"Lo nggak mengada-ada kan?" tanya Reihan tidak percaya dengan apa yang baru saja di bicarakan oleh Hara.
"Ngapain juga gue mengada-ada tentang hal ini"
"Tapi kalo dilihat lihat sih! Lo sama dia beda banget, kayak langit dan bumi" saat Reihan selesai bicara tiba-tiba Hara tertawa yang membuat Reihan kebingungan. "Udah gue duga kalo lo akan bicara seperti itu"
"Bicara seperti apa?"
Hara lalu menghentikan tawanya dan berbicara. "Lo mengatakan kalo gue sama Lyfia itu bagaikan langit dan bumi, dan perumpamaan itu juga yang membuat gue di buang kayak sampah nggak berharga"
Reihan tidak mengerti maksud Hara. "Terus lo nggak berusaha kembali ke keluarga lo?"
"Ngapain juga gue kembali? Jika nyatanya tetep aja gue di buang, lo beruntung punya keluarga yang selalu ada di saat lo membutuhkan sesuatu, tapi gue? Jangan berharap jika akan ada salah satu dari mereka yang mau ada saat gue sedang susah" tutur Hara yang membuat Reihan kasihan dengan kehidupan yang di alami gadis di depannya ini.
"Tapi dengan itu juga gue seperti ini, gue yang sekarang lebih mendekatkan diri kepada Sang pencipta dan jika gue kesulitan dalam hal apapun maka gue akan memohon kepada-Nya juga menjauhi setiap larangan-Nya, yah! Meskipun iman gue belum sekuat para muslim di luar sana, tapi gue berusaha buat yang terbaik"
Perkataan demi perkataan yang Hara lontar kan sedikit membuat hati Reihan tersentil, ia baru sadar jika ada tempat yang bisa ia gunakan saat hatinya sedang gundah, sebelumnya Reihan bukanlah hamba Tuhan yang patuh, malahan dirinya sering kali melanggar larangan-larangan-Nya. Entah sudah berapa banyak dosa yang telah ia perbuat, dan mendengarkan apa yang di katakan Hara barusan membuat dirinya lebih bersemangat untuk selalu mendekat kan diri kepada-Nya dan mematuhi perintah-Nya.
"Terimakasih" ucap Reihan kepada Hara, sedangkan yang sedang di ajak bicara bingung, kenapa Reihan tiba-tiba berterima kasih pada nya. "Maksud lo terimakasih?"
"Gue berterima kasih kepada lo, karena lo telah ngingetin gue betapa penting nya keberadaan Tuhan untuk hamba-Nya! Dan gue bener-bener nggak nyangka jika lo yang di luar kelihatan judes, bodoh, susah di bilangin, ternyata memiliki keteguhan hati yang luar biasa" puji Reihan, dan entah kenapa membuat kedua pipi Hara memanas.
Ya Allah! kenapa dengan pipi gue??.
"Hara kenapa lo blushing?" pertanyaan yang Reihan tanyakan malah membuat Hara tambah malu dengan jantung yang berdetak tidak karuan.
Pipi gue panas di tambah jantung gue dangdutan! Fix! Kayaknya sebentar lagi gue gila.
"Oh ya ini udah jam enam sebentar lagi mau maghrib, gue pamit pulang dulu" ucap Reihan lalu berdiri dan segera melangkahkan kakinya jika suara Hara tidak menghentikannnya.
"Tunggu!! Sebenarnya kita tidak di perkenankan untuk keluar rumah saat maghrib, karena di saat ini lah para setan dan jin berkeliaran, lebih baik lo pulang setelah sholat isya' aja gue takut lo kenapa-kenapa di perjalanan" kata Hara sambil memalingkan wajahnya tidak berani menatap mata Reihan yang sedang menatapnya intens. Entah kenapa tingkah Hara saat ini membuatnya senang.
"You care with me?"
"Care? Eng-enggak siapa yang care sama lo gu-gue kan cuma ngingetin lo aja" ingin sekali Reihan tertawa karena mendengar Hara yang gugup waktu berbicara dengannya, tapi saat ini bukanlah waktu yang tepat untuk tertawa.
Rasanya ini pertama kali Reihan tahu jika Hara yang di kenal si pembuat onar bisa juga gugup di depannya.
"Kamar buat lo sholat ada di sebelah kiri kamar gue" beritahu Hara dan Reihan langsung pergi ke tempat yang Hara tunjukkan, namun baru saja ia melangkah tiba-tiba dia berhenti dan mengatakan sesuatu yang membuat Hara kebingungan.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Stupid girl
General FictionCover by:kdk_pingetania Cerita tentang kisah seorang gadis yang di perebutkan oleh dua laki-laki yang notabene nya adalah teman semasa kecil. Mereka berdua memiliki sifat dan juga kesukaan yang sama, tetapi akankah mereka juga mempunyai tipe yang sa...