"Gantengnya anak mama!"
Jared tersenyum geli mendengar sapaan mamanya saat dia mendekati meja di mana keluarganya duduk. Diabaikannya senyum mengejek Falila saat mendengar dia disapa dengan agak berlebihan.
Hanya satu wanita di dunia ini yang diperbolehkan Jared melakukan apa saja kepadanya: Amelia, sang mama. Dipermalukan di depan umum pun dia tidak masalah, asal bisa membuat mamanya tersenyum senang. Bahkan saat harus selalu mendapat ejekan dari adik-adiknya karena kelewat diperlakukan seperti anak kecil, walau sebenarnya dia akan segera menginjak usia dua puluh dua tahun.
Jared menunduk di dekat mamanya untuk mengecup sebelah pipi wanita itu, sebelum duduk di samping Kabiru yang sedang fokus menyantap sepotong cake dengan raut terpaksa.
"Ngapain lo?" tanya Jared, heran dan kaget melihat adik bungsunya memakan sesuatu yang diingat Jared bukanlah makanan kesukaan bocah itu. Kabiru tidak suka makanan manis.
"Besok lagi butuh kamera. Punya gue rusak habis dipinjem Nando. Lila mau kasih punya dia, kalau gue habisin ini," tunjuk Kabiru sambil menusuk-nusuk sisa cake cokelat yang sudah tidak berbentuk di piring miliknya. Dia berbicara pelan supaya mama mereka tidak mendengar.
Jared mengernyit. Ah, benar, Kabiru sedang dihukum tidak diberi uang jajan karena kenakalannya minggu lalu. Adiknya yang satu ini sepertinya memang kurang pintar mencari teman. Namun, Jared tidak keberatan. Baginya sah-sah saja apabila sekali atau dua kali membuat masalah di masa remaja, asalkan jangan sampai membuat mama mereka menangis. Dia juga dulu begitu ketika masih berseragam sekolah. Sedikit nakal dan nekat, tapi tetap terkontrol.
"Udah, stop. Nanti ambil kamera gue aja," ujar Jared, merebut garpu kecil yang sedang dipegang Kabiru, lalu menjauhkan piring cake tersebut dari hadapan adiknya.
Bocah lelaki berumur enam belas tahun itu menyeringai senang saat mendengar perkataan Jared. Dia langsung menurut untuk berhenti memakan cake sodoran Falila.
Jared melirik Falila penuh peringatan karena iseng mengerjai adik mereka. Gadis berumur tujuh belas tahun itu hanya tersenyum sok polos, lalu cepat-cepat sibuk mengajak bicara mamanya untuk mengomentari gaun seorang tamu wanita yang melewati meja mereka.
Jared menggeleng pelan melihat kelakuan dua adiknya. Dia kembali berpaling ke arah Kabiru untuk menyentil pelan telinga bocah itu. "Mbak Lila," ujarnya, mengingatkan Kabiru agar memanggil kakaknya dengan sebutan yang sopan.
Kabiru tidak membantah—tidak peduli lebih tepatnya, karena dia mulai sibuk mengunyah kue kering asin di piring kecil milik Falila.
Jared berpaling ke sisi lain meja saat menyadari sedang diperhatikan. Rama Ersa, papanya, menatap ke arahnya dengan sorot tenang, tapi Jared tahu kalau pria itu sedang menunggu laporan darinya.
Jared berdeham sekali, sebelum menjawab dengan agak malas, "Cuma ngobrol sebentar sama kakeknya," katanya, memberi tahu apa yang dia lakukan tadi di meja keluarga besar Naira.
"Terus?" tanya Amelia ingin tahu.
Laporan Jared tadi sepertinya menjadi perhatian semua keluarga, kecuali Kabiru yang masih sibuk mengunyah kuenya dengan mata fokus ke panggung di mana seorang penyanyi wanita sedang tampil.
"Ngobrol biasa aja, Ma. Katanya, sekarang Red mirip banget sama Papa waktu muda." Memang tidak ada yang terjadi selain obrolan singkat. Jared cukup pintar untuk tidak begitu membicarakan terkait masa depan bersama Naira di depan adik-adiknya. Mereka tidak perlu ikut dalam drama hidupnya.
Amelia mengernyit kurang puas, tapi tetap tersenyum saat mendengar kalimat terakhir putranya. "Kan, memang gitu. Kalau mirip sama Mama, nanti kamu jadi cantik, dong."
KAMU SEDANG MEMBACA
JARED
RomanceKedua belah pihak keluarga ingin Jared menikah dan menjadi pendamping hidup Naira, teman sepermainannya sejak kecil. Sayangnya, Naira sudah memiliki tambatan hati yang tidak lain adalah sahabat Jared sendiri. *** Naira, cucu perempuan satu-satunya d...
Wattpad Original
Ada 4 bab gratis lagi