7. Nge-Prank

396 104 32
                                    

"apaan sih Tar, ada apa sama nyokap gue?" Tanya Vika panik sekaligus penasaran. Taran masih mencoba mengambil nafas karena sedari tadi kehabisan nafas saat berlari menghampiri Vika.

"Nyokap sama bokap elo--" Sengaja Taran menjeda kalimatnya sebentar dan itu berhasil membuat Vika bingung dan penasaran. Vika hanya bisa menunggu kalimat apa yang akan diucapkan oleh sahabatnya ini.

Raut wajah Taran menggambarkan ada sesuatu yang buruk dan itu menambah kepanikan di hati Vika. Dia khawatir jika terjadi sesuatu kepada orang tuanya. Namun seketika raut wajah Taran berubah menjadi semangat, "nyokap sama bokap elo sekarang lagi honeymoon Vik, dan itu artinya elo mau dibuatin adik. Selamat ya sayang, lo dirumah nggak bakal kesepian lagi". Jawaban yang mengejutkan keluar dari mulut Taran. Vika yang mendengarnya pun menganga lebar sekaligus lega karena tidak terjadi hal buruk kepada orang tuanya.

Taran langsung memeluk Vika dengan semangat. Sedangkan yang dipeluk hanya bisa pasrah.

Vika menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya kasar sambil mengelus dadanya berulang kali "Taran sayang, kalo itu gue juga tau. Lo nggak usah kasih tau juga gue udah tau." Ucap Vika dengan nada lembutnya dan sedikit tersenyum kesal kepada Taran. "lagian elo tau darimana sih?"

"Postingan nyokap elo di Instagram." Ucap Taran dengan senyuman yang memperlihatkan deretan gigi putihnya.

~

Di rumah yang besar nan indah dengan nuansa putih di setiap dindingnya itu, terlihat seorang pria tampan keluar dari rumah. Dengan pakaian yang rapi, ia terlihat buru-buru. Ia berjalan menuju garasi yang lumayan besar. Disana terdapat banyak mobil, jika orang yang tidak tau pasti menyangka jika itu dealer mobil karena saking banyaknya mobil yang berjejer rapi didalamnya. Mulai dari yang berukuran besar hingga kecil yang hanya muat oleh dua orang.

Bukannya mengambil salah satu mobil mewah yang berjejer, Pria itu malah mengambil sebuah motor sport yang juga terdapat di dalam garasi. Tidak kalah dengan mobil-mobil di dalam sana, motor sport itu juga terlihat bagus dan terawat. Apalagi jika pria itu yang mengendarainya pasti terlihat sangat keren. Semut-semut yang lewat pun pasti akan berhenti untuk melihat ketampanan pria tersebut.

Saat hendak menyalakan mesin motornya, tiba-tiba ada suara yang berhasil menghentikan aktivitasnya. "Marchel kamu mau kemana sayang?" Tanya wanita paruh baya itu. Dia adalah mamahnya Marchel."kerumah calon besannya Mamah, mau ikut?" Ujar Marchel dengan santainya.

"Boleh?" Tanya Mamahnya dengan nada semangat.
"nggak" Jawab Marchel yang membuat mamahnya mengerucutkan bibir tanda kecewa. "Belum saatnya mah, doain aja Marchel bisa dapetin dia biar bisa Marchel bawa kerumah", lanjutnya. Mendengar jawaban dari anaknya, sang mamah tersenyum senang.

Setelah berpamitan, Marchel menuju Rumah Taran mengendarai motor sport nya. Dia lebih suka mengendarai motor karena menurutnya lebih cepat sampai tujuan, tidak terjebak macet yang berkepanjangan seperti saat ini, dan juga jika naik motor dia bisa dipeluk oleh Taran. Walaupun itu hanya sebuah khayalan belaka.

Setelah melewati sedikit kemacetan di jalan, Marchel berhasil sampai di rumah Taran. Tentunya dengan selamat tanpa kurang sedikit pun. Dia dipersilahkan satpam yang berjaga di depan rumah Taran untuk masuk.

Semua penghuni rumah Taran termasuk sopir, satpam, pembantunya semua sudah mengenal Marchel. Karena hanya Marchel yang pernah diajak kerumah oleh Taran semenjak kepindahannya ke Indonesia. Karena setahu mereka, majikannya itu tidak pernah mengajak seorang pria kerumahnya. Jangankan mengajak kerumah, tersenyum kepada pria saja jarang mereka lihat.

Salah satu pembantu wanita pergi ke lantai atas, tepatnya ke kamar Taran. Ia ingin memberitahukan kepada sang majikan jika ada seseorang yang kini menunggunya di bawah.

Setelah mendengar siapa yang sedang menunggunya, Taran menghampiri walau dengan berat hati. Dia mendapati sesosok pria yang notabene nya adalah anak pemilik sekolah yang kini dia tempati sedang duduk di sofa ruang tamunya.

Marchel tersenyum hangat setelah mendapati Taran berdiri didepan matanya dan berhadapan dengannya. Mereka saling memandangi sejenak dan Marchel memberikan senyuman manis kepada Taran, sedangkan yang ditatap hanya menampilkan ekspresi datar seperti biasanya. "Hai", sapa Marchel. Taran tidak membalas sapaannya, "ngapain lo kesini?" dia justru bertanya kepada Marchel dengan nada sinis.

Marchel masih saja tersenyum kepada Taran, walau dia mendapat pertanyaan sinis kepada Taran. "Gue mau nagih hutang" ujar Marchel, Taran yang mendengar penuturan Marchel hanya bisa menautkan alisnya bingung. Seingatnya dia tidak pernah mempunyai hutang kepada siapapun.

"kayaknya gue nggak pernah punya hutang sama elo" jawabnya sambil mengingat-ingat kapan dia berhutang.
"mungkin itu cuma mimpi lo kali."

"iya, elo adalah mimpi terindah gue yang sampai kini hanya bisa sebatas mimpi belum bisa gue miliki. Tapi gue selalu berdoa agar lo bisa buka hati itu buat gue."

Taran yang mendapat gombalan receh dari Marchel hanya menunjukkan wajah tanpa ekspresi, datar layaknya tembok. Marchel yang menyadari akan suasana mencoba mengalihkan pembicaraan. "lo lupa sama janji lo disekolah tadi siang? lo kan janji mau gue ajakin jalan." alihnya Marchel.

Taran memutar otak layaknya sebuah kaset. Dia mencoba mengingat-ingat kejadian tadi di sekolah.

Setelah memorinya berhasil ia temukan. Taran tak henti-hentinya menyumpahi dirinya sendiri, bisa-bisanya dia berucap seperti itu. Itu hanya akan membuat Marchel tambah mendekat, walaupun didalam hatinya juga tidak menolak. Namun Taran masih tidak siap untuk hal-hal yang berhubungan dengan pacaran.

"kayaknya kuping lo bermasalah deh Chel." ujar Taran mengalihkan pembicaraan agar ia tidak jadi diajak jalan oleh Marchel.

"masa sih?" ucap Marchel memastikan.

"hmmm, kayaknya lo harus pergi deh ke dokter THT." ucap Taran mencoba mengusir Marchel, namun Marchel tidak menyadari jika kalimat itu adalah sebuah cara untuk mengusirnya.

"kayaknya beneran deh kuping gue bermasalah. Coba deh lo bilang sesuatu ke gue, apa aja gitu."

"apaan?" tanya Taran kebingungan.

"ya semisal aja, Marchel ganteng, aku sayang kamu, aku mau jadi pacar kamu gitu."

Dengan polosnya Taran menuruti ucapan Marchel. "Marchel ganteng aku sayang kamu aku mau jadi pacar kamu" ujarnya lengkap seperti yang dikatakan Marchel tadi. Saking polosnya tanpa disadari Marchel hanya menggodanya saja. Marchel yang mendengar itu hanya tersenyum puas. "kalo yang ini kayaknya gue nggak salah denger deh. Gue juga sayang ke elo, asal lo tau aja." ujar Marchel.

Taran yang mulai sadar akan ucapannya tadi seketika membungkam mulutnya menggunakan kedua tangannya. Niatnya ingin mengusir Marchel dengan alasan telinga Marchel bermasalah justru berimbas balik kepada dirinya sendiri. Dia berhasil di kerjai oleh Marchel seperti orang halnya orang bodoh. Memang jika berada di dekat Marchel Taran merasa bodoh, terkadang juga dia tidak menyadari hal yang diperbuat dan dikatakan dirinya sendiri. Seolah itu terjadi dengan sendirinya. Tidak jarang jika pikiran dengan ucapannya bertolak belakang.

Marchel tidak bodoh untuk di bohongi oleh Taran. Dia ingat betul perkataan Taran tadi siang saat disekolah. Marchel tau jika Taran pura-pura lupa dan membohonginya perihal telinganya yang bermasalah, jadi dia balas menggoda Taran dengan cara pura-pura percaya apa yang dikatakan olehnya. Dan benar saja Taran menuruti perkataannya. Dalam hati Marchel tertawa terbahak-bahak melihat muka polos Taran saat mengatakan itu. "berarti kita udah resmi pacaran kan?" tanya Marchel disertai dengan senyuman liciknya.

"lo nge prank gue?" Tanya Taran dengan wajah kesalnya setelah sadar apa yang baru saja dia katakan.

"intinya lo udah mau jadi pacar gue, dan itu udah cukup gue denger sendiri dari mulut lo." ujar Marchel tanpa dosa.



Bersambung

Hayy guys aku kembali update di tanggal yang sangat cantik ini.
Jangan lupa vote and comment aku tunggu partisipasinya.
Happy Valentine🍫🌹
Aku sayang kalian 😘

Damn! I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang