005

889 193 15
                                    


"Should we really end it like this, Mr. Jeon?" Sia membentangkan jarak sejauh tujuh meter dengan kawannya yang berdiri di ambang rumah. Kedua tangan wanita tersebut saling bertaut di depan tubuh. "You could just hand it to me."

"Her. And she has a name, it's Rae, Rachel Hwang."

Fajar telah sirna dan digantikan oleh matahari pagi, tetapi dingin yang menggerogoti tubuh mereka masih tak mau enyah. Seberapa jauh iris Sia ingin mengobservasi, matanya akan menemukan salju lebat yang menyelimuti pegunungan Wetterstein. Di sekitar mereka terdapat pohon pinus yang menjulang tinggi, sarat akan warna putih dengan sedikit dedaunan hijau yang menyembul; tersimpan di dalamnya lagi terdapat beberapa pondok yang dihuni oleh orang-orang yang lebih mencintai alam ketimbang teknologi. Cottage milik Jungkook sendiri tak terlalu besar, paling hanya menyimpan lima ruangan; berdiri kukuh di balik punggung Jungkook.

Sia berdiri dengan balutan jaket, celana, dan boots serba hitam; diperlengkapi dengan berbagai barang yang tersimpan pada tas di samping kakinya. Sementara Jungkook berdiri dengan sebuah tabung panjang di tangan kanan dan tidak sekalipun melepas atensinya dari Sia. Kendati beku merasuki tulang mereka, gejolak amarah yang tertanam di dalam keduanya membuat mereka tak peduli pada dingin.

"Kau benar-benar terlihat seperti pembunuh bayaran."

Kata-katanya menghantar jengkel hingga ke ubun-ubun Sia, sampai si wanita perlu perlu menurunkan turtle neck yang menutupi mulutnya dan disusul oleh asap putih tipis yang muncul akibat desahan kesalnya. Jika saja Jungkook tidak memaksanya untuk berada di titik ini, Sia juga tak mau untuk menunjukkan sisi gelapnya.

"Sudah mempersiapkan senjatamu?" tanya Jungkook.

"Kau tahu aku selalu membawanya ke mana pun."

Jungkook memutar ujung senjatanya; empat logam pipih mulai mencuat di ujung tabung tersebut sampai satu meter, lalu sebuah cahaya kemerahan mulai berpendar di antara logam-logam pipihnya.

Sia sedikit bernapas lega karena Jungkook tidak membawa senapan lasernya, tetapi tetap saja dengan senjata yang berada di tangan si lelaki, Sia dapat benar-benar mati. Sedangkan si wanita membawa senjata yang lebih aman; satu tabung logam yang sangat mirip, kemudian bertransformasi menjadi sebuah pedang dengan bilah seperti hologram. Milik Sia tidak efektif dalam membunuh atau melukai, tetapi rasa sakit yang diterimanya akan tetap sama atau bahkan dapat dimanipulasi hingga sepuluh kali lebih menyakitkan—dan terkadang seseorang bisa mati karena organnya benar-benar berhenti.

"Aku akan membunuhmu, Sia Kinslee."

Tanpa aba-aba lebih lanjut Jungkook mengangkat pedangnya dan melaju menuju Sia. Senjatanya melayang ke arah Sia dan wanita tersebut menghadangnya dengan belati tersembunyi di bawah pergelangan tangan. Sia memutar senjata lawannya agar menghadap ke bawah seraya melayangkan hologramnya sendiri. Tangan Jungkook terangkat untuk menghalau pergerakan tersebut.

"FUCK!"

Hologram menembus telapak Jungkook dan ia merasakan nyeri yang menyakitkan, seolah tangannya baru saja dilubangi oleh timah panas. Namun ia tak menyerah pun langsung melepaskan serangan balik menuju lawanya. Senjata Jungkook mengayun, tungkai Sia melompat ke belakang sekonyong-konyong, tetapi ia tidak berhasil menghindarinya dengan cepat. Jaketnya telah koyak, tapi sweater-nya tetap utuh.

Sia menghunuskan belati di tangannya ke wajah Jungkook dan sebuah sayatan panjang tertoreh di atas wajah si lelaki. Kontan saja Jungkook mengangkat pedang dan mengarahkannya pada belati yang terus menghalau serangannya. Lantas Sia dapat merasakan buku-buku jarinya terbakar karena sinar senjata Jungkook.

Di tengah kesakitan Sia, Jungkook memanfaatkan kesempatan untuk menancapkan pedangnya ke perut Sia. Namun wanita tersebut hanya terpaku sejenak sebelum tersenyum miring; senjata Jungkook tak bisa melaju lebih jauh, berhenti dan terpaku begitu saja tepat di depan perut Sia karena sweater-nya dibuat menjadi pelindung dari laser milik Jungkook.

"Satu-satunya caranya untuk membunuhku, adalah menebas leherku, Jungkook, kau sangat mengerti itu."

Dengan amarah yang sudah meruah di suluruh tubuhnya, Jungkook melancarkan pedangnya kembali ke arah lawan. Sia mengangkat bilah di pergelangan tangannya yang sudah patah untuk melindungi diri, terapi ia tetap terdorong hingga punggungnya menubruk batang pohon. Napasnya hampir habis dicekat oleh Jungkook, namun lelaki itu tidak berhenti di situ, ia sudah bersiap untuk menghunuskan pedang ke leher lawannya dan mengakhiri semua ini. Sekonyong-konyong Sia menggeliat, lalu menendang perut Jungkook dengan segala tenaga yang dimilikinya. Senjata Jungkook berayun dan sinar lasernya menebas sebagian besar batang pinus.

Tubuh Jungkook terjerembab, sementara wanita itu merasakan pipinya berdarah lantaran cahaya yang sempat membakarnya tadi. Di belakang mereka satu pohon roboh, jatuh ke atas kumpulan pinus yang lain dan saljunya bergelimpangan. Tanpa memedulikan apa yang berada di baliknya, dengan terengah Sia berjalan maju, mengobservasi lawannya yang masih terbatuk di atas salju.

Jarak mereka tinggal dua meter. Jungkook melihat bayang yang kian mendekatinya, lalu dalam satu sekon ia berdiri dan melompat ke arah senjatanya yang sempat terhempas. Tubuh lelaki tersebut berbalik, pun pada saat itu juga Sia telah berdiri di baliknya dan mempersiapkan pedang yang digenggamnya kini.

Bilah hologram Sia menembus ulu hati Jungkook. Kedua tungkai lelaki tersebut langsung ambruk di atas salju, sementara erangan kesakitan membelah heningnya hutan. Sia mencabut senjatanya secepat kilat, lalu menarik rambut Jungkook agar kepalanya menoleh ke atas.

"Not as powerful as yours, yet it's efficient to kill people without actually killing them."

Kemudian Sia mendorong kepala tersebut kuat hingga tenggelam di dalam salju sebelum membereskan barangnya. Kemudian langkah tersebut berjalan memasuki cottage, menyeret tas serta lelaki yang menjadi bedebah selama beberapa hari terakhir ini. Pupilnya menyisir spasi tersebut sejenak.

🌕🌗🌑

PursuitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang