Berkenalan dengan Kota Poso

182 4 0
                                    

(Juni, 2018)

Mobil avanza berwarna hitam yang melaju meninggalkan Palu, menuju Poso. Kota yang 18 tahun silam dikenal sebagai bekas daerah konflik, karena kerakusan kekuasaan dan ambisi politik yang dibalut menjadi isu SARA. Hingga membuat rasa cemas pada jiwa seorang perempuan yang 3 hari kemarin baru saja merayakan pesta kelahirannya saat liburan akhir semester sekolah, perempuan itu bernama Mehetabel Jefferson Parera atau sering di sapa Abel. Mehetabel diambil dari bahasa Ibrani yang berarti "Nikmat Tuhan". Nama yang diberikan oleh Ayahnya dan dianggap sebagai nikmat Tuhan paling berharga dalam sebuah hubungan pernikahan. Sebab Abel adalah anak pertama, semenjak pernikahan dengan sang pujaan hati. Sementara Jefferson nama yang diambil dari nama buyut dari sang ibu yang merupakan keturunan Belanda. Abel seorang perempuan yang memiliki rambut panjang hingga melewati bahunya, dibaluti warna hitam klimis dan sedikit bergelombang, alis agak tebal, ditambah lagi dengan kulit putih, dan tahi lalat di atas mata kirinya membuatnya terlihat cantik sebagai mana asal muasal namanya yang dikenal feminim bagi koloni-koloni Inggris. Abel berasal dari keturunan suku Toraja mengikuti ayahnya. Sementara ibunya yang berasal dari suku Pamona --suku asli Poso. Mungkin kau bertanya, bagaimana ayah dan ibu Abel bertemu? Ayah Abel merupakan seorang anggota perwira TNI yang saat itu kebetulan bertugas di Bataliyon 714 Poso, hingga akhirnya bertemu dengan seorang wanita berdarah Poso. Hingga akhirnya dipersuntingnya dan membawa wanita pamona itu ke Palu, sebab ayah Abel dipindahkan tugas ke Palu.

Rasa cemas mulai membesar di jiwa perempuan yang memiliki tinggi 164 cm itu, sebab dia akan pindah dan tinggal di Poso. Dikarenakan ayahnya harus kembali bertugas di Poso. Kecemasannya mulai semakin besar seiring semakin dekat ban mobil membawa mereka ke Poso.

"Apakah kota itu sudah benar-benar aman?"

"Siapa yang akan menjadi temanku di sana?"

"Bagaimana sifat orang-orang di sana?"

Pertanyaan-pertanyaan pesimis pun mulai menghantam isi kepalanya, berkutat dan terus berputar sebagaimana ban mobil yang melaju membawanya. Selama hidupnya belum pernah sekalipun ia pergi ke kampung halaman ibunya, semenjak ia lahir dan melihat dunia. Abel hanya sering mencari informasi tentang Poso pada jejaring sosial media ataupun mencari tahu lewat mesin pencari google. Apalagi saat ia menuliskan kata Poso pada mesin pencari google hasil yang ditampilkan hanya hal yang negatif, mulai dari pembunuhan seorang warga oleh teroris, pembunuhan sadis teroris dan sebagainya. Hingga ketakutannya akan Poso semakin besar.

Abel sesekali menghela nafas, menariknya dari hidung lalu dikeluarkannya perlahan dari mulut. Ia melakukannya berulang-ulang, sesekali juga mengambil snack guna membuat dirinya merasa lebih tenang.

"Kamu kenapa nak?" tanya ibu Abel yang binggung melihat kelakuan anaknya.

"Ti-ti-ti-tidak ma." jawab Abel sedikit kaget dari belakang ayah dan ibunya yang duduk di kursi depan.

Dia tak merasa kalau ibunya terus saja memperhatikan tingkahnya.

"Kamu lihat Bel, kita sudah di depan perbatasan kota Poso." Kata ayah Abel seraya telunjuknya menunjuk pada gapura --tapal batas antar wilayah.

Abel hanya diam dan tak bersuara, sebab kecemasannya yang terus memaksanya untuk diam.

***

Liburan seminggu lagi selesai, namun sekolah yang ingin Abel masuki tak kunjung ketemu. Kecemasan terus saja mempengaruhinya, rasa ketakutan terus berkutat pada kepalanya. Seakan-akan ingin kembali ke Palu. Hingga memikirkan sekolah tempatnya melanjutkan pendidikan menghilang dari kepalanya. Semuanya menjadi buyar, rasa takut terus saja membuatnya menjadi orang yang pesimis akan keadaan.

Kisah Cinta Dua Tuhan [ Wattys2019 ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang