(Juli, 2018)
"Bagaimana dengan sekolahnya? Sudah tidak merasa asing lagikan?" tanya Ibu mengoda.
"Puji Tuhan baik Bu. Yah, seperti yang Ibu lihat. Senyum manis dari anak Ibu sudah kembali lagi." jawab Abel dan di susul senyumnya.
"Ah, kamu bisa aja! Sudah pergi sana, mau telat ke sekolahnya nanti."
"Hehe, iyaiya Bu. Abel pergi dulu yah." kata Abel sambil mencium punggung tangan ibu.
Tak terasa Abel sudah sekolah selama seminggu. Dan sudah empat hari terakhir ia pergi dengan membawa motor sendiri. Sebab ayahnya percaya ia tidak akan tersesat.
***
Hari ini adalah upacara pertama Abel di sekolah. Pada upacara pertama, ada hal yang tak akan pernah ia lupakan. Ada satu kejadian yang telah menempel pada memori otaknya. Saat kepala sekolah memberikan arahan di depan para murid. Ia memanggil satu nama untuk maju ke depan, karena ketahuan bolos pada hari sabtu.
"Salahuddin Al-Farizzi! Silahkan maju ke depan. Dan berdiri dekat tiang bendera." kata kepala sekolah dari atas podium yang menjadi tempat penyampain pagi apel guru di setiap hari. Tempat itu bereda tepat di depan kantin kejujuran yang bergandengan dengan gedung koperasi. Tanahnya yang lebih tinggi sekitar setengah meter dari tempat murid-murid berdiri.
Fariz maju melangkah untuk menggindahkan perintah Kepala Sekolah.
"Ini adalah murid yang tak bersyukur dengan pendidikan yang telah ia jalani." Kata Kepala Sekolah dengan nadanya yang marah.
"Bolos pada saat jam pelajaran masuk. Mau jadi apa kamu? Tidak kasian dengan orang tua mu yang sudah membiayaimu? Mereka yang sudah percaya bahwa anaknya di sekolah sedang belajar. Tapi malah pergi bolos seenaknya."Fariz hanya menundukkan kepalanya.
"Untuk kalian semua. Lihat teman kalian. Ini adalah salah satu contoh untuk yang berani membolos. Bapak tidak segan-segan memanggil kalian yang bolos untuk maju di depan agar teman-teman kalian bisa lihat." tambah kepala sekolah dengan nadanya yang semakin tinggi dan mengancam.
"Tak bisakah untuk tidak membuat cacat psikis para siswa?" kata Fariz yang menggerutu.
"Kamu tetap berdiri di sini sampai jam pelajaran pertama selesai!" kata kepala sekolah sebelum menutup arahannya.
Abel hanya memperhatikan dari tengah-tengah barisan. Ada hal yang membuatnya menjadi heran. Kenapa murid sepintar Fariz bolos sekolah? Padahal saat dalam kelas ia selalu aktif dalam menjawab berbagai macam soal dan pertanyaan yang diberikan guru. Bahkan jawabannya hampir selalu benar. Terkadang dalam diskusi, argumennya selalu dapat menimpal argumen-argumen teman kelasnya. Beradu argumen dengan guru pun, penyampaianya selalu masuk akal. Abel menganggap Fariz adalah murid yang cerdas, sebab ia memperhatikannya selama seminggu saat ia pertama masuk sekolah.
"Ah, sudahlah. Mungkin ada alasan lain." pikir Abel yang sedang berdebat dengan logikanya.
***
Fariz yang bernama lengkap Salahuddin Al-Farizzy dikenal sebagai murid yang pandai di sekolahnya. Beberapa kali ia mengikuti Olimpiade walaupun predikat juara tak di dapatnya. Ia juga memiliki kepribadian sebagai seorang yang melankolis. Namun bukan untuk dirinya. Sebab ia terkadang cerewet dalam berdebat dengan dirinya sendiri, untuk mencari sebuah kebenaran. Ia lebih suka mengasingkan diri dari keramaian dengan mencari kesunyian untuk menenangkan pikirannya dan berdamai dengan logikanya. Ia tertarik dengan kehidupan dunia petualangan dan mencari makna hidup melalui alam. Berkenalan dengan alam, merasakan saat menjadi manusia bebas tanpa sebuah aturan-aturan omong kosong yang dibuat untuk suatu kepentingan kelompok tertentu. Di bandingkan mengabiskan jatah menjadi manusia dengan cara berfoya-foya, mengorupsikan waktunya ataupun berbaring dan berselancar di gadgetnya.
Hidup adalah sebuah pilihan, pilihan yang terkadang menghasilkan pilihan-pilihan lainnya. Kau boleh saja memilih berdiam diri dalam zona nyamanmu, berbaring, bermain gadget, menghabiskan waktu dalam suasana nyaman yang sulit kau lepas. Hingga lupa bahwa manusia di ciptakan bukan untuk diam dan menunggu mati. Sebab, periode kehidupan hanya sekali bukan? Sangatlah tak pantas hidupmu dihabiskan tanpa mengetahui tujuan diciptakannya manusia.
Fariz lebih banyak menghabiskan waktunya untuk membaca buku. Malarutkan diri dalam dunia membaca. Hingga mengantarkan nalarnya pada substansi-subtansi yang terkadang membuat dirinya kembali berdebat dengan logikanya.
Lelaki yang sedikit tertutup kepada orang lain yang disebabkan kehidupan latar belakang keluarganya sehingga tak sedikit yang menganggapnya dirinya adalah orang aneh. Namun Fariz menganggap itu adalah yang biasa. Terkadang juga ia menanggapinya dengan cara bercanda. Sebuah keanehan yang di miliki Fariz-lah yang membuat Abel penasaran dengan kepribadiannya yang misterius. Ia tak sungkan mempertanyakan pertanyaan aneh tentang keanehan yang ia lihat dalam diri Fariz.
Saat itu Fariz sedang duduk di depan kelas menunggu jam kedua mata pelajaran dan meregangkan kakinya yang habis berdiri selama sejam lebih setelah jam pertama usai. Menikmati sebotol air mineral untuk menangkan rasa dehidrasi yang telah dikuras habis oleh terik matahari. Abel dengan perasaan sedikit segan menghampiri Fariz. Untuk memberitahukan bahwa saat hari sabtu telah dibagi kelompok mata pelajaran sejarah, dan mereka berdua masuk pada kelompok yang sama.
"Fa-fariz?" panggil Abel.
"Ya?" jawab Fariz menoleh.
"Eh, kamu sudah tau tugas dan kelompok pelajaran sejarah ngak?"
"Belum. Kalau kamu? tau?" balas Fariz dengan wajah bercanda.
"Iya tau, makanya aku mau kasih tau." jawab Abel dengan nada cemberut.
"Ohaha, beri taulah." Fariz dengan bercanda.
Abel mulai terbawa dengan suasana santai namun menjengkelkan yang disuguhkan Fariz. Hingga rasa segannya mulai pudar.
"Aku ketua kelompok dan kamu masuk dalam kelompokku. Tugasnya kita presentase persoalan Paskah kemerdekaan Indonesia." Nada Abel yang mulai meninggi.
"Oh, oke siap ibu ketua. Terima kasih untuk infonya." jawab Fariz.
Abel terdiam. "Ah, orang ini menjengkelkan." kata Abel dalam pikirannya. Namun ada hal yang buat Abel penasaran akan pribadi Fariz yang telah ia perhatikan dalam seminggu terakhir semenjak ia masuk ke kelas ini. Walau ia merasa kesal, namun ada hal yang unik dari diri Fariz yang ingin ia ketahui lebih jauh.
Abel masih berdiri di depan Fariz. "Fariz? Aku boleh tanya sesuatu?"
"Iya silahkan."
"Kata teman-teman kamu orangnya beda yah?" Tanya abel.
Fariz sontak kaget dengan pertanyaan Abel. "Apa yang beda?"
"Entahlah, hanya kata mereka tingkah dan pemikiranmu. Seperti orang aneh gitu."
"Ohaha, iya sih. Bahkan mereka sering menertawakanku karena aku berbeda dari mereka." Jawab Fariz santai.
"Terus kamu suka ditertawakan seperti itu?"
"Suka."
"Loh?" Abel kaget hingga mengernyitkan dahinya.
"Sebab aku pun sering menertawakan mereka karena mereka semua sama." tambah Fariz
"Haha, kamu ini." Kata abel.
"Emang kenapa? Kamu pengen menertawakanku juga?" Tanya fariz.
"Hehe, tidak fariz. Hanya emang sih kamu beda, tapi tidak aneh."
"Ah, gombal kamu bel." Kata fariz menimpal.
"Haha, aku ada di pihakmu untuk menertawakan mereka." kata Abel yang sudah larut dalam percakapan mereka.
"Haha, kalau begitu kamu aku angkat menjadi sekretarisku."
"Loh, kok? Sekretaris? Apa hubungannya?" Tanya Abel bingung.
"Iya. Kan kamu sudah masuk di komunitasku untuk menertawakan mereka yang sama, walau tidak secara langsung."
"Haha, kamu bisa aja fariz." Abel tertawa.
"Hahahaha" mereka berdua pun hanya bisa tertawa bersama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Cinta Dua Tuhan [ Wattys2019 ]
Genç Kurgu🎖 8: #renjana (28-04-2019) 🎖 13: #novelcinta (26-04-2019) Blurb: Hidup bukan hanya tentang cinta-cintaan tanpa makna. Cerita cinta antara kedua anak manusia yang tidak terpisah oleh jarak, namun terpisah karena sebuah keyakinan. Memulai sebuah per...