Sia mengambil chip yang dijepit oleh ibu jari dan telunjuk Rae sebelum memasukkan benda tersebut ke dalam kotak plastik kecil--yang disimpannya di dalam jaket. Kemudian pandangnya bersirobok dengan netra pilu dan frustrasi milik Jungkook. Untuk sejenak Sia hanya mengamati situasi di mana dirinya berpijak dan ia mendesah agak lega, tidak ada baku hantam eksesif yang menyebabkan kerusakan fatal. Kemudian tungkai tersebut berjalan ke arah Jungkook untuk menebas ikatan tali yang membebatnya.
Kala itu dendam yang berpusing dalam hati Jungkook terhadap Sia tertutupi oleh kabut patah hati yang menyergapnya hampir seketika. Tungkainya berlari menuju tubuh yang terkulai lemas dan menariknya ke dalam rengkuhan hangat. Jungkook menyentuh pipi Rae yang dingin untuk diguncangkan, sementara tetes air matanya mulai menumpahi kelopak mata kekasihnya yang enggan terbuka.
"Rae, jangan bercanda sekarang, kau hanya menggunakan trik tadi untuk membohongi Sia, bukan? Sekarang aku sudah lepas dari ikatannya dan kita bisa melawan wanita tersebut sekarang. Aku hanya memohon agar kau bangun." Jungkook menyelipkan rambut gadis tersebut ke belakang telinga. "Tolong, aku mohon, tidak usah kau pertahankan aksimu hingga nanti, kita selesaikan saja di sini."
Memandangi sebuah momen menyayat hati tidak ada dalam agenda Sia, tapi rasanya setelah memisahkan kedua makhluk tersebut dengan cara yang cukup keji, ia bisa memberikan sedikit ruang agar Jungkook menstabilkan diri. Tungkai wanita tersebut berjalan menjauh dari keduanya, memandangi asistennya--yang lebih sering berwajah serius--kini menangis tersedu-sedu. Ia mengalihkan pandangannya, pun begitu tetap saja suara Jungkook membuat hatinya seperti berada di bawah Niagara.
Sia menanti beberapa belas menit hingga racauan serta tangisan Jungkook hampir pudar, pula yang tersisa cuma isakan kecil dari si lelaki. Lalu ia membuka suaranya.
"Jungkook, kita harus pergi."
"Sudah kau ambil semua milikku, habis ini kau akan melakukan apa? Memecatku!?"
Sia tersenyum miris. "Itu adalah hadiah paling berharga yang dapat kau dapatkan setelah kekacauan ini; tentu tidak. Kau tetap harus datang esok pagi ke lab dan membereskan benda-benda ini." Langkah Sia hampir mendekati pintu kala kepalanya menoleh kembali. "Bawa gadis itu, kau perlu membongkarnya esok hari."
Pistol yang tergeletak di samping tubuh kekasihnya langsung diambil Jungkook dan ditembakkan ke arah arah Sia, pun bagi si wanita menangkis kilat dengan perisai yang tersimpan di gelang tangan kanannya bukan hal sulit. Jungkook menggeram emosi melihat Sia yang tak cacat sedikit pun, lalu ia beralih ke arah bom yang terletak di nakas meja. Ia pernah melihatnya di Lab KATN; benda tersebut dapat meledakkan fondasi baja sejauh lima ratus meter.
Maniknya menatap Sia nyalang, sementara tangannya membidik bola logam tersebut. "Kita akan mati bersama, Sia Kinslee."
Wanita tersebut hanya melempar ekspresi terperanjat tatkala Jungkook benar-benar menembak benda tersebut. Dan yang terjadi kemudian hanya sebuah momentum remeh di mana sebuah bola penyok, lalu tergelincir dan jatuh ke atas lantai.
Jungkook yang sudah menggila melepas bom di perutnya sendiri dan dibanting berkali-kali ke atas lantai, bahkan menembakkan benda tersebut hingga daya senjatanya habis. Lantas lelaki tersebut kehabisan napas, frsutrasi, pula hampir menangis--lagi.
Sia mendesah panjang. "I shut down your bomb and mine is just gimmick."
"JADI APA MAKSUD SEMUA PERKATAANMU TADI, KINSLEE!?"
"You can't win, Jungkook. Aku mengenakan lapisan pelindung yang tidak bisa ditembus lasermu dan aku juga yang memiliki tiga jenis senjata lain di dalam tas; konvensional maupun mutakhir. Tidak ada kesempatan di mana kau atau Rae keluar dengan utuh, dan ini adalah skenario paling baik."
"BERENGSEK. KAU MEMANIPULASI RAE!"
"Yes, for goodness sake. Jika saja kau tidak perlu membawa kita ke jalur yang lebih sulit, seharusnya urusan ini sudah selesai semenjak kemarin."
"KAU BAHKAN TIDAK MERASA BERSALAH!"
Paras sendu Jungkook sudah seluruhnya bertransformasi menjadi satu yang sarat akan amarah. Tanpa tedeng aling-aling ia langsung meninggalkan Rae di lantai dan menerjang wanita bajingan yang terus mengganggu kisah cintanya. Tangan Jungkook mencengkeram kerah jaket Sia sampai wanita tersebut perlu berjinjit apabila tak ingin dicekik. Si wanita dapat merasakan embusan emosi yang menubruk wajahnya.
"Aku akan membunuhmu, ja--"
Sebelum Jungkook menyelesaikan kalimatnya, Sia terlebih dahulu mengambil satu lengan Jungkook dan membanting lelaki tersebut ke arah meja. Kayunya terbelah menjadi dua, sebagian asap berterbangan dan Jungkook mengerang kecil di atas lantai. Dengan sigap Sia lekas memasang sebuah metal mungil yang tersangkut di leher Jungkook. Ia menekan satu tombol di ponsel transparannya dan Jungkook langsung menggelepar.
"Selesaikan pekerjaanmu dengan BAX21, Jungkook. Kemudian aku akan mengembalikan Rae kepadamu."
end.
Aku pas nulis ini membayangkan bahwa orang bakal mikir kalau Sia ini tokoh antagonis karena dia semacam if i want it, i get it. Tapi buatku dia cuman badass scientist yang rela apa pun termasuk mati dan ngancurin mahakarya dia, cuma demi nyelemati nyawa orang, pun itu cuman satu. Buat Sia, Rae itu unstable, daripada ngambil judi sama semesta, dia lebih milih buat make sure bahwa yang terburuk gak terjadi.
Dan buatku di sini Jungkook egois, dia gak berhasil memisahkan tanggung jawab dia sebagai peneliti dan rasa cintanya sama ciptaan dia.
Ceritanya selesai di sini, tapi aku bakal ngasih kalian epilogue ;)
KAMU SEDANG MEMBACA
Pursuit
Fanfiction[COMPLETED] Jungkook dan Sia hidup di jaman teknologi bukan cuma sekadar mempermudah kehidupan manusia, melainkan sebuah kebutuhan dan hak mendasar dari setiap masyarakat Eropa. Mereka adalah petinggi tim dengan pencapaian mengagumkan. Dan satu kej...