09. It's Hurt

160 7 0
                                    

Aku tidak tau bagaimana rasanya patah hati, dan ingin merasakannya. Tapi saat aku merasakan patah hati, aku menyesal karena telah ingin merasakannya.
.
"Kalau saja tuhan memberimu satu kesempatan lagi untuk hidup, apa yang kau inginkan?"

"Menikmati hidup, dan bersenang-senang. Kalau kamu?"

"Aku? Aku akan menikah dengan orang yang paling kucintai dan hidup bahagia bersamanya"

"Siapa orang yang kau cintai itu?"

"Tidak usah diberitahu. Orangnya saja sudah bertanya dan tersenyum didepanku"
.
Kacau sekali hari ini, kalau aku tau Jeno sakit. Aku akan menolak ajakannya secara mentah-mentah, tapi anak itu sok tegar sekali, keras kepala. Dia pintar menyembunyikan apapun, sampai aku tidak bisa mencari dimana kesakitan yang ia pendam sendiri. Sekarang aku dan kak Jaemin harus menemaninya sebentar dirumah sakit, hitung-hitung juga kakak mau mengurus pikirannya sejenak karena besok adalah hari dimana ia menikah.
Jangan tanya, Jeno sedang terbaring lemah dengan baju pasiennya itu. Dia terkena demam berdarah, hampir saja nyawanya diambil oleh tuhan saat di mobil tadi. Kalau bukan aku yang mendapatinya, dia sudah mati dimobil kakak. Tapi aku tidak tau, maksimal rawat inap orang terkena DBD itu berapa hari? Kenapa sampai harus bolak-balik check-up?.

"Dek... keluar dulu bentar, kakak mau bicara sama dokternya dulu" kakak mendorong pelan tubuhku keluar dari kamar rawat seorang Lee Jeno.

Kan? Aku tidak tau apa yang terjadi dengan tubuh Jeno sekarang. Aku ini kepo sekali ya! Sangat penasaran sekali dengan keadaan orang itu. Tapi diam-diam... aku juga mulai naksir dengan Jeno, dia tampan dan juga menyebalkan. Kata orang, cinta datang dari kebencian bukan?. Ehehe, tapi aku kelihatan jual mahal sekali ya?.

"Na, ayo kakak antar pulang" tidak lama dan juga tidak cepat, kakak tiba-tiba saja keluar dari kamar rawat inap Jeno dan juga ada dokter dibelakangnya.

"Jaemin. Saya minta bantuanmu ya" ujar dokter itu sembari menepuk belakang kak Jaemin. Kakak hanya membalas ucapan pak dokter itu dengan senyumannya.

"Kok pulangnya cepet sih? Aku kan masih mau liat Jeno, kak. Jenonya udah mendingan emang?" Tanyaku sambil berusaha untuk mengintip pada jendela kecil yang ada di pintu kamar rawatnya.

"Eh, nggak Naerin. Besok bisa jenguk lagi kan??? Ayo ih, Jeno baik-baik aja kok. Dia cuma kena DBD" kakak menjawab pertanyaanku, dia menarik tubuhku yang masih berdiri di depan pintu kamar Jeno.

"Terus habis ini kakak kemana?" Aku terlalu banyak tanya sekarang. Jelas sudah, aku mengkhawatirkan anak itu.

"Kesini lagi. Nemenin Jeno, kasian dia sendirian" ujar kakak sembari menekan kunci mobilnya.

Aku daritadi hanya bisa membatin, mengatakan semoga Jeno baik-baik saja selama beberapa kali. Sampai dirumahpun aku tidak fokus dengan belajarku karena mengingat kondisi Jeno, ah... tidak tenang sekali. Rasanya ingin keluar rumah dan melompati pagar rumah sakit.
○////○
Jaemin sedang duduk di sofa dekat bangsal Jeno, dia terus menatap Jeno yang sedang terbaring lemah di atas bangsal rumah sakitnya tersebut sembari menelpon dengan Hyeri.

"Gimana bi? Jeno kena DBD?" Ujar calon istrinya diseberang sana.

"Iya, kena DBD. Terus aku bawa kerumah sakit Hallym sini. Tadi juga ada dokternya yang selalu ngecek kondisi jantung Jeno" ucap Jaemin panjang lebar.

"Hah? Ngecek jantung gimana? Jeno sakit apa?"

"Aku baru tau dia mengidam penyakit jantung stadium 4, tadi juga sempet dikasih surat pernyataannya" jelasnya.

🌸Pink Sakura🌸 •°Lee Jeno°• [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang