Bagian 11

124 7 0
                                    

Teriknya matahari membuat keringat yang menetes ditubuh Aga semakin banyak, membuat kesan 'keren' bagi para kaum hawa yang melihatnyal. Tidak hanya fans Aga saja yang mengakui jika Aga terlihat lebih kerrn ketika bermain bola, namun Sasya sendiri mengakuinya. Bukan, bukan karena Aga adalah pacarnya, namun ia sudah benar-benar menyukai Aga. Sasya tersenyum melihat Aga mengedipkan sebelah mata padanya.

"Sa ae lo Sya pakek blushing segala" ucap Vania pada Sasya. Melihat Vania yang mengejeknya seperti itu memudarkan senyum Sasya. Sasya hanya menghela nafas kasar.

Tiba-tiba ada adik kelas yang menghampiri Sasya dengan membawa sebuah surat. Sasya pikir itu dari Aga, ternyata bukan. Ia salah memperkirakan. Ternyata surat itu dari seseorang yang dulu ia harapkan, yaitu—Aksel. Sasya menjauh dari Vania untuk membaca surat itu. Tanpa ia ketahui Aga melihat kepergian Sasya dengan terburu-buru.

Untukmu,
Natasya Putri Alexa

mungkin gue udah terlambat menyadari
bukan mungkin, tapi memang iya
gue terlambat menyadari perasaan gue sendiri
gue terlambat menyadari jika ada seseorang yang mati-matian buat rebut hati gue
seharusnya gue sadar akan rasa ini dari dulu

percaya atau nggak, gue punya rasa yang besar sama lo Sya
salahkah jika gue egois untuk meminta lo kembali?
egois kah gue jika meminta lo untuk jadi milik gue seutuhnya?
gue harap lo masih punya rasa sama gue
walaupun tidak lagi sama seperti dulu, gue harap lo masih sisain rasa lo ke gue

kalo lo lelah buat berjuang
giliran gue yang akan memperjuangkan lo sekarang
jangan anggap rasa gue ke lo sebagai mainan atau pun hanya omong kosong
gue akan buktiin kalo gue bisa lebih baik dari Aga

Aksel–

Aga mengambil paksa surat yang dipegang Sasya. Sasya tersentak, jangan sampai Aga tau jika itu surat dari Aksel.

"Harus banget bacanya ditaman belakang?" tanya Aga membuat Sasya bingung akan menjawab apa.

"Kalau beneran sayang, seharusnya lo berani buat jujur sama gue. Lo harus bisa terbuka sama gue. Jangan buat kepercayaan gue sama lo hilang perlahan. Gue nggak suka dibohongi, apalagi sama cewek yang udah jadi milik gue. Kalau lo beneran sayang sama gue seharusnya lo bisa terbuka sama gue. Kalau lo jujur sama gue , gue nggak akan marah karena gue ngehargain keberanian lo buat jujur sama gue Sya. Gue harap lo paham apa maksud gue" ucap Aga lalu pergi meninggalkan Sasya sendiri ditaman belakang.

Sasya diam seribu kata mendengar ucapan Aga. Yang diucapkan Aga memang benar. Seharusnya ia berani jujur pada Aga, toh ia sudah tidak mempunyai hubungan lebih dengan Aksel. Namun tetap saja, ia takut jika Aga akan marah padanya dan mengira jika Sasya masih mempunyai rasa pada Aksel. Ia harus bisa menjelaskan pada Aga, secepat mungkin.

Sepulang sekolah Sasya berniat menghampiri Aga dikelasnya. Namun Aga sudah tidak ada dikelas. Ia sudah mencari teman-teman Aga juga, namun hasilnya nihil. Sasya juga sudah mencari ke rooftop, namun Aga dan teman-temannya tidak ada disana. Sasya sudah mencoba menghubungi Aga beberapa kali, namun nomornya tidak aktif. Sasya cemas. Ia takut akan ada sesuatu antara Aga dengan Aksel. Namun perkiraannya kali ini salah juga. Ternyata Aksel ada diparkiran.

"Natasya!" panggil Aksel membuat jantung Sasya berdetak lebih cepat. Baru dipanggil saja rasanya jantung Sasya sedang lomba lari dengan para kuda, bagaimana jika ia bercakap dengan mata yang saling menatap? Mungkin jantung Sasya lebih dari sekedar lomba lari.

"Sya kok bengong sih, gue udah nunggu lo daritadi. Suratnya udah lo baca? Gimana?"

"Gimana apanya Sel?"

A.G.A [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang