10. Magnet

394 77 19
                                    

"Lo nggak ke kantin?" Tiba-tiba Marchel datang ke kelas Taran, dan tanpa permisi dia duduk di sebelah Taran. Taran hanya melirik sekilas wajah Marchel yang sudah ada disampingnya. "Nggak laper."

Terdengar ada suara perut yang berbunyi, yang menandakan sang pemiliknya sedang kelaparan. Taran memegangi perutnya yang baru saja berdemo karena tidak diberikan asupan olehnya. Sial, perutnya tidak bisa diajak kerja sama. Marchel mengangkat sebelah sudut bibirnya membentuk senyuman tipis.

"Boongnya kurang pro ya mbak?!" ledek Marchel. Lalu dia memberikan sebungkus makanan kesukaan Taran.

Banyak anak yang memfoto adegan demi adegan yang dilakukan Taran dan Marchel yang terlihat romantis lalu membagikannya di akun gosip sekolah.

Taran menyembunyikan wajahnya, malu. Dengan terus menyumpahi perutnya. "Dasar perut sialan!" maki Taran dalam hati.

"Udah nih makan! Gue tau kok alasan lo tadi nggak ke kantin."

Taran memicingkan matanya menatap Marchel heran. Kenapa dia bisa tau, sedangkan dia saja tidak memberitahukan kepada siapa pun, termasuk Vika sahabatnya sekalipun. "Kok lo tau?" tanya Taran sinis sekaligus heran.

Marchel tertawa melihat raut wajah Taran seperti itu. "Penasaran sih penasaran, tapi mukanya bisa nggak selow dikit?!" Marchel masih saja tertawa.

Taran mendesis kesal karena di tertawakan Marchel. Dia mengerucutkan bibirnya kesal. Marchel yang sadar akan suasana pun berhenti menertawakan Taran.

"Gue nggak penasaran cuma heran aja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Gue nggak penasaran cuma heran aja." Taran kembali memperlihatkan wajahnya yang terlihat santai.

"Kan sama aja atuh neng," ujar Marchel yang menirukan logat sunda.

"Terserah. Kasih tau nggak?"

"Kasih tau apa? Gue kan udah sering ngasih tau lo kalo gue tuh beneran suka sama lo."

Taran menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya dengan kasar. Dia mengelus dadanya berulang kali, meminta agar Tuhan memberikannya kesabaran untuk menghadapi makhluk sejenis Marchel.

"Bukan itu," kilah Taran.

"Emang ada yang lebih penting selain rasa suka Marchel sama Taran Kara?"

"Serius dong."

"Jangan serius-serius ah, nanti baper."

"Au ah gelap."

Hening sejenak.

"Tar," panggil Marchel.

"Apa?!"

"Periksa mata yuk," ajak Marchel.

"Kenapa?" Taran mengerutkan keningnya heran.

"Ini tuh terang Tar, nggak gelap."

Damn! I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang