Tiga hari telah berlalu semenjak kecelakaan fatal yang menjajaki headline di seluruh negeri terjadi, besok menjadi hari di mana BAX21 miliknya perlu dikembalikan—atau Sia yang akan datang. Pun tiga hari sudah Jungkook pulang ke rumahnya dengan wajah lesu. Biasanya akan ada sapaan riang tatkala pintunya terbuka dan secepat mungkin ia akan berlari mencari Rae, tetapi mengingat bahwa bisa jadi ini kali terakhir mereka tidur bersama, Jungkook hanya kuasa melewati ambang pintu dengan senyuman mungil.
Perilaku ganjil ini tentu tak luput dari manik cokelat Rae. BAX21 tersebut mendekati kekasihnya—kalau bisa dibilang begitu—dan menangkup wajah tampannya.
"Hi, Jeon, apakah ada sesuatu yang terjadi?"
Wajah mereka hanya berjarak satu inci dan Jungkook dapat merasakan kehangatan meruah di hatinya. Ia tidak menyangka bisa mencintai mahakaryanya dengan cara seperti ini.
"Pasti kau sudah membaca berita soal kecelakaan beruntun karena robot KATN. Aku mendapat banyak masalah karenanya."
Wajah Rae menghindari tatapan Jungkook. Malu sekali dirinya berusaha sok bodoh padahal ia tak mungkin mengalahkan otak penciptanya. Kendari demikian Jungkook tak terganggu sama sekali, malah ia menyukai wajah manis tersebut sampai meninggalkan tiga kecupan singkat di hidung Rae.
"Aku sedang tidak ingin membicarakannya sekarang, Rae. Aku hanya bisa berharap bisa menyelesaikannya dengan cara yang paling baik untukmu, aku, dan kita semua."
Ciptaan dengan kesan sempurna yang didewakan banyak orang ternyata bisa menjadi pembunuh beruntun yang mengerikan. Namun Jungkook yakin bukan Rae salah satunya; gadis itu bisa mengatur perasaannya dengan baik, ritme jantung serta emosinya juga telah beberapa kali Jungkook program ulang, terlebih lagi ia menyayangi manusia—apalagi peneliti yang menghidupkannya.
Sayang perintah Sia adalah mutlak.
"Tidak ada yang memaksamu untuk membicarakannya sekarang, Sayang." Senyum Rae mengembang beriringan dengan jemarinya yang menggantung di lengan Jungkook, lalu langkahnya menuntun mereka berdua untuk menuju ruang makan. "Aku masak tafelspitz dan pai apel kesukaanmu. Jadi isilah perutmu dahulu, mandi dengan air hangat, dan kalau kau mau kita bisa membicarakannya nanti—kalau tidak kita bisa menonton film terbaru."
Di samping Rae, masalah Jungkook seolah menguap bersama udara dan kian menjadi asap tipis karena harum kari yang menyelinap ke dalam indra penciumannya. Tidak baik membawa masalah di rumah ke dalam kantor, dan tidak perlu juga untuk melakukan sebaliknya; bagi Jungkook sekarang yang terpenting adalah menikmati momen yang ada.
Mereka makan sembari bercanda. Rae menceritakan kegiatan merajutnya sore tadi—karena Jungkook tak ingin berkisah. Saling menyuapi satu sama lain dan terkadang bercanda meniupkan gula halus di atas pai apel. Jungkook terbuai, lupa bahwa bahaya tidak pernah jauh dari seorang karyawan KATN dan ciptaannya.
BOOM!
Mereka saling membagi pandang sejenak sebelum sama-sama berlari mendekati jendela. Satu detik yang lalu ada sebuah kilat cahaya benderang yang melewati jendela mereka, disusul oleh bunyi ledakan. Jungkook dapat melihat beberapa agen KATN yang tengah berlarian memegang senapan cahaya. Beberapa tembakan kembali hadir; sebagian membuat sisi jalanan hancur, sebagian lagi telak mengenai robot yang tengah berusaha kabur dari kepungan agen lab.
"Apa yang tengah terjadi se—"
Buru-buru Jungkook menangkup wajah kekasihnya. Kalau mereka tidak cepat pergi dari sini, keadaan Rae akan sama seperti BAX21 yang baru dilihatnya. Mata mereka bersirobok, dengan dada yang berdentum kacau dan vokal serius bercampur ngeri, Jungkook mengatakan perintahnya. "Bereskan barangmu yang paling penting dan kita akan keluar dari sini dalam sepuluh menit."
"Jeon—"
"Jangan bertanya sekarang!" Lelaki tersebut mendorong Rae menaiki tangga. "Fast!"
🌕🌗🌑
KAMU SEDANG MEMBACA
Pursuit
Fanfiction[COMPLETED] Jungkook dan Sia hidup di jaman teknologi bukan cuma sekadar mempermudah kehidupan manusia, melainkan sebuah kebutuhan dan hak mendasar dari setiap masyarakat Eropa. Mereka adalah petinggi tim dengan pencapaian mengagumkan. Dan satu kej...