13. Terjebak

310 48 14
                                    

"Apa iya gue jatuh cinta sama Marchel? Bullshit!" gumamnya. Tentu saja dalam hati.

"Udah-udah jangan di godain terus dong. Kasian, pipinya udah kayak kepiting rebus tuh." Ujar Marchel. Matanya melirik Taran sekilas. Sedangkan teman-temannya cekikikan sendiri karena berhasil menggoda dua orang yang tengah jatuh cinta.

"Yang sok berkuasa disini dan suka malak ngga mau traktir nih?" celetuk Vika. Matanya melirik ketiga pria tampan tersebut.

Marchel yang merasa dirinya kena sindiran tidak terima.

"Gue ngga sok berkuasa ya, emang gue punya kuasa tau." Sahut Marchel menyombongkan dirinya.

"Yadeh iya."

"Raja kali." Gumam Taran dan masih bisa di dengar Marchel.

"Iya, kamu mau ngga jadi ratunya? Biar nanti Vika yang jadi pelayannya."

"Apaan?! Lo jadiin gue babu. GAK!" jawab Vika dengan wajah kesalnya. Sedangkan yang lainnya hanya terkikik melihat wajah Vika kesal.

***

Setelah perbincangan mereka selesai, mereka semua memutuskan untuk kembali ke kelas karena bel masuk sudah berbunyi.

"Vik jamkos ya? Kok jam segini gurunya belum dateng." Tanya Taran.

Memang sudah hampir satu jam, guru mapel di kelas Taran belum juga datang.

"Mungkin. Tadi gue denger dari anak sebelah, katanya jamkos sampe pulang. Kita disuruh belajar sendiri." Sahut Vika.

"Yaudah deh, kalo gitu gue pinjem buku dulu." Pamit Taran. Kemudian beranjak pergi meninggalkan Vika di kelas.

Taran berjalan seorang diri melewati lorong-lorong sepi. Tujuannya adalah ke perpustakaan.

"Eh itu bukannya Taran?" Tunjuk Kinant.

"Mau kemana tuh anak?" Tanya Alice.

Bianca yang melihatnya pun nampak acuh.

"Lo ngga penasaran Bi?" Tanya Alice lagi.

"Biasa aja." Jawab Bianca santai.

"Katanya lo mau kasih pelajaran sama dia, mungkin ini saatnya. Mumpung dia lagi sendirian Bi." Timpal Kinant memanas-manasi.

Bianca melihat kedua sahabatnya itu. Alisnya terangkat sebelah. Benar, mungkin ini saatnya dia kasih pelajaran disaat jam pelajaran kosong kepada wanita itu. Seperti pelajaran tambahan.

Salah satu sudut bibirnya terangkat, memperlihatkan senyum smirk-nya. Tanpa pikir panjang, Bianca pun mengikuti Taran diam-diam.

Sampailah saatnya Taran di depan perpustakaan. Perpustakaan itu terlihat sangat sepi, mungkin karena kebanyakan siswa yang lebih memilih belajar di kelas daripada di perpustakaan ketika tidak ada jam pelajaran. Dengan langkah kaki yang ringan, Taran memasukinya.

Lagi-lagi Bianca tersenyum licik ketika melihat Taran memasuki perpustakaan seorang diri.

Mungkin dewi fortuna sedang berpihak padanya, karena kunci pintu perpustakaan itu tergantung pada pintu bagian luar. Sehingga mempermudah Bianca untuk menjalankan aksinya.

Bianca menutup pintu itu dan menguncinya. Setelahnya tersenyum senang.

Jarang sekali orang lain lewat di depan sana, karena perpustakaan itu terletak di lantai 2 dan tempatnya pun paling ujung.

Damn! I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang