Peluh Yang Terabaikan.

593 12 1
                                    

Sebenarnya kita selalu ingin semua terjadi dengan baik-baik saja tanpa ada masalah, tetapi Sang Penguasa selalu punya cara untuk mengubah rencana hamba-Nya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sebenarnya kita selalu ingin semua terjadi dengan baik-baik saja tanpa ada masalah, tetapi Sang Penguasa selalu punya cara untuk mengubah rencana hamba-Nya.

^^^

Mia tersenyum sesudah membuka pintu kamar adiknya. Dia bahagia, ketika pulang kerja dapat melihat adiknya yang dengan fokus dan tekunnya duduk di hadapan meja belajarnya dengan buku-buku yang terbuka lebar dan sebuah pensil dijemarinya.

Semua beban yang dialaminya selama dia bekerja, hilang sudah entah ke mana. Melihat adiknya belajar giat seperti itu sudah menjadi kebahagiaannya, semua lelahnya terbayar seketika.

Dia masih kuat menghadapi pekerjaannya selama ini, itu semata-mata hanya untuk Sang Adik tercinta. Dia ingin memberikan masa depan yang terbaik untuk adiknya, untuk masa depannya kelak.

Mia selalu memikirkan masa depan adiknya dengan baik-baik, dan berharap adiknya bisa menjadi apa yang dia harapkan selama ini nantinya.

Semua yang dilakukannya saat ini bukan hanya untuk dirinya dan adiknya, tetapi juga untuk kedua orangtuanya di alam sana. Mia ingin orangtuanya bangga dan bahagia, meski dia tidak bisa melihat kebahagiaan itu secara langsung.

Setelah puas memerhatikan ketekunan adiknya dalam belajar, Mia menutup kembali pintu kamar adiknya dengan perlahan agar tidak mengganggu ketenangan belajar Sang Adik. Kemudian berbalik dan masuk ke dalam kamarnya untuk membersihkan diri sehabis pulang kerja.

Yang tanpa diketahui Mia setelah menutup pintu kamar adiknya, Hani, Sang Adik, tersenyum lebar ketika tahu kakaknya sudah kembali menutup pintu kamarnya.

Dia menghela napas sesaat. Beruntung saat kakaknya pulang, dengan cepat dia menaruh buku-bukunya dengan rapih di atas meja belajar, lalu duduk manis di kursi belajarnya. Berbuat seolah-olah dia tengah melakukan pembelajaran yang sebagaimana mestinya.

Merasa semua sudah baik-baik saja, dan kakaknya tidak akan kembali ke kamarnya, dia beranjak dari kursi lalu berpindah pada ranjangnya. Meraih ponsel di bawah bantalnya, untuk menghubungi seseorang di sana.

***
Mentari mulai kembali, menyinari bumi dan memberikan kehangatan yang dibutuhkan untuk kehidupan.

Para pengisi kehidupan pun mulai menjalani aktivitasnya seperti biasa. Begitu juga dengan Mia, dia sibuk menyiapkan sarapan pagi untuk dirinya dan Hani. Dengan senyuman yang menghiasi wajahnya, dia bergerak dengan gembira.

Sesudah menyiapkan diri untuk pergi ke sekolah, Hani masuk ke dalam dapur dan melihat aura bahagia di wajah kakaknya.

"Wihh ... Kakak senang banget kayaknya? Ada apa? Kakak habis dapat bonus dari kerjaan, ya?" tanyanya semangat.

Mia terkekeh mendengarnya. "Aamiin, tetapi sayangnya bukan itu, karena hari ini adalah ... hari pengambilan raport kamu!" Mia tertawa bahagia.

"Kakak nggak sabar lihat nilai-nilai kamu, Dek. Pasti bagus. Ya, kan?!" Senyuman lebar masih belum terlepas dari wajahnya. Namun, tidak dengan Hani. Dia bahkan kaget mendengarnya, tetapi dengan cepat dia mengontrol mimik wajahnya.

Kumpulan Cerpen AntikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang