"Jangan menyalahkan takdir yang sudah ditetapkan Tuhan untuk kita"
🍒
Matahari sudah kian meninggi. Sinarnya berhasil masuk dari celah jendela kamar Diba. Ia segera bangun dan membersihkan diri.
"Diba! Bangun! Dasar kebo!"
"Berisik. Udah bangun dari tadi juga." jawab Diba sembari membuka pintu.
Deva hanya menatapnya sebentar lalu kembali turun, "Buruan turun. Kita mau ada rapat besar." ucapnya.
"Ihs rapat besar apaan sih! Kayak jadi pejabat penting aja." balas Diba didepan pintu.
'Rapat besar? Membahas pernikahan Papa?' Diba tersenyum kecut. Lagi lagi ia harus pura-pura bahagia.
Diba segera turun dari kamarnya. Dan benar saja, disana sudah ada Papa dan Deva yang menunggunya diruang makan.
"Sarapan dulu, Nak." ucap Papanya. Diba hanya membalas anggukan kecil, lalu mengambil roti dan selai kacang kesukaannya.
"Ada yang mau Papa tanyakan."
"Apa boleh Papa menikah lagi?"
Raut wajah Diba berubah. Diba sedikit tersenyum, "Kenapa nggak boleh? Kalaupun itu buat Papa bahagia, nggak papa kok." jawab Diba dengan senyum.
'Lo nggak bisa bohongin gue Dib. Senyum itu hanya untuk menutupi rasa sakit hati yang lo rasain sekarang' batin Deva.
"Papa tau kamu sama Ag-"
"Pa, itu udah jadi permintaan sekaligus amanah dari Mama. Diba jadi punya dua abang deh!" ucap Diba memotong kalimat Papanya. Sesak. Namun bagaimanapun, itu sudah menjadi takdir dari Tuhan untuknya dan Aga. Lagipula Diba masih bisa dekat dengan Aga, hanya statusnya yang berubah. Rasa sayang Diba ke Aga masih sama.
Papanya menghela nafas, "Nanti malam ada pertemuan keluarga. Kamu mau datang?" tanya Papanya.
Diba hanya membalas dengan anggukan dan senyuman. Kali ini ia benar-benar tak bisa menahan tangisnya lagi, ia membawa roti dan susunya ke kamar, dengan alasan mau mengerjakan tugas. Papanya tahu, itu hanya alibi Diba.
Diba mengambil ponselnya yang sejak tadi malam ia diamkan. Entahlah, ia benar-benar malas untuk membuka benda pipih itu.
'63 panggilan tak terjawab dan 114 pesan. Niat banget.' Diba tersenyum kecut melihat banyaknya panggilan tak terjawab dari Aga.
Diba hanya mengatakan bahwa dirinya baik-baik saja, tak mau Aga khawatir karena keputusannya yang memilih Papanya menikah kembali.
🌲
Hari ini terasa sangat panjang. Diba hanya menghabiskan waktunya dikamar. Enggan untuk pergi, beranjak dari kasurnya saja ia sangat malas. Apalagi hari sudah semakin sore, senja mulai menampakkaan keindahannya. Diba menuju balkon kamarnya, melihat salah satu keindahan semesta yang disukai para remaja.
Diba kembali kedalam kamar, mengambil diary kecil dan menuliskan beberapa aksara.
Rasanya, kau sama seperti senja
Dikagumi banyak orang, karena warna orange mu yang meneduhkan jiwa
Bedanya, kau tidak hadir sesaat
Kau selalu ada, bahkan ketika raga ini tidak dekatTerkadang aku merasa bingung dengan takdir dari semesta
Apa takdir untukku memang menyakitkan seperti ini?
Mengapa semesta tak mengizinkan aku menggenggammu sebagai seorang yang terkasih?
Rasanya kenyataan tak bisa ku terima dengan sepenuh hati
Raga ini tak akan bisa memiliki lagi sebagai seorang kasih
KAMU SEDANG MEMBACA
A.G.A [Selesai]
Teen FictionAku pernah mencintai dengan sangat, lalu takdir memberi cobaan hebat, dan akhirnya kau membalas ku dengan luka yang menyayat~ SELAMAT MEMBACA SEMUA 🌈 VOTEMENT KALIAN ADALAH SEMANGATKU ❤