"I fucking told you robot shouldn't have feelings!"
Dengan geram Sia melempar bola metal di tangannya ke arah meja Jungkook. Orang-orang di sekeliling sana terdiam berusaha untuk tidak menaruh atensi pada Sia dan Jungkook, takut kalau tiba-tiba merekalah yang ditatap nyalang. Sebagian sok merapikan dasi atau lipatan lengan yang berantakan, sebagian yang berdiri di dekat jendela memilih untuk berbalik badan dan melihat halaman, sementara Sia—dengan picikan ganas—akhirnya berdeham keras.
Jungkook, yang sedari tadi menaruh atensi pada hologram yang berpendar dari alat di depannya, mau tak mau menoleh ke atas demi menatap wanita berparas jengah bagai badai salju yang dingin.
"Ada respons?" tanya Sia—sarkastis.
"Itu kecelakaan."
Tolol. Kalau lelaki tersebut bukan seorang wakil ketua tim riset, wakilnya kalau kalian ingin tahu, sudah pasti Sia telah mencekik Jungkook hingga matanya ingin mencuat dan buku-buku jarinya memutih. "Hari ini langit biru, Jungkook."
Jungkook menaikkan sebelah alis.
"Orang sinting mana sih yang tidak tahu itu kecelakaan? Responsmu sampah. Kau ingin bilang apa pada konsumen dan masyarakat?"
Jungkook terdiam di kursinya. Ia juga pusing bukan kepalang dan ia sangat tertekan dengan kenyataan dapat bekerja dengan seorang Sia; manusia yang bisa memisahkan benda profesional dan personal, orang yang temperamental, dan wanita yang perhitungan serta cerdas bukan main—oh, Sia telah memprakirakan bahwa kecelakaan ini dapat terjadi setelah BAX21 dirilis, dan di mana mereka sekarang? Yap, tepat dalam prediksi Sia.
Jungkook hanya terlalu egois untuk membuktikan dirinya lebih baik dari si ketua—kemudian malah terlihat kelewat ceroboh sekarang.
"They want to sue." Sia buka suara kembali. "Dan siapa yang harus di gugat di sini? Aku? Kau? Tim atau perusahaan? Aku menyarankan pada direktur agar kau bertanggung jawab, sih. Tapi sayang kita terlalu kaya raya."
Sia mengeluarkan kotoran di jari telunjuknya dengan kuku ibu jari; bekas kuteks merah itu jatuh di atas meja Jungkook, tapi keduanya tidak ada yang peduli karena sama-sama tenggelam dalam amarah masing-masing. Manik Sia kembali menilai Jungkook dan berpijar tak senang.
"Kau beruntung hukum bisa dibengkokkan hingga kau tidak mendekam di penjara saat ini, Jungkook. Tapi percayalah, sampai kau melakukan satu ketololan lagi, aku yang akan menyiapkan penjara paling sadis di bumi ini untukmu."
Ada beberapa detik yang terlewati tanpa percakapan apa pun; Sia sebenarnya berharap Jungkook mau membuka suara terhadap hasil kreasinya dan memberikan sebuah saran, sayang harapannya terlalu tinggi. Dengan berat hati wanita berambut sebahu itu menggelengkan kepala—menampilkan raut kecewanya sejelas siang—sebelum berbalik dan menatap orang-orang yang tersebar di ruangan sembari menunggu instruksi.
"Tarik mereka semua kembali. Tawarkan uang kompensasi atau jam keluaran terbaru milik kita sebagai gantinya," kata Sia serius.
Sebelas orang dengan pakaian putih tersebut segera mengangguk patuh. Kemudian hening. Sia menelengkan kepala ke samping menatap wajahnya satu persatu; Nayeon si bungsu, Namjoon yang penuh tato, dan sekumpulan wajah lain yang memang agak terlihat dungu. Paras sarat kelelahan Sia menyusul helaan napas panjang; satu desah yang membuat sekumpulan pria tadi menegapkan badan dan ketukan setengah mampus.
"NOW. YOU FUCKING IDIOT. Get them all, right now." Sia menunjuk pintu keluar dengan wajah memerah, kemudian memandangi satu demi persatu orang tersebut menghilang dari ruang kerja Jungkook. Demi ibunya, ia tahu dirinya jenius, tapi tidak pernah menyangka orang lain di bumi ini semuanya imbesil—termasuk Jungkook.
"And by 'all', means you need to bring that robot of yours too, Mr. Jeon. Bring her back within three days." Tungkai Sia berpusing sebelum melangkah dengan ketukan heelsyang mengintimidasi, kemudian kedua telapaknya menyentuh meja Jungkook dan ia menjorokkan badan sampai Jungkook merasakan deru napasnya. "Or I'll get it by myself."
🌕🌗🌑

KAMU SEDANG MEMBACA
Pursuit
Fanfiction[COMPLETED] Jungkook dan Sia hidup di jaman teknologi bukan cuma sekadar mempermudah kehidupan manusia, melainkan sebuah kebutuhan dan hak mendasar dari setiap masyarakat Eropa. Mereka adalah petinggi tim dengan pencapaian mengagumkan. Dan satu kej...