Bagian 20

117 12 3
                                    

Selamat membaca!
Semoga suka dengan ceritanya :)

🌱

"Arrgghh! Bodoh!" ucap Arka sambil mengacak rambutnya. Ia menyesali ucapannya semalam pada Lisya. Bagaimana mungkin ia bertindak sebodoh itu. Membiarkan Lisya lepas dari genggamannya.

"Lo bodoh dari dulu Ka!" ucap Rey yang sedari tadi hanya melihat tingkah konyol sahabatnya yang satu ini. Bagaimana ia tidak bodoh? Menyiakan seseorang yang tulus padanya. Bahkan saat Arka pergi dengan Sasya, Lisya hanya diam. Tidak seperti sinetron di televisi yang si cewek akan mencak-mencak ketika melihat cowoknya pergi dengan wanita lain. Ketika Arka bilang jika ia baru akan mencintai Lisya pun, Lisya tetap menanggapinya dengan baik. Ia tidak begitu mempermasalahkan perasaan Arka padanya.

Arka hanya menghela nafas kasar melihat Aga tiba-tiba datang dengan sebungkus rokok yang ada ditangannya. "Lo nggak bodoh Ka, cuman sedikit kurang mikir" ucap Aga lalu duduk di sebelah Rey. Arka merebut bungkus rokok yang dibawa Aga lalu melemparnya ke tempat sampah. "Lo nggak pantes ngerokok Ga!" ucap Arka setelah melempar bungkus rokok tersebut. Aga hanya meliriknya sekilas lalu kembali menatap ke langit lalu memejamkan matanya. Rey hanya bisa menggelengkan kepala melihat tingkah kedua sahabatnya itu. Rey beranjak dari tempat duduknya lalu meninggalkan rooftop. Ia tidak menghiraukan teriakan dari Arka yang sedari tadi menyebut namanya.

Rey berjalan menuju kelasnya. Entah mendapat hidayah darimana, ia hanya ingin kembali ke kelas saja. Karena di rooftop pun ia tidak akan dihiraukan oleh Aga maupun Arka. Ia sengaja melewati gedung belakang sekolah, sekalian jalan-jalan batinnya. Tiba-tiba ia mendengar suara seseorang yang sedang tertawa. Awalnya ia sedikit merinding, namun ia yakin suara mbak kunti lebih cempreng dari suara ini.

"Kerja yang bagus. Lanjutkan" ucap seseorang itu lalu pergi meninggalkan gedung belakang sekolah. Untuk apa ia pergi ke gedung belakang sekolah hanya untuk menelpon seseorang? Rey mengikuti kemana perginya cewek tersebut, karena dia memakai hoodie membuat Rey susah mengenalinya. Dan lagi-lagi misinya gagal karena tarikan seseorang yang membuat Rey terjungkal ke belakang.

"Apaan sih lo Ka! Ganggu misi gue aja deh!" ucap Rey dengan nada yang meninggi. Arka hanya berdecak lalu pergi meninggalkan Rey yang masih mengumpat. Rey berlari menyusul Arka. Banyak sekali kata kasar yang ingin Rey lontarkan untuk Arka. "Sans dong, gitu aja ngambek abang mah" ucap Arka dengan nada yang dimanja-manjakan. Arka mengajak Rey ke kantin, lapar katanya.

"Aga kemana?" tanya Rey setelah memesan makanan untuk dirinya dan Arka.

"Tadi gue disuruh duluan. Ada urusan katanya" jawab Arka yabg dibalas anggukan oleh Rey.

🌱

Aga berjalan menyusuri koridor yang sepi. Memang di koridor bagian barat ini memang sepi. Hanya beberapa anak yang berlalu lalang disini. Karena hanya ada beberapa ruangan, yaitu ruang musik, ruang teather dan juga aula. Aga berniat menuju ruang musik untuk mengambil gitar yang sudah beberapa hari ini disita oleh Pak Bimo. Namun ketika sampai didepan ruang musik, ia mendengar alunan piano dan suara seseorang yang sangat menenangkan. Perlahan, ia membuka pintu ruang musik. Ia mengenali suara itu.

Ku ingin saat ini engkau ada disini
Tertawa bersamaku sperti dulu lagi
Walau hanya sebentar Tuhan tolong kabulkanlah
Bukannya diri ini tak terima kenyataan
Hati ini hanya rindu

Segala cara telah ku coba
Agar aku bisa tanpa dirimu
Namun semua berbeda
Sulit ku menghapuskan angan bersamamu

Ku ingin saat ini engkau ada disini
Tertawa bersamaku sperti dulu lagi
Walau hanya sebentar Tuhan tolong kabulkanlah
Bukan diri ini tak terima kenyataan
Hati ini hanya rindu

Ujung bibir Aga terangkat. Ia menutup kembali pintu ruang musik dengan memasukkan kembali ponselnya kedalam saku. Ia berjalan menuju kantin, menyusul Arka dan Rey yang sudah lebih dulu kesana.

"Aga". Aga berhenti, tanpa berbalik.

"Kenapa menghindar?" tanyanya to the point. Aga masih tetap diam, enggan berbalik.

"Nggak papa, gue duluan, ada urusan" pamit Aga lalu melanjutkan langkahnya. Melihat Aga yang mulai menjauh, Sasya hanya menghela nafas berat. Aga menjauh saat ia benar-benar mencintainya.

'Lucu ya, dulu gue benci banget sama lo. Dan sekarang, gue jadi orang yang teramat sangat mencintai lo' batin Sasya lalu beranjak pergi. Mungkin ia tidak akan menemui Aga beberapa hari ini. Tidak ambil pusing dengan gosip yang menyebar jika ia dan Aga putus. Memang nyatanya hubungan mereka sedang diambang kehancuran.

'Maafin gue Sya' batin Aga. Ia kembali melanjutkan langkahnya menuju kantin. Seketika senyum yang tadi terukir pada wajahnya menghilang. Pikirannya mulai terbang kemana-mana. Diba dan Sasya. Dua orang yang membuat hatinya bimbang. Entah apa yang ia rasakan, semuanya terasa berat dijalani. Namun Aga tetaplah Aditya yang tidak ingin siapapun mengetahui masalahnya. Seberat apapun bebannya, ia akan menanggungnya sendiri. Mungkin kegunaan Rey dan Arka hanya menjadi penghiburnya. Karena Aga jarang sekali menceritakan masalahnya pada sahabat-sahabatnya itu. Atau mungkin saja Rey dan Arka hanya dijadikan pelampiasannya saja. Mungkin saja iya.

***

Hai semuaa :))
Sedang malas untuk menulis banyak, jadi part ini pendek deh :(
Maafin deh ya :v

Oiya lanjut enggak nih buat ceritanya?

Ya semoga aja kalian suka sama ceritanya❤
Selamat membaca dan jangan lupa votementnya ❤
Lop yu gaes❤

A.G.A [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang