[S2] 2

1K 112 1
                                    

Eunseo menemani Sinb memeriksa proyek cabang di daerah Cheongchamdong, anak perushaan yang akan dibuka beberapa hari ke depan nanti. Setiap ruangan ia sampiri diikuti penjelasan ketua bagian.

Langkah kakinya terhenti ketika melihat pria lain di ruangan terakhir, tidak hanya Sinb tapi Eunseo sampai membelalakkan matanya tepat saat pria itu berbalik dan menyapa layaknya rekan kerja.

Situasi singkat itulah yang membuat Sinb duduk di cafentaria terdekat, dengan kopi latte yang sudah ia tenggak setengah. 15 menit disana tapi tak ada satupun yang berbicara, yang terdengar hanya gumaman pengunjung lain.

"Bagaimana kabarmu?" Sinb mengangkat wajahnya, "baik"

"Tak terasa sudah 5 tahun ya.. kau sudah bekerja saat ini bahkan jadi pimpinan"

"Yah.. bagi seonsaengnim memang 5 tahun itu tidak terasa" Sinb tersenyum menatap lawan bicaranya, "kau mau membahas masalah itu?"

"Ani! Aku sudah tidak punya waktu untuk memikirkan hal semacam itu" Sinb membungkuk dan meninggalkan meja, berlari cepat keluar cafe untuk menghindari pertanyaan lanjutan dari Jungkook.

Langkahnya tidak secepat Jungkook yang langsung menahannya, Sinb tidak menoleh dan mencoba menepis genggaman kuat itu. "Appho!!" Bentaknya, "aku ingin melihat wajahmu lebih lama"

"Kau menyakitinya!" Suara lain sontak membuat dua sejoli itu menoleh ke arah yang sama, "anyyeonghasseo saem.... maaf tidak bisa berlama-lama karena aku dan Sinb ada acara lain" Moonbin melepaskan genggaman Jungkook dari tangan Sinb.

"Kau? Moonbin?"

"Ne, geurom.." Mooonbin membungkuk hormat lalu membawa Sinb menjauh lebih cepat, masuk ke dalam mobilnya dan menghela nafas panjang.

"Memangnya kita punya janji?" Tanya Sinb, "kau masih menyukai guru itu?"

"Ada apa dengan pertanyaan itu?" Sinb beedecak, "hanya penasaran, apa kau masih menyukainya"

"Tidak.."

"Geotjimal, aku sudah mengenalmu sejak lama" Moonbin menyalakan mesin mobilnya, "kalau begitu kenapa bertanya".

...

"Sudah menemukan orang yang kau cari?" Tanya Jimin menyambut kedatangan Jungkook, "eoh... hyung, apa nama investor kita itu Hwang Eunbi?"

"Heol? Kau kenal? Bagaimana bisa tau? Apakah dia memang cerewet begitu? Kudengar dia adalah pengusaha muda yang cukup sukses, sangat sulit mendapatkkan kontrak dengannya" jelas Jimin antusias, "lalu yang kemarin itu?"

"Ah itu hanyalah perwakilan, ntah apa alasannya dia tidak datang sendiri.. aneh, biasanya dia langsung yang mengurus kontrak" tambah Jimin, "jadi dia sebenarnya sudah tau bahwa aku sudah kembali?" Gumam Jungkook.

"Kau bicara apa tadi?"

"Tidak, tidak.. "

"Kebiasaan bergumammu itu memang tidak bisa dihilangkan" komennya.

Jungkook memperhatikkan sticky notes yang masih ada di atas mejanya, sebuah alamat lengkap yang menunjukkan kediamannya saat ini. Tidak jauh dari apartemennya, tapi perasaan masih bimbang. Haruskah ia datang kesana?

Setelah apa yang ia lakukan 5 tahun lalu, pergi begitu saja tanpa menjelaskan apapun dan ia tiba-tiba datang ke apartemen Sinb. Jungkook tertawa remeh, merasa miris akan dirinya sendiri yang sangat bodoh.

Wajah Moonbin datang menyerang pikirannya, tawa menggema itu lenyap. Siswa yang sempat menjadu murid sekaligus rivalnya secara tidak langsung, "mereka tidak sedang berkencan kan?" Jungkook menggeleng kuat.

...

Suara bel berbunyi sebanyak 4 kali, merasa bahwa tamu di balik pintu itu sangat tidak sabaran. Dengan masker yang menempel sempurna di wajah, Sinb membuka pintu dan hampir saja terkena serangan jantung diusia muda.

Sebuah boneka beruang besar menutupi seseorang yang ia yakini sebagai pria, "tidak lucu Bin-ah.." Sinb menurunkan boneka tersebut sedikit agar bisa melihat wajahnya, "Jeon Jungkook, namaku Jeon Jungkook" Sinb diam dan merasa canggung ketika tau siapa orang yang datang.

"Jadi teringat saat muda, kau pernah memberiku bunga di hari valentine"

"Sudahlah" percakapan singkat itu membuat Sinb berdeham, sementara Jungkook hanya tersenyum geli dengan sikap Sinb yang tidak pernah berubah. Wajah yang terlihat dingin tapi memiliki sisi imut, tidak dapat di duga gadis seperti itu membuatnya jatuh hati.

"Kau akan membiarkanku diluar sini?" Sindir Jungkook, "aku tidak menerima tamu malam hari"

"Ahh.. jadi begitu? Aku bahkan memberikanmu bermalam dulu, dan hanya untuk mampir sebentar kau menolaknya?" Sinb mengerutkan kening dan meneliti apa maksud Jungkook datang ke tempatnya.

"Lebih baik bicara besok" Sinb yang hampir menutup pintu di jeda oleh Jungkook, "ayo kita luruskan semuanya" tambahnya dan saat itu kedua bola mata Sinb tidak mendapati sebuah cincin.

2 menit kemudian Sinb mengumpat dan mecaci dirinya sendiri karena membiarkan Jungkook duduk santai di atas sofanya, ia tidak menyangka bisa sebegitu lemahnya hanya dengan suara Jungkook.

Jemarinya masih sibuk membuat teh hijau mengingat hari diluar sangat dingin, ntah sejak kapan ia merasa cemas dengan Jungkook. Setelah siap, ia meletakkan cangkir hangat itu di atas meja.

Duduk dengan menjaga jarak dari posisi Jungkook, Sinb hanya menatap asap dari minumannya. "Aku menggagalkan tuangan itu" penjelas Jungkook spontan membuat Sinb menatapnya tak percaya, "gagal?"

"Dari awal aku memang tidak ada perasaan apapun padanya, dekat juga hanya karena bisnis keluarga" Kata Jungkook, "tidak ada perasaan apapun tapi wanita itu selalu ada di apartemenmu" Sinb meneguk minumannya.

Tidak membalas, Jungkook hanya tersenyum dan bertompang dagu menatal Sinb. "Ada yang lucu?" Gusarnya, "kau tidak berubah"

"Aku memang tidak berubah, geundae seonsaengnim yang banyakk berubah"

"Isanghae.." desis Jungkook melipatkan kedua tangan dan bersanda pada sofa, "mwogayo?"

"Disini, rasanya masih sama seperti 5 tahun yang lalu" Jungkook menyentuh dadanya dan Sinb hampir saja tersenyum karena ulah mantan kekasih sekaligus mantan gurunya itu. "Ini sudah malam, sebaiknya saem pulang"

"Sekali lagi"

"Ne?"

"Berikan kesempatan sekali lagi dan aku akan memperbaiki kesalahanku dulu" Jungkook mendekatkan posisinya, "saem.. sepertinya kau salah, aku sudah berubah"

"Mwo?"

"Aku tidak sebodoh dulu, jadi aku akan berterimakasih jika saem pulang.. aku harus ke kantor besok pagi" usir Sinb bangkit dari duduknya. "Kau yang memaksaku, dan mulai hari ini aku akan terus mengikutimu sampai kau mau memberikan kesempatan itu" Jungkook akhirnya keluar dari apartemen Sinb.

"Kenapa bonekanya tidak dibawa sekalian" komen Sinb mendekati beruang besar itu di dekat pintu. Memukul wajah boneka yang tak bersalah tersebut untuk melampiaskan perasaannya saat ini.

"Nappeun namja!".

































.
.
.
.
.
.
.
TBC

My FavoriteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang