"Jungkook and one of BAX21 has fled from his house."
Berlarut di lab bukan sesuatu yang asing bagi seorang Sia, ia sudah terbiasa untuk menanggulangi kekacauan yang dibuat timnya atau disibukkan oleh persoalan pelik. Namun mendengar berita yang begitu ia ekspektasikan sampai hanya bisa tersenyum kecut adalah sesuatu yang baru, terlebih hal tersebut datang dari satu asisten yang ia bangga-banggakan pada seluruh direktur. Satu sekon setelahnya ia melepas jas lab dan menutup buku, lantas beralih pada Namjoon yang masih berdiri tegap menunggu perintah.
"Prepare the Harpy VI and come with me. Tell Taehyung too."
Satu lagi yang jarang ia lakukan adalah mengeluarkan salah satu jet tercepat dengan berbagai macam fitur, di tengah malam, tanpa persetujuan atasannya. Pasti Sia sudah benar-benar gila. Jungkook sialan.
🌗
Mobil Jungkook melaju dalam kecepatan 86 mph melewati jalanan perkotaan yang sepi pada dini hari. Jam di dashboard mobilnya menunjukkan bahwa sekarang pukul dua pagi, besar probabilitasnya bahwa KATN tidak akan menindak lanjuti aksinya sekarang. Pun begitu, resah bergolak ribut di dalam dadanya. Jemari lentik yang biasa mengusir ketakutannya saja sudah tak punya efek barang sejengkal pun, Jungkook cuma bisa menatap Rae dengan senyum lemah.
Setiap satu menit ia tak tahan untuk menampilkan beberapa gambar di kaca mobil yang menunjukkan keadaan sekitar mobil. Distrik yang diisi dengan teknologi di setiap sudutnya sangat mudah diinfiltrasi oleh KATN; bisa jadi tak ada mata yang ditemukan Jungkook, tapi para peneliti tengah mengawasinya dari seribu layar monitor. Jungkook hanya berharap bahwa ia sampai di kawasan gunung Seefeld sebelum fajar terbit; Sia dan timnya akan mengalami kesulitan mencarinya di sana dan sementara itu Jungkook bisa menyusun rencana lanjutan.
Desahan napasnya tak dapat ditahan lagi, lantas dengan perasaan yang campur aduk Jungkook menekan salah satu tombok di kursi pengemudi. Sekonyong-konyong sebuah kompartemen dari bagian langit-langit turun, menampilkan beberapa silindir logam yang tersimpan di dalam kotak. Harus selalu ada plan B dalam sebuah misi.
"Rae," ucap Jungkook seraya meremas tangan miliknya lembut dan kuat, "kau masih ingat cara merangkainya, bukan?"
Diliput takut manik hazel-nya bolak-balik menatap iris Jungkook dan tabung yang berada di atas kepala mereka. "Kenapa kau membutuhkan sebuah peledak, Jeon?"
"Just in case."
🌗
Harpy bukan sebuah pesawat gadang yang biasa ditumpangi oleh puluhan orang, paling-paling isinya hanya bisa menampung belasan. Sayap di samping tubuhnya mungil, sementara terdapat sayap lain yang menyatu dengan ekor pesawat berbentuk melengkung dan panjang. Spasi utamanya memiliki lebar 3,5 meter dengan kursi di kedua sisi yang arah pandanngya dapat diotak-atik.
Sia menduduki ruang dengan nuansa krem dengan sentuhan emas serta merah tersebut berdua dengan Taehyung, masing-masing dengan sebuah dua laptop di meja serta ponsel yang terus mengirimkan berbagai macam notifikasi. Taehyung mengutak-atik konfigurasi yang ada di dalam laptopnya, sementara Sia tengah memastikan bahwa program yang harus diinjeksi ke sistem BAX21 sudah berjalan dengan baik.
Tiba-tiba Taehyung buka suara. "Seluruh barang elektronik Jungkook yang dapat kita akses datanya tidak memancarkan sinyal atau ditinggal di rumah."
"BAX21 memiliki sebuah sinyal yang cukup rendah, agak sulit untuk terdeteksi apalagi kalau Jungkook sempat mengutak-atiknya sebelum pergi."
"Ada kemungkinan ia mematikan BAX untuk sementara juga."
"Kalau yang itu aku tahu ia tidak akan berani melakukannya. Cinta bisa membuatnya berpikiran miring bahkan jika itu berarti menuju pusaran palung." Sia tersenyum miring. "Kita tidak akan bisa melakukannya dengan satelit milik kita. Kontak nomor utama dari Deter, NASA, dan SpaceX untuk meminjam salah satu milik mereka sehingga kita mendapat koordinat yang tepat."
🌗
Jalur perkotaan yang gemerlap mulai bertransisi menjadi jalanan panjang monoton yang penuh salju, pendar-pendar cahaya sudah tergantikan dengan sinar rembulan tipis yang ditutupi awan kelabu. Mobil milik Jungkook berpacu sendirian di tengah hutan pinus yang terbentang hingga ratusan kilo meter, pun ia sudah bisa sedikit bernapas lega sekarang. Akan lebih sulit untuk menurunkan satuan polisi atau interpol jika mereka telah berada di sini. Lalu Jungkook menarik tangan Rae mendekati wajahnya untuk dicium lembut.
"Apa kau sudah selesai merangkainya?"
"Tentu saja."
Enam tabung sebesar kepalan tangan terikat jadi satu di samping kaki Rae. Dengan bahan peledak tersebut setidaknya mereka dapat memberikan detonasi utama dengan radius efek sebesar satu kilo meter—dan Sia paham betul akan hal itu. Normalnya peledak tersebut dipicu oleh tekanan pada perangkat dengan tombol hitam yang berada di kantung Jungkook, tetapi ia membutuhkan beberapa jam tambahan untuk menambahkan trigger baru—seperti guncangan hebat atau kematianna. Lantas Sia akan berada di posisi di mana ia harus mati atau merelakan.
"Aku tidak menyarankanmu untuk mempergunakannya, Jeon," ujar Rae gelisah.
Paras Jungkook kembali menggelap. "Aku juga berharap hal ini dapat diselesaikan dengan negosiasi atau paling banter one-to-one combat, tanpa melibatkan kerusakan yang parah. But as I said, just in case. Kalau terpaksa aku akan menggunakannya sebagai ancaman,"—kerlip kelam Jungkook beralih singkat dari jalanan menuju iris hazel Rae—"ancaman yang kuat harus benar memiliki efek, bukan?"
Kedua sudut labium Rae terangkat, tapi alisnya mulai menyatu dengan rasa resah. Celah bibirnya telah terbuka, berniat untuk melempar beberapa patah kata lagi dalam diskusi ini. Namun sekonyong-konyong setiap sendinya berkedut ekstrem dan tangannya mengalami tremor.
"Rae? RAE APA YANG TERJADI?"
Teriakan Jungkook tak berhasil membangkitkan Rae ke alam sadarnya, alih-alih matanya mengerjap-ngerjap tiada hendi dan tubuhnya terus bermanuver asal. Dengkulnya menabrak dashboard, tangannya mengayun terus-menerus, dan kepalanya bergerak ke kanan kiri dalam ritme patah-patah. Jungkook menghentikan mobil untuk menahan pergerakan kekasihnya, sementara jantungnya terus bertalu nyaring.
Seluruh indra Rae seolah mati, sementara badannya menggelepar di kursi penumpang; ia tak lagi memiliki kendali atas apa yang terjadi dengannya kini.
🌕🌗🌑
KAMU SEDANG MEMBACA
Pursuit
Fanfiction[COMPLETED] Jungkook dan Sia hidup di jaman teknologi bukan cuma sekadar mempermudah kehidupan manusia, melainkan sebuah kebutuhan dan hak mendasar dari setiap masyarakat Eropa. Mereka adalah petinggi tim dengan pencapaian mengagumkan. Dan satu kej...