Aku takpernah menginginkan rasa ini hadir dalam jiwa. Aku takpernah menyangka rasa ini akan hadir dengan seketika. Menciptakan atmosfer yang berbeda hingga membuatku tersiksa.
Tidak. Tidak seharusnya rasa ini ada.
Ya Allah, aku terlalu takut untuk menerima rasa yang kini hadir dalam hatiku.
"Nisa?"
Nisa terlonjak kaget. Dia menoleh, dan terlihat sahabatnya yang kini telah berada di sampingnya sembari membawa buku yang baru saja diambilnya dari rak-rak besar di sekitarnya.
"Kamu baik-baik saja?"
"Tidak. Eh, Ehmm ... Iya. Maksudku, Iya. Aku baik-baik saja." Nisa tersenyum kecil, kemudian mengedarkan pandanganya ke arah lain.
Mira, sahabatnya. Dia mengernyit heran, melihat Nisa yang sepertinya sedang gugup saat ini.
Kenapa Nisa gugup seperti itu? Tidak biasanya.
Dia curiga. Kemudian melihat ke arah sekeliling, di mana tempat yang tadi juga sempat Nisa lihat.
Apa, Mungkin? Tapi ....
"Tadi kamu sedang memerhatikan siapa?" Tanya Mira. Membuat Nisa terkejut, bagaimana bisa Mira mengira dirinya sedang memerhatikan seseorang?
"Memerhatikan seseorang? Maksud kamu?" Nisa terlihat semakin gugup.
"Kamu nggak bisa bohong, Nis. Kelihatan banget kalau saat ini kamu sedang berbohong."
Nisa memucat. "Tidak, Mira. Kamu itu bicara apa, sih? Sudahlah, lebih baik kita kembali ke asrama sekarang."
Tepat pada saat itu, Mira memusatkan pandangannya pada seseorang yang kini tengah duduk tenang di sudut perpustakaan sambil membaca kitab di depannya.
"Tunggu," Mira menahan lengan Nisa. Membuat Nisa seketika menegang.
"Apa ... Sejak tadi kamu memerhatikannya?" Ucap Mira yang masih memusatkan pandangannya pada seseorang di sudut ruangan.
Nisa mengikuti ke mana arah pandangan Mira saat itu, dan kemudian pandangannya berhenti tepat pada seseorang yang memang sejak tadi dia pandangi.
"Ka--kamu apa, sih, Mir? Kenapa kamu ngeliatin dia? Ingat, kita bukan muhrim! Udah deh, Ayo kita kembali ke asrama, nanti Ustadzah nyariin kita." Nisa berbalik dan ingin segera pergi dari tempat itu saat ini. Namun, lagi-lagi tangan Mira menahannya.
Kini, Mira tengah diam sambil menatapnya lekat dan dalam. Hingga membuatnya salah tingkah.
"Kamu menyukainya?" tanya Mira to the point.
"Itu laki-laki yang pernah kamu ceritakan, kan, Sa?" tanyanya lagi.
Mata Nisa membulat lebar. Terkejut dengan Pertanyaan Mira kepadanya. Itu membuatnya semakin salah tingkah, dan membuat Mira semakin yakin dengan dugaannya.
"A--"
"Nisa, Mira, kalian di tunggu Ustadzah di ruangannya." Ucapan seseorang sontak saja langsung membuat keduanya menoleh.
Mira membalas ucapan orang itu, kemudian dia juga bertanya tentang beberapa hal padanya, sehingga membuat keduanya berbincang sesaat.
Sementara Nisa, dia bernapas lega karena saat ini pikiran Mira sudah teralihkan pada orang lain. Namun, dia masih gelisah. Takut jika nantinya Mira bertanya tentang hal yang sama seperti tadi lagi padanya.
Nisa mengalihkan pandangannya kembali pada seseorang yang sampai saat ini masih bertahan duduk di sudut ruangan tersebut seorang diri.
Dia termenung. Kembali mengingat bagaimana bisa dirinya mempunyai rasa yang istimewa dalam hatinya untuk seseorang yang belum tentu mempunyai rasa yang sama sepertinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan Cerpen Antik
Short StoryBerisi kumpulan cerpen tentang kehidupan yang barangkali sering kita jumpai, bahkan mungkin pernah kita alami. Baca, dan pahamilah. Maka kamu akan menemukan makna tersirat di dalamnya. 😇😇