Singkat cerita aku memutuskan untuk melanjutkan sekolah SMA di jogja.aku tinggal bersama kakek dan nenek.ayah dan ibu tidak keberatan karna aku adalah anak laki-laki yang harus belajar mandiri
Aku banyak menghabisakan waktu dengan kakek. Walaupun bukan seorang indigo,kakek sangat memahami tentang dunia supranatural seperti indigo.aku nyaman menceritakan segalanya kepada kakek. kakek sendiri punya dua hobi,yaitu kuliner dan memancing.aku selalu menemani kakek untuk melakukan dua hobi itu.
Selain kota pelajar,jogja juga kota kuliner.aku dan kakek menjelajahi setiap sudut kota jogja untuk mencari tempat kuliner yang terkenal enak.hanya saja memang tidak semua tempat kuliner itu menggunakan cara-cara bersih.beberapa menggunakan bantuan "mereka" untuk penglarisan.hal itu kadang menggangguku
Contohnya saat kakek mengajakku makan di salah satu kuliner ayam penyet.apa yang ku lihat di sana sangat membuat aku jijik dan ingin muntah.aku melihat banyak ayam dimana-mana.ayam yang hanya bisa ku lihat sendiri.dia meninggalkan kotoran nya di atas pesanan para pembeli dan mematuki kepala pengunjung yang sedang makan.kakek yang tau dengan apa yang kulihat langsung mengajakku pergi dari warung itu.dan kakek tak pernah lagi mengajak ku makan disana.
Memang tidak semua warung kuliner menggunakan cara seperti itu.banyak juga yang hanya mengandalkan cita rasa masakan dan kejujuran.
Kegemaran kakek berikutnya adalah memancing.kami berdua kadang bepergian sampai solo dan klaten untuk sekedar mencari tempat mancing yang enak dan besar.hari itu kakek mengajakku memancing di pinggir sungai bengawan solo.sudah cukup lama kami menunggu umpan di sambar ikan.
Memancing itu membutuhkan kesabaran ekstra.sudah berjam-jam aku dan kakek menunggu tapi belum ada juga ikan yang mau mampir.cemilan yang kami bawa sudah hampir habis.kakek kembali ke mobil untuk mengambil cemilan lagi.saat aku duduk sendiri tiba-tiba aku merasa ada sesuatu atau mungkin seseorang di belakangku.setelah ku lihat dia bukanlah "orang".
Sosok itu bertubuh kecil,berambut botak,lengan nya panjang dibagian kiri dan pendek di bagian kanan,wajahnya pun terlihat gepeng.dia sepertinya seusia keponakan ku yang berumur tujuh tahun.sosok itu sepertinya tau aku bisa melihatnya.dia sudah tepat berada di sampingku dan menatapku.aku mencoba berpura-pura tidak melihatnya.
"Mas..?" sosok itu berbicara padaku.suaranya seperti suara anak-anak yang cempreng.aku ingat kata kakek.jangan berkomunikasi dengam mereka.
"Mas..Mas..," sosok itu terus menyapaku
"Mas..aku boleh ikut kamu?" ada nada sedih yang memelas dari perkataannya.aku menjadi resah antara takut dan kasihan.
"Mas..boleh tidak aku ikut?" sosok itu terus berusaha membujukku.aku tetap pura-pura tidak melihat nya.
"Mas..aku minta doa,tolong berikan aku doa ya mas.," dia meminta-minta seperti pengemis.aku tercekat mendengar permintaan nya.kenapa malah meminta doa?.
Hatiku miris dan iba mendengar nya.tapi aku tetap ingat pesan kakek untuk tidak mendekati mereka.sampai akhirnya sosok itu pergi perlahan meninggalkanku.sepertinya dia tau aku tidak akan menanggapinya.aku kemudian termenung.memikirkan sosok menyedihkan tadi.
Dalam perjalanan pulang aku menceritakan kejadian tadi kepada kakek.kakek mengatakan mungkin yang ku lihat tadi adalah bocah bajang. Adalah sosok makhluk halus yang tercipta dari arwah anak yang tidak di inginkan.seperti hasil aborsi atau dibunuh setelah lahir.mereka minta doa untuk di sempurnakan.
Akupun mendapat hikmah dan pelajaran dari kejadian itu.alam sebrang tidak selamanya menyeramkan.disana juga ada kesedihan,keputus asaan dan kebingungan.mereka kadang tak seperti yang kita bayangkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Indigo (dimensi Ketiga)
Diversos"HANTU ITU TIDAK ADA!" "KAMU HALUSINASI" "KAMU SALAH LIHAT" TETAPI... "AKU MELIHATNYA" Indigo,sebutan itu pertama kali aku dapat dari sebuah buku yang pernah ku baca.sejak kecil aku bisa melihat sesuatu yang tidak bisa di lihat ora...