Semua takbisa kukira. Semua terjadi begitu saja. Seketika berubah, tanpa kuduga.
Aku mengira bahwa ini hanya sekedar mimpiku semata, tapi ternyata memang benar adanya. Terpampang jelas di depan mata, begitu terasa seperti nyata.
Andai saja ada keajaiban yang datang dalam hidupku, memberi kesempatan untuk aku memperbaiki kesalahan yang pernah aku lakukan dulu, aku pasti akan merasa bahagia.
Dan jikalau semua hal ini bisa kembali seperti dulu, maka aku pasti takakan pernah mau menyia-nyiakan lagi waktu itu.
Aku akan selalu berupaya menggunakan waktu itu dengan sebaik-baiknya untuk menebus kesalahan yang pernah kulakukan di masa lalu.
Namun, itu semua hanya bisa menjadi khayalan diriku. Sebatas angan yang takakan pernah bisa kugenggam.
Semua terasa perih. Menyanyat hati yang kian tersakiti.
Aku menertawakan diriku sendiri, yang bisa-bisanya melakukan hal sangat bodoh dalam hidupku.
Aku mengacuhkan seseorang yang sudah seperti malaikat untuk diriku dulu. Namun, sayangnya aku tidak terlalu cepat untuk menyadari kehadiran dirinya yang begitu tulus disisiku.
Aku mengabaikannya, sampai dia pergi entah kemana. Hingga setelah itu, aku baru merasakan yang namanya kehilangan.
Sungguh, aku merasa kalau aku tengah dipermainkan. Seakan-akan, takdirpun juga turut ikut andil dalam mempermainkan hidupku.
Mengapa bisa dia pergi di saat aku sudah mulai terbiasa akan kehadiran dirinya disisiku? Mengapa dia pergi di saat aku baru menyadari pentingnya dirinya bagiku? Mengapa ....
Napasku tercekat. Takkuat lagi untuk berbicara. Aku merasa semua ucapanku itu seperti sia-sia, tidak ada gunanya. jadi untuk apa aku banyak bertanya? lagipula, sampai kapanpun juga dia tidak akan pernah lagi kembali jika aku hanya berbicara dan memaki diriku sendiri.
Bodoh! Aku benar-benar bodoh, makiku dalam hati.
Hatiku semakin terasa perih. Apalagi jika aku sudah memutar kembali memori ingatanku tentang apa yang telah aku lakukan pada dirinya dulu.
Setelah satu bulan, sepasang insan yang saat ini tengah duduk berhadapan di sebuah resto, kini masih takada kemajuan.
Keduanya masih sama-sama takmau membuka dirinya masing-masing untuk saling mengenal lebih dalam. Mereka masih seperti baru berkenalan beberapa menit yang lalu, padahal sudah satu bulan lamanya mereka dekat seperti ini.
Seharusnya ada tanda-tanda dari mereka yang membuktikan kalau mereka telah mengenal cukup lama. Namun, jika dilihat dengan lebih jelas lagi, sepertinya bukan keduanya yang takingin saling mengenal, tetapi hanya sang wanita rupanya.
Sang wanita terlihat begitu risih saat tengah duduk berduaan dengan pria di depannya.
Tanpa perlu bertanya pun, orang-orang disekitarnya pasti sudah mengetahui bahwa sang wanita saat ini terlihat sangat ingin cepat-cepat pergi dari hadapan pria di depannya.
"Kamu mau makan apa?" tanya lembut pria itu pada wanita di hadapannya.
Namun, sang wanita hanya diam membisu. Tidak ada keinginan untuk menjawab pertanyaan seseorang yang saat ini tengah memandangnya dengan mata berbinar. Bahkan untuk sekedar menggelengkan kepalanya pun, dia sangat enggan.
"Yaudah. Biar aku saja, ya, yang pesan." lanjutnya saat takada jawaban apapun dari sang wanita. Dia sama sekali tidak marah ataupun kecewa, dia tetap sabar dan tabar. Karena dia merasa, kejadian seperti itu sangatlah biasa untuk dirinya.
Dirinya sudah kebal jika diacuhkan saat tengah berbicara pada wanita itu.
Setelah menyebutkan pesanan yang diinginkannya pada pelayan yang datang, pria tersebut kembali diam. Dan beberapa saat kemudian, dia kembali bersuara.
"Aku sudah berbicara pada Ibuku," ucapnya. Dia menghela napas sesaat, lalu kembali melanjutkan perkatannya.
"Dia bersedia membatalkan pertunangan kita. Walaupun dia terlihat begitu berat untuk memutuskannya, tapi sepertinya Ibu mencoba untuk ikhlas. Aku juga sudah menjelaskan dengan perlahan padanya, bahwa mungkin kita memang tidak berjodoh, sehingga Ibu bisa menerima keputusanku. Kamu tidak perlu khawatir, Ibu tidak marah padaku dan juga kamu. Mungkin, Ibu membenarkan ucapanku. Maka dari itu, Ibu merelakan aku untuk membatalkan pertunanganku dengan kamu."
"Aku tahu, ini terlalu berat untuk Ibu, karena sebelumnya dia sudah sangat yakin bahwa kamu adalah jodoh yang tepat untuk diriku. Namun, nyatanya tidak seperti itu. Kamu menginginkan kita untuk membatalkan pertunangan kita, karena kamu tidak menyukai diriku dan sudah menyukai pria lain. Jujur saja, aku sedih mendengarnya. Dan juga, andai kamu tahu kalau ini tidak hanya berat untuk Ibu, tetapi juga untukku. Karena aku ... sudah mulai mencintai kamu," ujarnya.
Sang wanita sempat terkejut mendengar ucapannya. Namun, setelah itu dia berupaya untuk menyembunyikan rasa terkejutnya. Dia mencoba untuk terlihat biasa saja di hadapan pria itu.
Saat dirinya baru ingin berucap, pelayan sudah lebih dulu datang membawa pesanan mereka. Oleh karena itu, sang wanita kembali diam dan lebih memilih makan dengan tenang.
Setelah mereka menyelesaikan pembicaraan dan makan malamnya, sang wanita lebih dulu bangkit dan ingin melangkah pergi keluar.
Namun, pria itu menahan lengannya. Ikut berdiri, berhadapan dengan sang wanita.
"Maaf, untuk perkataanku yang tadi."
"Anggap saja aku tidak pernah berbicara seperti itu. Jadi, lupakan saja," lanjutnya.
Untuk yang kesekian kalinya, sang wanita masih saja bungkam. Takingin meresponnya. Kemudian, tanpa berkata lagi dia melenggang pergi. Saat dia baru saja ingin menarik pintu keluar, tiba-tiba ada sebuah tangan besar yang menghadangnya.
"Izinkan aku mengantarmu. Anggap saja ini sebagai salam perpisahan dan permintaan maaf dariku. Mau, ya?"
Tanpa menunggu jawaban dari sang wanita, pria itu langsung menarik lengannya keluar dari resto tersebut. Dia terlalu takut jika harus menunggu jawaban dari sang wanita, karena dia takut jika sang wanita itu menolak ajakan dirinya untuk yang terakhir kalinya.
Kini aku terisak-isak. Menangis menyesali perbuatan egois diriku pada dirinya dulu. Semua telah terlambat.
Andai saja, jika aku bisa lebih menghargainya. Andai saja, aku bisa lebih merasakan ketulusan dirinya, pasti aku takakan tersiksa seperti sekarang ini.
Dan jikalau aku bisa memutar waktu kembali, aku pasti akan menahan kepergiannya dari diriku.
Aku akan memohon padanya agar tetap berada di sisiku hingga azal menjemput dia dan diriku.
~ End ~
KAMU SEDANG MEMBACA
Kumpulan Cerpen Antik
Historia CortaBerisi kumpulan cerpen tentang kehidupan yang barangkali sering kita jumpai, bahkan mungkin pernah kita alami. Baca, dan pahamilah. Maka kamu akan menemukan makna tersirat di dalamnya. 😇😇