06. Donghae & Jeno

107 5 0
                                    

Aku sangat menyesal karena telah hidup dikelilingi oleh banyak bunga yang bertaburan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku sangat menyesal karena telah hidup dikelilingi oleh banyak bunga yang bertaburan. Aku berpikir, aku ingin hidup dikehidupan yang kelam bagaikan dunia tanpa matahari dan bulan. Aku ingin merasakan perasaan yang ia rasakan selama hidup didunia yang kejam seperti ini.
.
"Setelah hujan turun. Pelangi datang"

"Angin musim gugur akan membawa pergi bunga-bunga yang berjatuhan"

"Aku ingin turun seperti hujan agar bisa melihatmu datang penuh dengan warna"

"Aku juga ingin membawamu pergi. Menikmati hidup yang menyenangkan"
.
"Gimana hubungan kamu sama adeknya Donghae itu?" Tiba-tiba saja kak Hyeri mengatakan kalimat itu

"Hah? Gimana kak?" Aku mendekatkan wajahku ke kak Hyeri, apa maksudnya? Hubunganku dengan Jeno?

"Iya, hubungan kamu sama Jeno. Kata Jaemin, kamu sama dia pacaran" saat kak Hyeri berucap seperti itu, aku langsung memukul kepala kakak dengan pukulan yang sangat keras.

"Kakak cerita apa tentang aku sama Jeno?!" Teriakku. Kak Jaemin masih menaikkan kedua alisnya, menatapku dengan tatapan bingung.

"Kok kakak dipukul sih?" Ujar kakak sembari mengusap belakang kepalanya.

"Kakak cerita apa tentang Jeno sama aku ke kak Hyeri???" Aku memelankan suaraku agar tidak terdengar keras dengan kak Hyeri.

"Kamu pacaran kan sama dia? Kakak liat kamu dianter pulang sama dia" sungguh... makhluk tua satu ini...

"Ih!! Pokoknya aku gak mau tau, ceritain yang bener ke kak Hyeri!" Ucapku.

  12.00AM, Jeno's house...
    Prangg!!!!
"Kamu ngambil uang mama, Jeno?!" Suara teriakan yang menggelegar itu terdengar lagi. Setiap malam.

"Uang apa ma?! Itu uang yang Jeno kumpulin!! Hasil jerih payah Jeno sendiri!" Jeno menyahut. Dia hanya bisa menahan darah yang terus bercucuran dari lengannya.

"Udahlah ma. Pencuri mah keluarin aja dari rumah" ujar kakaknya sendiri, Donghae sedang meminum segelas jus jeruk yang ada ditangannya.

"LO JANGAN SOK TAU YA! BRENGSEK!!" Teriak Jeno sembari mencipratkan tetesan darah yang keluar dari lengannya kearah kakaknya itu.

    PLAK!!
Telapak tangan ibunya memukul pipi kanan Jeno dengan pukulan yang sangat keras. Jeno bisa merasakan pipinya yang perih dan berdenyut dengan pelan.

"Kamu tau apa yang kamu barusan lakukan itu?! Dasar anak haram! Siapa yang didik kamu sampai kamu seperti ini?!" Ibunya membentak Jeno habis-habisan. Jeno hanya bisa tersenyum miring dan memperbaiki rambutnya.

"Anak haram...? Mama boleh bilangin Jeno anak haram. Tapi... Jeno gak pernah merasakan kasih sayang dari kalian semua! Jeno dibuang! Kalian semua gak nganggep Jeno di keluarga ini! Mana nama Lee Jeno yang kalian terapkan di kartu keluarga?! GAK ADA!!" Jeno meteskan semua air matanya. Ayahnya yang sedang bekerja di ruang kerjanya terdiam, Donghae dan juga ibunya terdiam. Mereka menutup mulut rapat-rapat.

"Uang sekolah Jeno... Jeno yang bayar sendiri..." ucap Jeno.

"Yang ngobatin semua luka disekujur tubuh Jeno.. Jeno sendiri"

"Yang membayar pengobatan rumah sakit Jeno? Jeno sendiri"

Ibu, ayah dan kakaknya langsung menoleh kearah anak itu. Menatap muka Jeno dengan tatapan bingung. Masalahnya, mereka tidak tau maksud dari ucapan terakhir yang keluar dari mulut Jeno.
~////~
Kringg!!!
"BANGONNN!!!"

Sinar matahari menembus jendela kamarku. Lantas aku terbangun karena pancaran sinarnya, dan juga... suara teriakan yang bersumber dari kakak.

"Bangun woy! Sekolah, sekolah!" Kakak menarik-narik tubuh mungilku yang sedang tertutupi dengan selimut tebal berwarna putih milikku.

"Iya kakkk!! Aku bangun!" Segera kulangkahkan kakiku menuju kamar mandi dan segera berpakaian sekolah.

Didapur sudah ada ibu dan juga ayah. Kak Jaemin sedang memanaskan mobilnya, jadi aku sarapan saja dulu. Pagi hariku terlihat bosan ya? Maaf... kalau begitu, langsung saja kesekolahku.

"EH ANJIR!!! ADA YANG KELAII!!!" Lee Daehwi berteriak sangat keras sekali. Alhasil, semua murid dikelasku dan termasuk aku juga langsung mengintip keluar jendela.

    Deg!
Napasku berhenti sejenak. Jimin dan Jeno.. ah tidak, disana juga ada Lee Taeyong. Mereka berkelahi dibawah sana. Tidak bosan-bosannya mereka?.

"Na! Lo mau kemana?!" Jiwoo berusaha menahanku, tapi aku tetap berlari menuju lapangan.

"STOP!!!!" Aku berteriak sekencang mungkin. Berdiri di belakang Jimin dan juga Jeno yang sedang menonjoki Taeyong.

"Kalian mau sampe kapan kayak gini?!" Ucapku sembari menjauhkan tubuh Jeno dari Jimin dan Taeyong.

"Cih... dia yang duluan tuh" Taeyong menunjuk Jeno memakai dagunya.

"Sialan..." Jeno bergumam sendiri.

"Jeno, Jimin! Sudah dua kali!" Pak Jaehwan pun mengangkat suaranya sembari menepuk pantat Jeno dan Jimin menggunakan penggaris kayunya.

"Argh...! B-bentar pak!" Jeno meringis sembari meremat rompinya, ia segera melepaskan tanganku yang menggenggam lengannya dengan erat. Lalu, dia berlari sekencang mungkin. Meninggalkan aku, Jimin, Taeyong dan juga pak Jaehwan yang masih berdiri ditengah-tengah lapangan.

"Kan! Lo sih!" Jimin terlihat resah, bahkan dia berani menginjak sepatu Taeyong dan berlari mengikuti jejak Jeno.

"Ayo Taeyong. Panggil orang tuamu" ujar pak Jaehwan sambil menoleh kearah Taeyong.

"Hah?! Saya baru aja di skors loh pak!" Taeyong membolakan matanya tidak percaya. Dia di skors selama satu bulan karena hampir membunuh adik kelas di atap sekolah.

     GUBRAK!!!
Suara rintihan datang dari arah koridor didepan toilet siswa. Aku tidak tau siapa yang baru saja jatuh disana, karena yang aku tau, disitu baru saja dipel oleh Cleaning Service sekolah.

"Obat lo berceceran kemana-mana Jeno..!" Kudengar Jimin memelankan suaranya sembari membantu Jeno untuk berdiri dan memunguti beberapa obat tablet berwarna putih?.

"Kalian ngapain?" Segera kutampakkan sosokku didepan mereka. Jimin hampir mendorong Jeno karena mendengar suaraku. Kulihat, dia menyimpan satu tabung obat dengan tutupan yang berwarna putih ke dalam kantong saku celana Jeno.

"L-lo duluan g-gih..." Jeno terlihat pucat sekali, dia bahkan sudah lemas hanya untuk berjalan masuk kedalam toilet pria.

"O-oke" Jimin mengusap tengkuknya.

Astaga... aku baru saja melihat adegan Bromance secara langsung!.

"Ohoho, ada apa dengan kalian berdua..." aku memasang muka troll-ku, Jimin ingin melepaskan sepatunya dan ingin melemparkan sepatunya kearahku. Tapi dia menghela napas sejenak, lalu menatap wajahku.

Aku tidak kepikiran tentang obat tadi sama sekali. Mungkin itu permen milik Jeno? Karena Jeno pernah bilang, dia suka makan permen. Jadi mungkin saja itu adalah permen yang selalu ia bicarakan.
Ah ya... Jimin. Anak itu tidak lepas dari Jeno, kemanapun Jeno berada. Pasti seorang Park Jimin akan selalu ada disampingnya, dimanapun, kapanpun. Hey... aku kira mereka musuhan?. Aku curiga mereka ada hubungan lain, melebihi sahabat mungkin? Hehe.

🌸Pink Sakura🌸 •°Lee Jeno°• [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang