4

1.1K 133 3
                                    

Sinb membuka kedua matanya dan segera duduk tegak saat sadar bahwa ia menyandarkan kepala pada bahu Moonbin, "sudah sampai?"

"Sudah sampai 30 menit yang lalu" Moonbin melemaskan bahunya yang kaku, "kenapa tidak membangunkanku?"

"Aku sudah melakukannya dan kau masih saja tidur seperti kerbau.. sudahlah, ayo turun dan lapor pada Jeon saem untuk dapat kamar" Moonbin turun lebih dulu dengam wajah meringis karena bahunya yang seperti mati rasa, "astaga memalukan" gumam Sinb menyusul.

Jungkook tersentak melihat Sinb dan Moonbin yang turun bersamaan, untuk beberapa detik ia kembali mengingat perasaan yang ia alami saat di perjalanan. Tapi dengan cepat Jungkook menghilangkan itu semua dan fokus pada tugasnya.

Setelah memberikan satu nama dan menunjukkan kamar, Jungkook tidak melepaskan pandangannya dari Sinb yang terus memukul lengan Moonbin. Dadanya naik turun menyaksikan itu.

Seluruh siswa diminta berkumpul untuk melaksanakan belajar bersama layaknya les tambahan, ini salah satu strategi meningkatkan semangat siswa. Jungkook selaku wali kelas mengajar seperti biasa.

Meski ia tau beberapa siswanya lebih asik dengan urusan sendiri, termasuk Sinb yang sedang bermimpi indah di sudut ruangan. Kelas berakhir, Jungkook meminta semua segera kembali ke kamar sebelum dikumpulkan lagi. Termasuk Moonbin. Entah sejak kapan ia menaruh perhatian pada siswa gamers itu.

Perlahan kakinya mendekati meja Sinb, tangannya mengetuk meja dua kali hingga gadis tersebut mulai terbangun. Tidak mengatakan apa-apa, ia hanya melewati Jungkook begitu saja."berhenti disana"

"Weoyo seonsaengnim? Kelas sudah berakhir kan?" Sinb menutup mulutnya yang sedang menguap, "apa alasanmu ikut acara ini?"

"Bukankah wajib? Kenapa ditanya lagi?"

"Apa karena Moonbin? Karena anak itu?"

"Jeon seonsaeng"

"Jadi itu jawabannya?"

"Aku tidak tau kenapa harus menjelaskannya padamu.. untuk apa? Kau hanya seorang wali kelasku, jadi jangan harap kau bisa dengan mudah mengetahui urusan pribadiku" Sinb yang berbalik badan, sekali lagi niatnya keluar kelas terhenti.

Jungkook bergerak cepat menahan kenop pintu, mencegah Sinb untuk keluar. "Kalau begitu.. aku akan mengganti pertanyaanku, apa ada orang yang kau sukai?"

"Jika pertanyaanmu karena kejadian itu.. maaf, itu hanya sebuah kecelakaan" jelas Sinb, "kecelakaan? Kau pikir semua akan selesai dengan begitu?"

"Lalu saem mau aku bagaimana? Menjadi kekasihmu? Jangan gila" Sinb berdecak, "jangan membuatku bingung Hwang! Dengan mudah kau melakukan itu, kau juga hanya meminta maaf? Kau menganggap aku ini apa?"

"Seonsaengnim, aku menganggapmu sebagai seonsaengnim" tegas Sinb, "begitukah? Baiklah, kau bisa keluar" Jungkook membukakan pintu, membiarkan siswi tersebut keluar dengan nyaman.

...

Beberapa saat setelah itu, semuanya terasa berbeda. Jika tatapan Jungkook selalu mengarah pada Sinb, maka mulai saat ini ia hanya mengamati siswa lain dengan seksama. Jika biasanya pikirannya hanyalah Sinb, maka kali ini kontrak investasi adalah tujuan utamanya.

Permainan dimulai, sebagai wasit, Jungkook memperhatikan setiap siswa yang mendapat giliran bola. Jika anak perempuan yang bertanding, maka suasana akan terasa lebih ramai dengan jeritan disana-sini.

"Astaga, apa tenggorokkan mereka tidak sakit?" Keluh Jang seonsaeng yang hanya dibalas tawa kecil oleh Jungkook. Ia membunyikan peluit ketika satu orang terjatuh karena kesalahan lawan, itu sebuah pelanggaran.

My FavoriteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang