"Rae, jangan biarkan wanita keji tersebut merasuki pikiranmu." Belum sempat si wanita pirang buka suara, Jungkook terlebih dahulu mengambil alih konversasi. "Kau harus terus mencoba mengancamnya karena hal yang ia ucapkan pasti cuma omong kosong."
"Think twice, you fucking idiot. Bukankah kau menginginkan sebuah negosiasi? Sekarang aku memberikan satu dan kau harus menerima bahwa kau bukan upper hand di sini. Kita akan menyimpan memori Rae dan memperbaiki BAX21, ketika robot tersebut telah melalui masa percobaan yang ketat dan dinyatakan aman, kau dapat mengembalikan memori Rae ke dalam wadahnya yang baru.
"Memangnya ada saran apa yang lebih baik dan menguntungkan semuanya?"
"KAU TIDAK MENGUNTUNGKAN KAMI SIALAN! Kau cuma wanita egois yang mementingkan urusan pribadimu sendiri. Memangnya ada jaminan memori tersebut akan kau kembalikan jika aku berhasil? Apakah kau akan mempercayaiku? Atau kau akan terus mencari celah agar setiap ciptaanku tidak pernah masuk ke pasaran!?"
"For God's sake." Kalau tidak mengingat bahwa ia bak beruang kutub yang hidup di pijakan es terakhirnya, Sia pasti telah melancarkan caci maki serta memecat lelaki tersebut. "Aku menandatangani permintaan dana untuk uji coba energi pesawat yang efisien, aku membantumu mengambil sumber daya dari Mongol, aku juga yang menyatakan bahwa senjata lasermu stabil! Kau pikir benda-benda tersebut tidak termasuk risky? Jungkook berpikir dengan kepalamu!"
Jungkook menatap Sia nyalang dan tangannya memberontak berusaha lepas dari ikatan yang membebatnya. Hasilnya nol besar, cuma ada suara lantai yang terantuk kaki kursi dan tangannya mulai agak lecet. Kendati demikian, karena amarah yang menggelegar tak sedetik pun Jungkook ingin berhenti bergerak. "Tapi kau tidak pernah menyetujui ideku apabila hal tersebut menyangkut renovasi dari teknologi humanoid."
"DAN LIHAT DI MANA KITA SEKARANG, BANGSAT! Kau mau menunggu setengah populasi Swedia mati baru menarik teknologi tersebut dari pasaran!?"
"Aku—"
"Lupakan, Jeon."
Vokal kecil Rae menebas pembicaran Figur Rae tak lagi lemah dan bersimpuh di atas lantai, ia sudah berdiri dengan tegap tanpa sebuah pistol di tangannya. Wanita tersebut mengikis spasi di antara mereka agar dapat menyisir rambut kekasihnya dengan lembut. Tak ada sebuah bibir yang terlipat karena bimbang, yang hadir malah sebuah senyuman kecil. Kendati demikian hal tersebut tak membuat Jungkook makin tenang, melihat manik yang menampilkan tanda pilu diiringi jemari Rae yang sedikit gemetar; Jungkook sudah tahu bahwa pilihan kekasihnya adalah sesuatu yang menyakitkan.
"Rae, kau tidak perlu melakukannya." Jungkook mendongak dan berusaha berbicara dengan manik karamelnya yang mulai panik. "Dengarkan aku, Rachel Hwang, kita dapat pergi ke benua mana pun yang dirimu mau. Kita hanya perlu untuk pergi dari sini dan meninggalkan semuanya di belakang, kita akan mengubah identitas dan aku masih punya uang."
"Aku tahu, Jeon, itu adalah ide menarik. Namun yang Sia katakan ada benarnya."
"Jangan biarkan omong kosongnya—"
"Itu bukan sebuah omong kosong, Sia membicarakan yang sebenarnya dan kita hanya terlalu merasa sakit untuk mengakui kenyataan tersebut. Karena bintang yang kita pikir gemerlap untuk digapai, sebenarnya hanya kekosongan yang tersembunyi. Kita tidak akan bisa mencapainya kalau memang KATN tak akan mau melepaskan kita."
"Rae—"
"Jeon, sungguh aku sangat sangat mencintaimu. Kalau aku diberikan pilihan untuk memiliki dunia atau mendapatkanmu, maka aku akan memilihmu; karena kau adalah duniaku. Namun kita tidak bisa bersama dengan cara seperti ini." Rae mengusap anak rambut yang berjatuhan di atas kening kekasihnya. Jarang sekali mereka berpandangan dalam posisi seperti sekarang, dan ini terkesan manis—serta pilu. "Aku percaya bahwa dirimu kuasa untuk membangun tubuh yang lebih stabil untukku, Jeon, dan saat itu kita akan bersatu kembali."
Bibir Jungkook ingin berucap lebih banyak, akan tetapi Rae lebih cekatan untuk mencuri kata-kata tersebut dengan ciumannya yang hangat, miris, dan manis di saat bersamaan.
"Aku menyayangimu, Jeon, sungguh."
"Rae, tolong jangan lakukan ini."
Rae cuai pada kalimat tersebut dan malah melangkah mundur, sementara lelaki tersebut terus meronta untuk menghalangi niatan kekasihnya yang kelewat gila. Namun Rae tak menggubris aksi tersebut, alih-alih ia terduduk di depan lemari pakaian. Bersama mata sendu yang ditempa sinar mentari, gadis tersebut merobek baju di titik sebuah hati seharusnya berada. Lalu jemarinya mengoyak kulit sintetisnya dan menampilkan lapisan metal sebelum sebuah kompartemen kecil menyembul. Maniknya mencari Jungkook terlebih dahulu, celah bibirnya bergetar dan suara lemah tersebut langsung menyapa rungu kedua manusia di sana.
"I love you, Jeon."
Tangan Rae menarik sebuah chip mungil keluar dari selot logamnya sebelum berkedip beberapa kali. Irisnya yang sewarna hazel mulai menggelap, kian lama terdapat glitch di sorotnya, kemudian tiba-tiba langsung berubah gelap dan menghitam.
Rae telah mati.
🌕🌗🌑
KAMU SEDANG MEMBACA
Pursuit
Fanfic[COMPLETED] Jungkook dan Sia hidup di jaman teknologi bukan cuma sekadar mempermudah kehidupan manusia, melainkan sebuah kebutuhan dan hak mendasar dari setiap masyarakat Eropa. Mereka adalah petinggi tim dengan pencapaian mengagumkan. Dan satu kej...