"Mereka seperti mayat hidup," ujar Jungkook sarkastis.
"True dan mereka tidak membunuh puluhan orang."
Tangan Sia dan Jungkook terlipat di balik punggung, sementara pupil mereka mengobservasi pergerakan robot-robot di sebuah taman luas melalui kaca. Belum ada perasaan yang ditanam dalam BAX lagi, hanya dasar-dasar menjadi manusia seperti sopan santun, saling menyapa, dan saling menolong. Well, kedua peneliti tersebut juga belum tahu kapan akan kembali bermain-main dengan sebuah perasaan.
Sia melipat kacamata dan memasukkan ke dalam saku jas, lantas berjalan meninggalkan cahaya mentari yang menimpanya serta Jungkook yang masih terpaku di tempat. Namun ketika jemarinya melambai pada sensor di samping pintu, suara Jungkook menyeruak, memaksa Sia mengabaikan pintu yang telah terbuka karena berjengit gusar.
"You never felt love, have you?"
"Oh, I did," balas Sia datar.
Tatap mereka bersirobok; dingin tidak pantas untuk merepresentasikan, karena kedua pasang iris yang bersinar nyalang tersebut lebih beku dari ruang penyimpanan mayat.
"Kalau kau pernah mencintai sedalam milikku pada Rae, kau tidak mungkin dapat sekeji itu, Si." Jungkook terkekeh. "Tapi kau selalu sialan sih, otak jenius."
Spasi di antara mereka terbentang sebanyak sepuluh meter, tapi Sia tak mungkin salah menemukan sebuah kristal yang telah menuruni manik lelaki tersebut. Si wanita membuang napas dan menunduk ke bawah. Kalau Sia dapat memilih jalan yang lebih damai dan membahagiakan semua orang, ia mau-mau saja, cuma terkadang harus ada yang dikorbankan demi perdamaian yang lebih menyeluruh.
Dengan susah payah Sia mendongakkan kepala berusaha menatap lekat manik Jungkook—sembari menyembunyikan pedihnya sendiri.
"I have fall deeper." Sia menyembunyikan telapak tangannya yang menggigil di dalam saku celana, sementara matanya berlarian menatap langit-langit ruangan. "I had a child, Jungkook. Alasan kematiannya? Salah satu robot percobaan di sini mengalami masalah dan membuat ledakan, hingga ia terperangkap dan kehabisan napas. Namanya Maddie dan umurnya tiga tahun saat itu. Kemudian Jimin menceraikanku setelahnya, aku bahkan tidak sempat marah terhadap keputusannya.
"Semua salahku, bukan?"
Bibir Jungkook mengering dan kelopak matanya mengerjap lamban, begitu lamban hingga Sia dibuat tersenyum kecil oleh paras kebingungan itu. Sekarang lidah Jungkook telah kehabisan kata-kata
Demi semesta, Jungkook tidak pernah mendengar cerita ini.
"I don't want a husband or wife, daughter or son, die just because what we call as 'advancement' of technology. One human life, worth a thousand times than our creation," lanjut Sia seraya melempar senyum hangat. "Pastikan bahwa idemu aman, Jeon, dan aku akan mengembalikan Rae secepatnya."
🌕🌗🌑
Yaaaa gitu wkwkwk, semoga di sini kalian paham kalau Sia itu cuman manusia. Dia gak sempurna, but she has a reason why she's so eager about what she did.
Anyway, see ya at another project :)
xx,
merlotnoir
KAMU SEDANG MEMBACA
Pursuit
Fanfiction[COMPLETED] Jungkook dan Sia hidup di jaman teknologi bukan cuma sekadar mempermudah kehidupan manusia, melainkan sebuah kebutuhan dan hak mendasar dari setiap masyarakat Eropa. Mereka adalah petinggi tim dengan pencapaian mengagumkan. Dan satu kej...