada disini memiliki nasib yang sama sepertinya. Sama-sama diabaikan karena orang tua mereka lebih memilih mementingkan pekerjaan.

"Maaf ya, lain kali aku akan menemanimu bermain tanpa ponselku" Lucas tersenyum, mengusap lembut helaian rambut Haowen. Bocah itu mengangguk semangat.

"Janji?"

Haowen mengangkat jari kelingkingnya, membuat Lucas tersenyum geli sebelum saling menautkan jari mereka.

"Aku janji"

>>>

"Permisi"

Pria tampan itu mendongak saat melihat bawahannya berdiri didepan ruang kerjanya. Ia melepaskan kaca mata yang membingkai wajahnya yang tampan. Bahkan ini masih terlalu pagi untuk mulai sibuk dengan berkas-berkas membosankan yang berserakkan diatas meja dihadapannya.

Si tampan memijat pelan keningnya, padahal baru beberapa menit, tapi matanya sudah terasa berat dan lelah karena menatap tulisan-tulisan kecil yang selalu berhasil membuat kepalanya pusing.

"Ada apa?"

"Maaf menganggumu, Tuan"

"Hm.. Apa Haowen sudah pergi?"

"Ya, Tuan Lucas baru saja menjemputnya tadi"

Ia mengangguk lagi. Sedikit berpikir kenapa Haowen tidak berpamitan dulu padanya, bahkan Lucas juga tidak menyapa dirinya hari ini. Tumben sekali.

'Pasti Haowen marah lagi padaku..' batinnya. Menghela nafas, ia kembali menatap bawahannya dan memberikan tatapan bertanya.

"Tuan Sehun, saya sudah mendapatkan informasi"

𝗠𝘆 𝗛𝘂𝘀𝗯𝗮𝗻𝗱 Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang