Hmmm...sebenarnya aku pun tak mau memutar kembali jam tua rusak di otak ku,jam yang sudah lapuk dan di simpan dalam tanah,yang kini harus ku gali kembali.
Ini terjadi saat aku duduk di bangku kayu kelas enam.Sekolah dasar,orang orang bilang,masa sekolah dasar adalah masa dimana anak memiliki sifat perhatian dan kasih pada temannya...'SOLID' itu kata yang lebih simple.Aku rasa,apa yang mereka katakan tidak salah.Aku berkata demikian karena aku mengalaminya.
Hari itu,sekolah kami akan mengadakan perjusa,dan di adakan di sekolah.Acara perjusa ini diadakan untuk anak kelas empat sampai kelas enam,bagi yang mengikuti ekskul pramuka.Dari dulu aku memang tidak suka dengan ekskul ini...sampai sekarang.
Hari jumat,hari dimana kami melakukan camping.Setelah pulang sekolah,kami bergegas untu kembali ke sekolah dengan barang bawaan yg cukup berat.Aku dan sepupu ku yang menginjak kelas empat sekolah dasar.Sebagai orang tua,mungkin mereka selau mendapat firasat,dalam perjalanan,ayahku membisiki sesuatu di telingaku.Halus dan lemut,meskipun suaranya terkesa agak kasar.
Aku selalu aneh,biasanya orang dari Tasik malaya,selalu berkepribadian lembut,tapi aku tak merasakannya dari ayah ku.'Hati hati,jaga teman mu!kamu kan menjadi pemimpin kreasi seni di kelas mu!'
'Ya Allah,aku yakin.Yang sedang membisiki ku ini bukan ayah ku,mungkinkah ini seorang malaikat yang kau kirim untuk memberi wahyu.'suatu pemikiran konyol yang pernah aku miliki.
Aku tak lagi berfikir serius dengan apa yang ayahku katakan.Hanya butuh lima menit untuk segera sampai di sekolah.
Suasana sekolah menjadi riuh.di halaman sekolah ada banyak siswa lain mengenakan seragam pramuka lengkap.Guru guru ternyata sudah datang.Tapi yang aku rasakan saat itu adalah kesepian,walau gaduh terjadi di sekitar,keheningngan,walau ricuh di sekelilingku.
Udara dingin menyapa leher ku walau siraman matahari sore membuat tubuhku banjir keringat.
Tepat pukul empat sore,apel pembukaan dilakukan.Baruna,ketua kelas ku,yang memimpin jalannya apel.Dan wali kelas ku sendiri,bu Ratna yang menjadi pembina apel.
Khidmat,sampai akhirnya apel selesai,aku masih merasaan hawa sejuk yang halus bagai asap rokok kakek ku di pagi hari,namun berbau semerbak tiada tara.
Kami di beri waktu satu jam untuk beristirahat sejenak,sekedar bercengkrama dengan teman,atau lebih tepatnya memakan kudapan yang kami bawa dari rumah.
Saat itu jam dinding di kelas lima,yakni tempat bagi para anak lelaki gunakan untuk beristirahat menunjukkan pukul tujuh belas empat puluh lima.Ayah dan ibuku datang menemuiku kembali hanya untuk memberikan makanan untuk ku dan sepupu ku.
Aku heran,mengapa tak sekalian di titipkan di rumah saja.Meraka berdalih bahwa mereka hanya ingin melihatku yang merasa jengkel dengan yang sedang aku lakukan.Saat hampir tiba waktu shalat maghrib,mereka pamit pulang,aku sempat mengajak mereka untuk shalat berjamaah,tapi mereka enggan,tentunya dengan alasan meninggal kan si bungsu di rumah sendiri.
Sebelum mereka pulang."Nak...hati hati ya.jaga temanmu baik baik..."pesan ayahku dengan nada yang menunjukan kecemasan.Tanpa berfikir panjang,aku pun hanya mengiyakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
TIARA
KorkuPintu ghaib...makluk halus...itu lah tiara...musuh?...bukan-bukan...tapi teman