07. Perbincangan

25 3 0
                                    

Votemment

...

***

"Menatap langit yang sama namun pada dimensi yang berbeda. Aku harap, aku ada di mimpimu sekarang"

***

11.30pm (malam)
*yeora pov (apartemen)

Akhirnya aku dapat berbaring disini. Rasanya tubuhku sangat lemas semua, aku sudah menghabiskan waktuku dengan amat mengenaskan dan menyedihkan. Ditambah mempunyai rekan kerja yang gila membuat umurku tak panjang lagi mungkin.

Empuknya kasur ini membuatku semakin bermanja manja di atasnya. Ya, walaupun masih nyicil, setidaknya aku dapat menikmati kasur ku sendiri.

Aku mulai menutup mataku agar dapat beristirahat. Karna sedari tadi, ini adalah hal yang paling ku tunggu tunggu, yaitu tidur.

Merasa kurang nyaman dengan posisiku sekarang, aku mengubahnya menjadi memeluk guling.

5 menit...

Heol... mataku terbuka. Dan sepertinya aku tak bisa tidur. Akan ku paksa, seperti yang dikatakan Jimin.

"Chagiya, kalau kau tak bisa tidur, cukup hayalkan saja aku. Anggap kita sudah mempunyai 11 anak, dan mereka akan menjadi pemain sepak bola. Itu akan membuatmu lebih cepat tidur"

Ah, pikiran ku sudah kemana mana saja. Lihatlah, senyumanku terukir tiba tiba saat mengingat perkataanya kemarin. Apa aku coba saja? 11 anak? Aku sudah mulai gila.

20 menit...

Mataku terbuka kembali. Apa apaan ini, aku tak dapat tidur. Tak mungkin aku melakukan apa yang dikatakan Jimin. Ada ada saja kau ini, ah sudah lah, aku akan menutup mataku, dan kalau tidak berhasil aku akan melakukan apa yang dikatakan Jimin.

10 menit...

Oke, tak bisa juga. Terpaksa, aku akan melakukannya. Argh, untung saja khayalan itu tak dapat dilihat orang. Kalau misalnya bisa, mungkin aku adalah orang yang paling memalukan.

Ku ubah posisi tidurku menjadi telentang, lalu mengukir senyuman kecil disana dengan mata yang melihat ke arah langit langit. "Biasanya jam segini, dia mengirimiku pesan. Ah, baru saja sehari, aku sudah sangat merindukannya."

Nafas ku terhela dengan berat. Tak sengaja setetes air mengalir dari mataku. Ini sangat tidak nyata. Sebaiknya aku tidak dulu untuk memikirkannya. Bisa bisa kandungan air dimataku terkuras, bisa berbahaya.

Ku usap air mata yang mengalir diwajahku, lalu kututup mataku dengan perlahan.

Dan akhirnya aku berakhir tidur dengan pulas tanpa menghayal sesuatu tentangnya. Hanya dengan menghitung domba loncat sudah cukup membuatku tertidur. Nasehat dari dokter gila itu berfungsi juga.

***

12.30pm (siang)
*kimtae pov (office)

Setelah perbincangan dengan tim kerja ku tadi, aku berencana menghabiskan waktu makan siangku bersama Sehun. Aku juga akan membahas sesuatu tentang Jimin kepadanya. Dan sekarang kami telah sampai di restoran TKP Jimin yang dikatakan Sehun.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 11, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Singularity;hide on maskTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang