"Intinya lo udah mau jadi pacar gue, dan itu udah cukup gue denger sendiri dari mulut lo," ujar Marchel tanpa dosa. Taran memutar bola matanya malas mendengar ocehan Marchel.
"Kita mau kemana?" tanya Taran ketika sudah siap keluar rumah dengan pakaian casual yang santai. Marchel tidak menanggapi pertanyaan Taran. Taran yang merasa pertanyaannya diabaikan hanya bisa mengerucutkan bibirnya. Seperti sudah hafal sifat Marchel yang selalu membuatnya penasaran, seperti halnya saat ini. Taran tidak tahu Marchel akan membawanya kemana, yang terpenting ia tidak mempunyai hutang janji lagi kepada Marchel, pikir Taran.
Saat motornya sudah keluar gerbang Marchel menyalakan mesin dan tanpa disuruh pun Taran langsung mendaratkan bokongnya dijok belakang. Dia bingung mau berpegangan dimana, secara motornya Marchel tidak ada tempat untuk berpegangan. Sedangkan jika Taran tidak berpegangan dia takut terjatuh. Dengan ragu-ragu Taran menyentuh bahu Marchel. Marchel yang merasakan sentuhan pada bahunya hanya tersenyum kemenangan. Tapi tetap saja, Marchel ingin jika Taran memeluknya tidak hanya sekedar berpegangan pada bahu.
Marchel menggerakkan kedua tangan Taran yang semula dibahunya menuju keperutnya. "Yang bener itu gini," ujar Marchel.
Buru-buru Taran menarik tangannya dari perut Marchel. "Modus banget sih lo, modus lo tuh nggak mempan buat gue," ujar Taran ketus.
"Ih sama pacar sendiri itu nggak boleh gitu," goda Marchel.
"Gue nggak ngerasa punya pacar ya," ujar Taran geram.
"Terus gue lo anggep apa?"
Taran memilih untuk tidak menjawab pertanyaan Marchel, menurutnya itu tidak penting sekarang. "Kita mau tetep disini atau pergi sekarang?" tanya Taran dengan nada sinisnya. "Iya, gue sampe lupa," Marchel menepuk jidatnya sendiri.
•
"Sore ini lo harus temenin gue latihan basket," ujar Marchel setelah sampai disebuah lapangan basket yang cukup luas dan mewah dengan desain indoor nya.
"Manja banget sih lo, latihan basket aja minta ditemenin."
"Ya itung-itung lo bayar hutang lo tadi siang, kan lo sendiri yang mau gue ajak jalan."
"Yayaya, salah omong gue," ujar Taran sambil memutar bola matanya malas. Jika dia terus meladeni Marchel yang ada sampai malam pun perdebatan mereka tidak akan selesai. Lebih baik Taran bersikap seperti biasanya, cuek.
Marchel hanya terkekeh melihat tingkah Taran, menurutnya itu menggemaskan. Ingin sekali ia mencubit pipi chubby Taran dan memeluknya erat. Namun ia urungkan niatnya, karena Marchel tau jika Taran tidak suka menjadi pusat perhatian di tempat umum. Jika Marchel melakukan itu, kemungkinan banyak pasang mata yang melihatnya dan itu akan membuat Taran bertambah kesal dengannya. Dia tidak mau jika Taran menghindarinya hanya gara-gara tidak ingin jadi pusat perhatian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Damn! I Love You
DiversosHIATUS! Masa lalunya membuat dia terjerat dalam rasa sakit yang membuat dirinya menutup hatinya hingga sekarang. Namun sebuah pertemuan sederhana dengan pria itu, membuat hatinya perlahan terbuka. Awal pertemuan yang nampak konyol, membuat keduan...