Wattpad Original
Ada 3 bab gratis lagi

04 - Balasan Jared

21.4K 2.8K 36
                                    

Jared melihat David mengajak Naira berjalan menuju pintu keluar ballroom, mungkin ke lobi atau koridor lain di luar ruangan. Semakin mempercepat langkah. Dia sudah akan mencapai pintu ketika mendengar namanya dipanggil.

Jared melihat papanya dan papa Naira di sisi ruangan, tidak jauh dari posisinya. Terpaksa Jared mendekati mereka meski matanya masih sempat melirik ke arah pintu keluar, di mana Naira dan David menghilang.

Rama dan Tio memperkenalkan Jared kepada beberapa orang teman dan kolega mereka. Sebagian lagi kepada para keluarga Subekti lain yang tadinya belum sempat bertemu Jared. Tidak secara gamblang, tapi semua orang dewasa tersebut mengerti apa peran Jared ke depannya untuk Naira yang merupakan putri tunggal Tio Subekti. Jared hanya saling tatap dengan papanya.

Rama yang tahu ketidaknyamanan putranya saat harus berdiri dalam kelompok tersebut, tersenyum kecil untuk menenangkan. Memberi sinyal bahwa semua akan baik-baik saja.

Butuh beberapa menit sampai akhirnya Jared bisa berpamitan dengan alasan jujur, mencari Naira. Dia berjalan cepat menuju pintu keluar, bertepatan dengan Naira yang memasuki ruangan.

"Mau ke mana?" tanya Naira heran, melihat Jared berjalan ke arahnya.

"Nyari lo." Jared berucap pelan sambil menatap ke belakang kepala Naira, menatap David yang mendekat ke arah mereka.

Jared mencoba mengamati raut wajah David. Pria itu balas menatapnya dengan sorot yang sama seperti saat mereka di meja, menilai. Jared dan David memang tidak pernah saling berkenalan secara formal, tapi mereka sepertinya sama-sama menolak bersikap munafik dengan mengaku tidak saling kenal.

Jared sudah pasti diperkenalkan oleh keluarga Subekti sebagai ancaman untuk David. Sedangkan nama David dan deskripsi tentang pria itu sudah berkali-kali disebutkan Naira pada Jared, sejak rencana masa depan mereka tercetus.

"Saya mau ajak Naira keluar kapan-kapan. Enggak harus minta izin kamu dulu, kan?" tanya David dengan nada sindiran, meski bibirnya tersenyum tipis dengan gestur yang terlihat santai ketika berdiri di depan Jared.

Jared balas tersenyum santai. "Untuk sementara enggak masalah, selama Nairanya mau. Kan, enggak mungkin juga dia kenapa-kenapa kalau lagi sama kakaknya," ujar Jared sambil menatap Naira sebentar, lalu kembali menatap David dengan senyum kecil masih menghiasi bibirnya.

"Lagian, Naira banyak yang sayang. Kakak-kakaknya sudah pasti begitu juga, kan," lanjut Jared dengan nada ambigu. Tidak dengan nada bertanya, meski kalimatnya membentuk kalimat tanya.

Naira yang sedari tadi berdiri di samping Jared dengan posisi agak menghadap cowok itu, menipiskan bibir menahan tawa. Sialan si Jared! Bisa-bisanya sok meladeni tanpa diminta. Bertambah sial lagi karena Naira menyukainya.

David lebih tua dibanding Jared, tentu saja. Dia merasa jauh lebih dewasa dibanding bocah itu. Sudah pasti dia harus bersikap layaknya pria dewasa bersikap. Tidak ingin terprovokasi, David tetap mengulas senyum tenang tanpa terusik dengan balasan Jared. Meski dengan berat hati dia harus mengakui kalau keluwesan Jared membalas sindiran darinya, cukup mengesankan.

Jared jelas tahu medan. Cukup pintar untuk tidak bersikap terlalu superior hanya karena sedang selangkah lebih maju dengan menyandang status sebagai calon tunangan Naira. Namun, David meyakini dia masih punya banyak waktu. Akan memiliki banyak kesempatan. Dia hanya perlu untuk lebih keras lagi meyakinkan Naira, meski ada bocah seperti Jared di samping gadis itu.

"Selamat malam, kalau begitu. Sampai ketemu lagi, Naira. Nanti Mas hubungin kamu, ya, biar bisa bikin janji."

Naira mengangguk tanpa mau repot tersenyum. Sejenak dia mengamati kepergian David yang berlalu menjauhi mereka.

"Lempar batu sembunyi tangan. Kerjaan lo dari dulu emang begitu. Nyusahin aja bisanya," desis Jared sebelum meninggalkan Naira.

Naira tersenyum geli. Dia langsung berjalan cepat menyusul Jared yang sepertinya ingin kembali mendatangi adik-adiknya. "Lo yang ikut ngeladenin, malah gue disalahin," ujarnya, membela diri.

Jared mengabaikan pembelaan diri Naira. Dia memilih kembali duduk di samping Kabiru dan mulai sibuk dengan ponselnya, membaca pesan masuk.

Naira tahu kalau Jared sedang malas menghadapinya. Dia tidak masalah. Toh, cowok itu tidak akan lama kalau sedang kesal dengannya. Jared tidak akan menyulitkan diri dengan berlama-lama memusuhi Naira. Selalu begitu.

"Ra!" panggil Jared ketika Naira sedang asyik mengobrol dengan Falila. Nah, kan! Cowok itu lebih dulu menyapanya.

"Apa?" Naira menaikkan alisnya penuh tanya.

"Lo bilang sama Revin kita ke sini?" tanya Jared dengan kening mengernyit.

Naira mengangguk jujur. "Dia tanya gue ada acara atau enggak malam ini. Gue jawab aja kalau pergi ke acara ultahnya Kakek."

"Perlu juga, ya, dikasih tahu kalau gue ikutan?" tanya Jared lagi dengan nada sarkasme.

Naira mengangkat bahu ringan. "Dia tanya apa gue mau diantar atau dijemput. Ya, gue bilang aja udah pergi sama lo."

Jared berdecak. Mulai merasa kesal dengan jawaban santai Naira. Bisa-bisanya dia harus memiliki teman kecil seegois Naira. Apalagi gadis itu akan semakin egois kalau yang dihadapinya adalah Jared.

Image putri anggun memesona penuh kedewasaan milik Naira hanya bisa dinikmati orang lain, tapi tidak oleh Jared.


JAREDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang