Prolog

756 42 9
                                    

14 April 2015

"Adiba, boleh ikut gabung nggak?" tanya seorang cowok dengan lembut. Diba yang tadinya membaca buku, mendongak melihat siapa yang sedang bicara dengannya. Tampan, batinnya.

"Oh, boleh kok kak, silahkan" balas Diba tak kalah lembut.

"Gue Aga, nggak usah pakek embel-embel kak segala, kita sama-sama kelas sepuluh disini. Lo X MIPA 3 kan? Gue X MIPA 1" ucap Aga dengan tangan yang dijulurkan pada Diba.

"Adiba, biasanya dipanggil Diba sama teman teman" balas Diba dengan wajah yang tertunduk, dia membalas juluran tangan dari Aga. Pipinya berdesir, mungkin baru kali ini dia mau diajak kenalan dengan orang yang baru dia kenal.

"Di luar hujan. Lo suka hujan? Kalau gue suka banget sama hujan, meskipun gue cowok, nggak nutup kemungkinan kalau gue juga suka sama hujan" ucap Aga yang mulai berdiri dan menatap kaca.

"Aku nggak suka hujan, hujan bikin banyak orang sakit" balas Diba dengen lesu. Iya, Diba pernah bermain hujan terlalu lama, akhirnya dia demam dan sampai harus dirawat dirumah sakit.

"Nggak semua orang yang bermain hujan bakalan sakit Dib. Ada masanya, orang akan lebih menyukai hujan disaat-saat tertentu. Karena menyukai tak butuh alasan, sama seperti gue yang menyukai lo sekarang" ucap Aga tanpa menoleh pada Diba. Perkataan Aga membuat Diba malu sendiri, pipinya bersemu merah.

"Ngawur banget bicaranya, Diba mau balik ke kelas, bentar lagi bel" balas Diba dengan membereskan buku bukunya.

"Dib, gue nggak perlu banyak bicara untuk menyatakan rasa suka gue sama lo, gue nggak butuh cara romantis buat nyatain sayang gue ke lo, gue hanya mau buktiin kalau gue bisa penyebab lo tertawa, gue yang bakal selalu lindungin lo, gue yang akan selalu ada saat lo dalam keadaan kacau sekalipun" ucap Aga dengan menatap Diba.

"Tapi Aga sama Diba baru kenal, dan Diba belum terlalu kenal sama Aga" balas Diba tanpa mau menatap Aga. Hatinya mulai berantakan sekarang

"Sekarang kita jadi sahabat, tapi kita harus saling percaya agar tetap kuat, pun jika kita berbeda pendapat, jangan sampai bertengkar hebat" ucap Aga lagi kini dia benar benar menatap manik milik Diba. Manis, batinnya.

Satu tahun kemudian-

"Aga dimana? Jadi jemput Diba kan?" tanyanya dengan cemas

"Iya jadi, ini lagi dijalan, tunggu bentar ya Dib" balas Aga, dia langsung menutup sambungan teleponnya dan bergegas menuju rumah Diba, namun
brakk—
saat akan menyeberang, Aga sibuk merapikan bunga dan surat yang sudah disiapkannya, sampai tidak melihat jika ada mobil berkecepatan tinggi yang melintas ke arahnya.

***

"Kok Aga lama ya kak? Pikiranku juga nggak enak begini" ucap Diba pada kakaknya.

"Tenang Dib, mungkin lagi macet. Nah tuh hpmu bunyi coba dicek" balas Deva-kakaknya.

"Hallo Aga dimana?" ucap Diba tanpa melihat siapa yang menelponnya.

"Ini dengan Adiba? Kami dari pihak rumah sakit, tadi saudara Adhitya kecelakaan dan sekarang ada di RS. MEDIKA UTAMA", Diba menutup sambungan teleponnya, tangisnya pecah, hari ini tepat dengan ulang tahun Diba dan Aga—orang yang selalu ada untuknya—Diba bergegas menuju rumah sakit, tidak peduli dengan penampilannya yang tak karuan. Yang dia pikirkan sekarang adalah hanya melihat keadaan Aga.

"Arka, Aga gimana? Dia baik-baik aja kan? Maaf Diba lama, nggak ada ojek malam-malam gini" tanya Diba dengan cemas.

"Lo kuat Dib, lo harus tetep ada buat Aga, karena Aga hanya butuh lo sebagai sahabat terbaiknya. Dia amnesia sementara, itu kata dokter yang gue denger tadi waktu bicara sama mamanya Aga. Lo udah kenal kan sama mamanya Aga?" balas Arka.

"Belum, Diba belum kenal sama mamanya Aga ataupun keluarga Aga" balas Diba dengan tangis yang pecah. Sekarang Aga tidak akan ingat lagi dengannya. Aga belum tentu masih menyukai Diba, Aga belum tentu melindungi Diba lagi, dan Aga—belum tentu ingat semua kenangannya dengan hujan.

.
.


.
.
.
Maaf ya kalau belum berkesan,authornya baru pertama kali publish. Sebelumnya emang udah ngetik cerita, tapi belum di publish sampek sekarang 😥

Ini baru prolog kok, tunggu part selanjutnya aja😉 Semoga readers suka🙏

A.G.A [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang