04. That Girl

110 8 0
                                    

Semua manusia berbeda, ada yang baik dan jahat. Manusia tidak senada, mereka mempunyai tujuan hidupnya masing-masing. Tapi kenapa mereka menyakiti manusia lainnya?.
.
"Bunga yang terus berjatuhan ketika musim gugur telah datang"

"Membuatku berpikir, apakah aku bisa menjadi bunga yang akan kau tangkap saat aku terjatuh?"

"Akankah aku bisa melihat senyuman indah milikmu?"

"Datanglah kepadaku jika kau mempunyai hari yang buruk. Menangislah didalam pelukanku. Dan percaya, semuanya akan baik-baik saja"
.
"Ceilah, malu-malu meong dianya" ucap Jiwoo.

"Guys, kalian duluan aja. Gue mau ke kamar mandi" setelah berucap, aku menodongkan tasku kearah Jeno. Menyuruhnya untuk menaruh tasku dikelasku.

       Srrrh!
"Oh? Pacarnya Jeno" perempuan itu menatapku dengan tatapan sinis, aku mematikan air washtaffle yang baru saja kupakai.

"Gimana?" Ujarku sembari menatap matanya.

"Jangan sok bego deh lu" Suin mendorong pundakku.

"Bukannya lo yang bego? Dapet kabar darimana kalo gue sama Jeno pacaran?" Aku tersenyum miring dan melambaikan tanganku kedepan wajahnya.

"Urgh!!! Awas aja lo!!!!" Dia sangat kesal sekali, bahkan saat dia keluar dari kamar mandi. Dia menghentakkan kakinya beberapa kali.

Pelajaran kimia dimulai, aku hanya bisa memperhatikan guru yang sedang menjelaskan ini itu di papan tulis. Sesekali kulirik jam tanganku, sebentar lagi sudah mau istirahat. Aku memilih untuk duduk berdiam diri di kelas saja, terlalu malas untuk mengangkat pantat ke kantin.

         KRINGGG!!!
"YES!!!" Serentak semua murid berteriak. Aku langsung mengeluarkan HPku dan mengecek Instagram-ku.

"Hahaha.." aku tertawa pelan saat melihat postingan Jeno di Instagram-nya.

"Cie. Mantengin IG gue" ujar lelaki yang bermarga Lee itu.

"Ng-nggak ya! Ge-er banget jadi orang" sahutku sembari menaruh kembali HPku kedalam laci mejaku.

"Hmmmpp.... biarin kege-eran, siapa tau ujung-ujungnya lo naksir?" Jeno tersenyum dan mendorong pundakku dengan pelan memakai sikunya.

"Ikh, udah ah!! Jangan gangguin hidup gue" ucapku meninggalkannya yang masih tertawa lepas di belakang kursiku.

"Mau gue traktir gak?!" Jeno bersuara. Aku terdiam, benar juga ya... aku lupa mengambil uang jajanku.

Aku membalikkan badanku dengan pelan, menatap Jeno yang sedang melipat kedua lengannya.

"Yaudah ayo" ujarnya sembari merangkul tubuhku.

Hari ini kantin sekolah ramai sekali. Aku harus jalan berdempet-dempetan dengan Jeno. Sekali lagi, Jeno bilang karena dia tidak mau aku hilang dari peradapan. Sungguh, menyebalkan sekali anak itu.
Jangan lupa. Ratu egois, alias Suin masih menatapku dengan tatapan sinisnya. Dia siapanya Jeno? Kenapa auranya begitu mencekam ketika aku ada disamping Jeno?.

       BRAK!!!
Aku tersentak kaget, nyaris saja tersedak dengan nasiku sendiri. Aku dan Jeno menolehkan kepala kearah gebrakan yang mampir di meja kita berdua.

"Park Jimin...? Lo mau apa lagi? Nyabe?" Jeno mengangkat suara duluan. Aku menelan ludahku dalam-dalam, kenapa Jeno berani sekali berurusan dengan orang ini?. Park Jimin adalah orang yang paling ditakuti oleh warga sekolah disini, dia preman sekolah. Selalu menggubris dan berkelahi dengan beberapa anak kutu buku, bahkan pernah menonjok guru BK.

"Minggir lo, Lee Jeno. Gue mau nembak Naerin" aku membolakan mataku ketika Jimin mengatakan kalimat itu. Kulihat urat-urat keluar dari leher dan pelipis Jeno.

"Brengsek.." Jeno melompati meja kantin, dia mencengkram kerah baju Jimin. Jimin hanya bisa tertawa lalu menonjok rahang Jeno dengan keras. Sampai kepala Jeno tertoleh kesamping, mereka berdua beradu jotos didepanku.

"WOY! WOY! INI NGAPA DAH?!" Lucas yang sedang PDKT ke Jeonghwa pun ingin melerai aksi jotos-jotos Jeno dan juga Jimin.

"BAJINGAN!!!!" Jeno berteriak, suara teriakannya mengundang guru-guru yang kebetulan lewat didepan kantin. Semua murid rusuh. Aku terdiam kaku, hanya bisa melihat adegan tonjok-tonjokkan didepanku. Bahkan, Lucas terkena tonjokkan yang sangat keras karena dia berusaha melerai keduanya.

"WON! BANTUIN GUE!!" Lucas memanggil teman angkatan basketnya, Jeon Wonwoo yang sedang meminum susu karton langsung melempar susu kartonnya dan menahan Jeno. Sedangkan Lucas menahan Jimin.

"Nakal ya kalian" Park Chanyeol, ketua basket itu memukul kepala Jeno dan Jimin memakai bola basketnya.

"Baikin bajunya. Ikut gue keruang BK" ketua OSIS mengangkat suara, dia Huang Renjun.

"Ah, ya. Naerin juga ikut" mataku bergetar karena melihat Renjun yang tiba-tiba menunjuk diriku, Jeno tersenyum miring melihatku. Aku hampir saja mimisan disaat ini juga, dia terlihat lebih tampan ketika banyak lebam-lebam yang tertinggal di wajahnya.

Ruang BK
Sial... kenapa aku harus berziarah ke Ruang BK sekarang? Aku tidak mau kedua orang tuaku dipanggil kesekolah, itu artinya aku menggali kuburanku sendiri.

"Jadi... Naerin, mereka kenapa?" Pak Jaehwan bersuara, sedari tadi aku hanya bisa menundukkan kepalaku. Nyaris menangis.

"M-mereka kelai p-pak..." ujarku dengan suara yang dipelankan.

      BRAK!!!
"Yang jelas!" Pak Jaehwan membentakku. Aku adalah tipe orang yang takut dibentak, air mataku merembes seketika. Membuat semua orang yang ada di ruang BK panik.

"Bapak sih! Diemin, pak! Nangiskan cewek saya" Jeno memegang kedua pundakku dari belakang. Pak Jaehwan memijit keningnya.

"CEWEK LO DARIMANA?!" Jimin berteriak, sepertinya Jeno dan juga Jimin sedang jambak-jambakkan dibelakangku.

"Jeno! Jimin! Berhenti kalian berdua!" Pak Jaehwan berteriak lagi. Dua manusia yang sedang jambak-jambakkan dibelakangku akhirnya berhenti dan menundukkan kepalanya.

"Maaf pak..." ujar mereka.

"Kalian ini ya... ingat umur. Masih aja kelai karena cinta" aku mendongakkan kepalaku dan menatap pak Jaehwan.

"Naerin. Kamu masuk ke zona cinta segitiga, tolong waspada. Karena bisa saja mereka tonjok-tonjokkan lagi didepanmu" ujar pak Jaehwan. Aku hanya bisa mengangguk dan pura-pura mengerti.

"Cinta segitiga gimana pak? Bapak kebanyakan nonton sinetron sih. Dikurangin asupan sinetronnya pak" Jeno menanggapi ucapan pak Jaehwan sembari tertawa.

"Jeno! Berani kamu ya?!" Pak Jaehwan memarahi Lee Jeno. Jeno hanya bisa tertawa.

"Lagian, Naerin milik saya seorang kok! Gak ada yang berani ngambil dia dari saya" Jeno menolehkan kepalanya kearah Jimin.

"Bakal mati orang yang berani nyentuh milik saya. Pak" ujar Jeno. Bisa kudengar, orang yang bernama Jimin itu menelan ludahnya dalam-dalam.

Ruang BK hening sebentar. Aku menggoyangkan kakiku, tidak berani menatap pak Jaehwan.

"U-ukh..." kudengar Jeno meringis, bahkan bisa kurasakan anak itu sedang meremat ujung jasnya. Tiba-tiba saja dia berlari, meninggalkan ruang BK.

"Bentar pak. Jeno kayaknya ada masalah" ujar Jimin, dia berlari keluar ruang BK. Menyusul Jeno.

"Saya... permisi dulu pak..." ucapku. Berdiri dengan pelan.

"Iya, silahkan" sahut pak Jaehwan.

"Ada-ada saja anak remaja jaman sekarang... hedeh..." pak Jaehwan mengeluh. Aku hanya bisa tertawa pelan.

🌸Pink Sakura🌸 •°Lee Jeno°• [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang